Minggu, 30 April 2017

CIRI-CIRI ASWAJA

Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
(ASWAJA)

Berikut adalah ciri-cirinya menurut Habib Syaikh Abdul Qodir Assegaf pada lantunan lirik lagunya.



Sholatulloh Salamulloh
‘Alaa Thoha Rosulillah
Sholatulloh Salamulloh
‘Alaa Yasiin Habibillah

Wahai muslimin wahai muslimat
Mari ASWAJA dipegang kuat
Insya-Alloh kita selamat
Di dunia juga akhirat

Dua mazhab aqidah Sunni
Mayoritas ikut Asy’ari
Banyak juga yang Ma’turidi
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Fiqih ASWAJA mazhabnya empat
Syafi’i Malik Hanafi Ahmad
Ikhtilaf Ummat membawa Rahmat
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Rukun Iman enam jumlahnya
Rukun Islam lima bilangannya
Yang ke tiga ihsan namanya
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Ikut dan belajar para Sufi
Imam Junaid Al Baghdadi
Ikut juga Imam Ghozali
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Sumber hukum yang disepakati
Qur’an Sunnah itu harga mati
Ijma’ Qiyas wajib ditaati
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Ayat sifat harus ditanzih
Tafwidh ta’wil dengan jiwa bersih
Tolak tegas tajsim dan tasybih
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Karomah Wali adalah fakta
Siksa kubur juga realita
Shirot dan mizan bukanlah dusta
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Nabi Muhammad akhir para Nabi
Bawa syafa'at di 'Hari Nanti'
Wasilah kita kepada Robbi
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Dzurriyyah Nabi banyak dan berkah
Pendamping Qur’an dan juga Sunnah
Wajib mencinta cucu Fathimah
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Sahabat Nabi bagaikan bintang
Panutan ummat terang benderang
Wajib dicinta haram diserang
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Sahabat Nabi adil riwayat
Meski tak ma’shum seperti Ahmad
Dengan Ahlul Bait begitu dekat
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Imam Mahdi dari Dzurriyyah
Pasti datang tak mungkin kalah
Khilafah tegak juga Syari'ah
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Isra’ Mi’roj fakta dan nyata
Dengan jasad dan juga jiwa
Melihat Alloh Tuhan Semesta
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Ahlu Sunnah Mazhab yang inshaf
konsisten ikut jalannya Salaf
Boleh IKHTILAF tolak INHIROF
Inilah ciri-ciri ASWAJA

Wahai muslimin wahai muslimat
Mari ASWAJA dipegang kuat
Insya-Alloh kita selamat
Di dunia juga akhirat

 

Jumat, 28 April 2017

Blm d post

J
Semenjak Allah menciptakan alam semesta dengan wujud yang sempurna, lalu menurunkan jasad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ke muka bumi, maka tampaklah segala keistimewaan-keistimewaan bagi para pengikut Rasulullah, yang tidak pernah Allah berikan kepada umat-umat sebelumnya. Allah jadikan umat ini sebagai umat terbaik, menjadikan mereka pewaris para nabi dan memberi mereka keleluasaan dalam menancapkan hukum sehingga mereka mengatur dan menghukumi apa yang mereka lakukan sesuai dengan hukum yang mereka ciptakan berdasar ijtihad yang telah mereka lakukan.

Kehadiran Rasulullah ke muka bumi adalah sebagai penyempurna dan pamungkas hukum-hukum yang diturunkan Allah untuk manusia. Tidak aka nada seorangpun yang akan menggantikan kedudukan syariat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ketika seorang Rasul masuk dalam masa umat ini seperti Nabi Isa dan nabi Khidlir, maka ia tidak akan memberikan hukum tersendiri kepada manusia kecuali sesuai dengan apa yang telah disyariatkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.  Inilah bentuk kemulian umat ini, yang tidak akan pernah tergantikan hingga berakhirnya zaman. 

