Rabu, 31 Oktober 2018

Fb

* Manunggaling Gusti *

Dari mana ada istilah manunggaling kawula-Gusti???
Nah ini yang akan kita bedah bersama-sama...

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Innalloha wa mala-ikatahu yu-sholluna 'alan nabi. Ya ayyuhalladziina amanu shollu 'alaihi wa sallimu taslima.
Allohumma sholli wa sallim wa barik 'alaihi.

Allohu akbar, ilaa waj-hikal kariim...ya Alloh, ya Rohman, ya Rohiim...
Al fatihati bi qobul wa bi tamami quli su'-li  wa makmul wa ilaa hadroti Rosulillah ajma'in syai'ul lillahi lahum al-fatihah....

Dalam mempelajari satu bidang ke-ilmuan, maka yang harus kita pahami betul adalah, kata, makna, dan asal kata.

Untuk masuk ke ranah ilmu tasawuf paling dasar pasti seorang salik di bekali dengan ilmu syari'at yang mantap, dia harus menguasai nahu, sorof, mantiq, balaghoh, dan bayan. Baru setelah benar benar menguasai, masuklah ia kedalam bidang hukum yaitu fiqih.
Kalau sudah masuk ke dalam ranah hukum, maka kita harus paham setiap mazhab mempunyai disiplin ilmu masing masing dan mempunyai standar hukum masing masing. Yang mana semua nya itu benar dan di benarkan. Makanya di zaman yang semakin akhir ini banyak sekali disiplin ilmu dan konsep konsep ke ilmuan supaya menjadikan kita paham dan cepat mengerti.
Wahai yang menguasai hukum fiqih, jangan lupa, di atas hukum fiqih masih ada hukum tasawuf, wahai yang ber-tasawuf, jangan lupa kebawah, masih ada hukum fiqih.
Di zaman Rosul s.a.w. ilmu syari'at dan hakekat itu selalu ber-iringan, tidak terpisah tidak juga menyatu. Tapi ber-iringan agar terjaga keharmonisan alam semesta. Hukum yang sangat rendah, di sandingakan dengan keluhuran akhlak Nabi kita Muhammad s.a.w., ilmu hukum dan ilmu akhlak haruslah berjalan bersama sama.

Nah di zaman yang unik ini, seakan hilangnya nilai etika dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat awam sehingga umat malah menjadi bingung dan terpecah belah oleh hanya karena pendapat seorang ustadz.
Ada seorang ustadz di mintai penjelasan mengenai ilmu tasawuf sementara dia sendiri tidak paham apa itu tasawuf dan cenderung membid'ah-kan ke-ilmuan tasawuf, hla ini benar apa tidak?
Yang bodoh itu yang nanya apa yang di tanya???

Zaman para sahabat, dan satu generasi sesudahnya, itu masih berlaku kekhususan ulama, misalnya ada ulama fiqih, ada ulama hadits, ada ulama tasawuf itu masing masing bagian nya, sehingga bertanya mengenai ilmu ketuhanan ya kepada ulama tasawuf dong, bukan nya kepada ulama fiqih, sekarang ada orang jualan nasi pecel, kok di tanya cara masak daging rendang? Itu apa termasuk dalam kaidah ushul fiqih yang memberlakukan kita menempatkan segala sesuatu pada tempatnya?
Sama aja kamu makan pake kaki itu kamu kira kira sudah bener apa belum???

Jadi ya pahami lah, ini bidang ilmu apa, apa yang saya butuhkan, dan saya harus bertanya kepada siapa, dan belajar kepada siapa.
Ranah ilmu ketuhanan ya tanya kepada yang mempelajari ilmu ketuhanan juga, maka kamu akan menemukan satu rasa dan kepuasan atas pertanyaan mu itu.

Ketika saya di tanya mengenai tata cara sholat ya tidak mungkin juga saya jelaskan kaidah sholat secara hakekat, pasti saya akan jelaskan tata cara sholat sesuai kaidah fiqih nya sesuai kemampuan dan kesanggupan saya juga. Kalau saya ga tau ya saya juga akan bilang ga tau dan akan saya rekomendasikan kepada yang ahlinya.
Gitu aja kok repot?! Jadi manusia itu sebetulnya bodoh di buat buat sendiri kok. Muter muter ga karuan akhirnya pusing sendiri dia, dan setelah dia pusing orang lain yang jadi sasaran. Itu tabiat manusia yang tidak terbantahkan.

Kembali ke konteks yang akan kita bahas, ada istilah atau kata kata "manunggaling kawula-Gusti" itu saya kurang setuju, dan saya rasa pengarang kitab nya yaitu murid Syech Siti Jenar pun tidak memberikan judul yang seperti itu. Itu jelas ada unsur tekanan politik pada masa itu dan ingin menyudutkan ke-ilmuan wahdatul wujud yang sebetulnya pun tidak bisa di bantahkan dan terpatahkan. Jadi teori wahdatul wujud itu sampai sekarang pun tidak bisa terpatahkan! Itu murni haq Alloh dan siapa yang mengimani nya ya jelas telah mendapatkan rohmat dan bimbingan kasih sayangnya.
Sebab kalo ga ada iblis dan syaitan ya dunia ini ga seru jadinya.