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan keistimewaan kepada umat ini, menyempurnakan nikmatNya, dan menganugerahkan keutamaan-keutamaan yang begitu besar. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ (آل عمران: 110)

Artinya: " Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS. Ali Imran: 110)

Ketika umat ini adalah khaira ummah, maka sudah selayaknya kita sebagai bagian dari umat ini mempunyai perilaku yang mulia dan memiliki sikap yang diridloi Allah subhanahu wa ta'ala. Mujahid mengatakan bahwa kita adalah umat terbaik jika kita memenuhi syarat yang telah Allah sebutkan dalam ayat tersebut yaitu memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar. Pendapat lain mengatakan bahwa disebutnya umat ini sebagai khaira ummah, karena perbuatan amar ma'ruf nahi mungkar yang dilakukan umat ini begitu banyak, hingga menyebar ke seluruh penjuru baik di sana ada umat Islam atau tidak. 

Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda bahwa ketika Nabi Musa diberi kitab Taurat, maka di dalamnya ia menemukan kabar tentang umat ini. Lalu Nabi musa bertanya kepada Allah: 

"Ya Tuhanku!. Aku menukan dalam lembaran-lembaran Taurat berita tentang umat yang disebut sebagai umat yang paling akhir dan paling terdepan. Maka jadikanlah mereka sebagai umatku". 

Allah menjawab: "Mereka adalah umat Muhammad".

Nabi Musa bersabda: "Aku menemukan dalam lembaran Taurat umat yang kitab sucinya berada di hati mereka, sementara mereka membacanya. Jadikan mereka umatku!".

Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah!. Aku menemukan dalam lembaran Taurat, umat yang dihalalkan makan harta rampasan (fa'i). Jadikan mereka umatku!".

Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad".

Nabi Musa bersabda: Ya Allah! Aku menemukan dalam taurat, umat yang menjadikan shadaqah dalam perut mereka, sementara mereka mendapatkan pahala. Jadikan mereka umatku!".

Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku menermukan dalam taurat, umat yang ketika salah satu mereka menginginkan satu kebaikan tetapi tidak melakukankan, maka akan diberi satu pahala. Jika dilakukan, maka akan dicatat dengan 10 kebaikan. Jadikan mereka umatku!".

Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku menermukan dalam taurat, umat yang ketika diantara mereka menginginkan keburukan, lalu tidak dilakukannya, maka tidak akan dicatat baginya sesuatupun. Dan jika ia melakukannya maka hanya dicatatan satu keburukan. Jadikan mereka umatku!"

Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku menermukan dalam taurat umat yang diberi ilmu yang pertama dan ilmu yang terakhir. Lalu mereka memerangi Dajjal. Jadikan mereka umatku!"

Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Jadikanlah aku sebagai umat Muhammad. Jika demikian, maka aku telah diberi dua perkara". 

Allah berfirman: "Wahai Musa! Sesungguhnya Aku telah memilihmu di atas manusia dengan risalah dan kalamKu. Maka ambilah apa yang telah aku beri dan jadilah engkau dari golongan orang-orang yang bersyukur".

Nabi Musa bersabda: "Aku ridlo Wahai Tuhanku!".

Al-Imam Fakhruddin mengatakan bahwa Nabi yang mukjizatnya lebih besar, maka pahala umatnya lebih kecil. As-Subky melanjutkan: "Kecuali umat ini. Sungguh mukjizat nabinya sangat agung, namun pahala bagi umatnya lebih besar dari pada pahala semua umat yang diciptakan".

Berikut adalah keistimewaan umat Muhammad yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya:

1. Dihalalkan Ghanimah

Ghanimah adalah hasil rampasan perang. Harta ini halal bagi umat Muhammad dengan segala ketentuan yang telah disyariatkan. Bagi umat terdahulu ghanimah tidak dihalalkan

2. Disucikannya Bumi 

Bagi umat terdahulu, tidak semua bumi suci, sehingga mereka tidak melakukan ibadah kecuali di dalam tempat-tempat peribadatan mereka. Bagi umat Muhammad, seluruh bagian bumi suci dan sah untuk dijadikan tempat shalat. Debunya juga suci, sehingga sah untuk dijadikan alat untuk bertayammum. Diriwayatkan dari Abu Umamah dalam kitab Shahih Al-Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

وجعلت الأرض كلها لى ولأمتى مسجدا وطهورا

"Telah dijadikan bumi kesemuanya bagiku dan umatku sebagai masjid dan suci"

3. Disyariatkannya Wudlu

Al-Halimi menuturkan hal ini dengan dalil hadits Al-Bukhari:

إن أمتى يدعون يوم القيامة غرّا محجلين من آثار الوضوء

"Sesungguhnya umatku akan dipanggil di akhirat nanti dengan panggilan ghurran muhajjalin, karena atsar wudlu".

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam fathul Bari mengatakan bahwa apa yang disampaikan Al-Halimi ini perlu dipertimbangkan, karena dalam al-Bukhari juga disebutkan kisah Sarah bersama malaikan yang memberinya Hajar, bahwa Sarah ketika Malaikat ingin mendekatinya, maka ia berdiri, berwudlu dan melakukan Shalat. Oleh sebab itu, kesimpulan yang jelas adalah yang menjadi keistimewaan umat ini adalah Ghurrah dan Tahjil bukan wudlu' itu sendirit. Hal ini telah disharihkan dalam Riwayat Muslim dari Abu Hurairah berupa hadits marfu', Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لكم سيما ليست لأحد غيركم

"Bagi kalian sebuah tanda yang tidak dimiliki oleh seseorangpun dari selain kalian".

Tahjil adalah meratakan membasuh kedua tangan hingga lengan dan membasuh kaki hingga betis. Ghurrah adalah meratakan membasuh bagian depan kepala dan leher saat membasuh muka dalam wudlu'.

4. Dikumpulkannya Shalat lima waktu

Bagi umat terdahulu shalat lima waktu tidak diwajibkan. Subuh untuk nabi Adam, Dzuhur untuk nabi Ishaq, Ashar untuk nabi Uzair, Maghrib untuk nabi Dawud dan Isyak untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Rasulullah bersabda:

أعتموا بهذه الصلاة فإنكم فضلتم بها على سائر الأمم ولم تصلها أمة قبلكم

"Bermalamlah dengan shalat ini (isyak) karena kalian diberi keutamaan dengan shalat ini, diatas umat-umat lain. Umat sebelum kalian tidak melakukan shalat isyak".

BERSAMBUNG

Ilmu Alloh membangun rumah (blm di post)

JSholat sunah ba'da subuh dan ashar

Sholat sunah Rowatib 

Kalian tau shalat sunnah Rowatib, saya yakin Anda pasti tau. Diantara banyak solat sunah Rowatib ternyata ada yang dilarang, tapi mengapa nabi sendiri memainkannya ?? Kali ini kita akan membahas tentang hal itu

Perhatikan hadist ini, (maaf saya sulit menuris arabnya).

Artinya: " Dari 'Aisyah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah tidak pernah meninggalkan (sholat sunah) 4 rakaat sebelum Zuhur, dan 2 rakaat sebelum pagi (subuh) " HR Bukhari (Diambil dari buku "Menghafal 100 hadits pilihan Bukhari & Muslim" 

Dari ayat diatas, berarti dapat disimpulkan bahwa shalat sunah sebelum dzuhur dan sebelum subuh, hukumnya adalah sunah, kenapa sunah? karena saya belum pernah menemukan suatu hadist bahwa rasulallah menyuruh kita shalat sebelum dzuhur, dan subuh, apalagi saya belum pernah menemukan suatu ayat bahwa kita dipertintahkan shalat sebelum dzuhur, dan subuh. solat sunah ini hukumnya adalah sunah, lebih jelasnya sunah muakad, yaitu shalat sunah yang dianjurkan, dan sering dilakukan oleh Rasulallah.

Perhatikan hadist ini.

"Barangsiapa menjaga dalam mengerjakan shalat sunnah dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga, yaitu empat rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelah zhuhur, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah Isya` dan dua rakaat sebelum subuh " HR Tirmidzi, dan Nasai. 
Hadits diatas bersumber dari beberapa blog, tapi ada yang mengatakan ini dari aisyah, namun ada juga yang mengatakan hadits diatas dari Ummu habibah, tetapi menurut saya isinya. dan menurut Tirmidzi hadits ini hasan shohih. 

Perhatikan juga yang digaris bawahi, "4 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat sesudah zuhur, 2 rakaat setelah maghrib, dan 2 rakaat setelah isya". Berarti sholat sunah ini hukum nya sunah muakad. 

Tentang shalat sunah sebelum Ashar, menurut saya hukumnya sunah ghair muakad, karena jika sunah muakad, nabi pasti sudah menyarankan untuk mengerjakanya, Perhatikan hadits ini 

Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi Saw., Beliau bersabda, " Allah akan memberikan rahmat kepada orang yang shalat sebelum ashar 4 rakaat . "(HR.Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi). 

Hadits ini saya temukan dari 2 blog, menurut 1 blog yang saya baca, intinya Anda dapat melakukan shalat sebelum ashar 4 rakaat, menurut blog satunya lagi hadist diatas tidak shohih. Saya sependapat dengan yang kedua, karena jika seperti itu, pastilah nabi menyarakan kpd 'Aisyah / Ummu habibah untuk shalat sunah sebelum ashar 4 rakaat. Tapi kita ingat bahwa ada hadist lagi, yg menyatakan sesungguhnya antara 2 adzan (adzan dan Iqomat) tedapat shalat (sunah). Jadi menurut saya shalat sunah sebelum ashar hukumnya ghair muakad. Jika ada pendapat lain, silahkan komentar atau hubungi Fb saya Dodimahatir@yahoo.co.id 

Kita bahas saja tentang shalat sunah setelah ashar dan setelah subuh ..... 
Mungkin diantara kalian ada yg bertanya tentang hukum sholat sesudah ashar (ba'da) , dan subuh. Jujur ini pun pernah saya pikirkan, sampai akhirnya saya ingin memberikan ilmu yang saya dapatkan. Menurut saya hukumnya adalah tidak dapat .. berikut dengan alasanya

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata, "Orang-orang yang diridhahi bersaksi di sisiku dan yang paling diridhai adalah Umar bahwa Rasulullah saw melarang shalat ba'da Shubuh sampai matahari terbit dan ba'da Ashar sampai matahari terbenam."

diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: " Beberapa orang yang aku percaya dan dipercaya oleh Umar bersaksi bahwa NabiShallallaahu' Alaihi Wasallam melarang shalat setelah Shubuh sampai matahari terbit dan sesudah 'Ashar sampai matahari tenggelam. "(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya masih ada beebrapa hadits yang melarang bahwa rasulallah melarang sholat di dua waktu tersebut, itu perintah rasulallah. tapi mungkin diantara kalian menemukan hadist yang shohih juga berlaku bahwa rasulallah sering sholat ba'da Ashar? yaa hadits itu juga ada, menerangkan bahwa Rasulallah sering melakukan sholat ba'da ashar. saya perlihatkan hadits nya 

Dari 'Aisyah radliyallaahu' anhaa ia berkata: "Demi Allah, beliau tidak pernah meninggalkan shalat dua rakaat sampai beliau shallallaahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Allah, dan ia tidak bertemu dengan Allah ta'ala sampai ia merasa berat melakukan shalat. Dan beliau sering melakukan shalatnya dengan duduk, yaitu shalat (sunnah) dua raka'at setelah 'Ashar dan Nabi shallallaahu' alaihi wasallam biasa mengerjakan shalat (sunnah) dua raka'at setelah 'Ashar itu tidak di dalam masjid karena takut akan memberatkan umatnya dan dia senang terhadap sesuatu yang membuat ringan bagi umatnya "(HR Bukhari) 

" dua shalat yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam di rumahku dalam keadaan apapun yaitu: dua rakaat sebelum Fajar / Shubuh dan dua raka'at setelah' Ashar " (HR Bukhori dan Muslim)

Tentang hadits diatas, saya tidak mengada-ngadakan, melainkan saya dapat dari beberapa sumber. 
Dari hadits sebelumnya sampai hadits diatas, ada 2 kesimpulan. Sebenarnya banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang kesimpulan yang ke 1 dan ke 2, namun saya hanya mengambil sebagian saja. 
1). Nabi melarang shalat sunnah ba'da ashar / subuh .. 
2). Nabi melakukan shalat sunnah ba'da ashar. 

Saya berpendapat bahwa kita tidak perlu melakukan sholat sunnah ba'da ashar / subuh, karena kita harus menaati perintah Rasulallah, jika kita tidak taat berarti kita berdosa. Lalu perhatikan kata Aisya / hadits yang kedua, lagi pula itu kata aisyah bukan perkataan nabi Muhammad. 
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-nisaa ayat 59). 
Diperkuat dengan dalil Al Quran diatas, bahwa kita harus menaati Rasulallah, jika ada perbedaan pendapat kita kembalikan ke al quran dan hadits (perkataan nabi muhammad). Sedangkan nabi muhammad menyuruh untuk tidak melakukan sholat ashar. 

Jika ada perbedaan pendapat silahkan koment dibawah, atau bisa juga kirim pesa ke @ dodimahatir @ yahoo.co.id (email & fb). 

Wassalamualaikum

Kamis, 27 April 2017

KETIKA MALAIKAT IZRO'IL MENCABUT NYAWANYA SENDIRI blm di post

JIzrail dikenal dalam ajaran Islam sebagai malaikat yang diutus oleh Allah SWT sebagai malaikat pencabut nyawa bagi setiap makhluk yang hidup baik dari golongan manusia maupun jin.

Allah memberikan kemampuan yang sangat luar biasa kepada Izrail sampai barat dan timur dapat dijangkau olehnya dengan sangat mudah bagaikan seseorang yang sedang duduk dimeja makan dengan berbagai macam makanan yang siap untuk dimakan.

Malaikat Izrail adalah malaikat yang sangat sering turun ke bumi untuk menemui para nabi serta pada saat mencabut nyawa manusia. Meski Izrail adalah malaikat maut, namun dirinya juga tidak serta merta terbebas dari maut. Karena Allah sudah berjanji dalam firman-Nya: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. "[QS. Ali Imran ayat 185]

Malaikat Izrail juga makhluk Allah yang pasti akan merasakan mati, sekalipun ia adalah malaikat pencabut nyawa. Dan beginilah kisah pada saat malaikat Izrail menemui ajal di tangannya sendiri.

Kelak ketika terompet sangkakala ditiup oleh malaikat Israfil, maka akan terjadi peristiwa berikut:

Tiupan pertama akan sangat membuat takut penduduk langit dan bumiTiupan kedua akan menghancurkan semua makhluk yang ada dilangit dan dibumiTiupan ketiga adalah tiupan membangkitkan semua yang telah mati dari zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir.

Pada saat tiupan kedua, maka akan matilah seluruh makahluk yang ada di langit maupun di bumi kecuali makhluk-makhluk yang dikehendaki-Nya, mereka adalah:

Malaikat Jibril.Malaikat Izrail.Malaikat Israfil.Malaikat Arsy.

Kamudian, Allah memerintahkan Izrail untuk mencabut ruh dari semua malaikat-malaikat diatas, dan malaikat Izrail melaksanakan perintah Allah SWT. Setelah malaikat Izrail melakukan tugasnya, maka hanya tinggal malaikat Izrail dan Allah saja pada saat itu.

Kemudian Allah berfirman:

"Hai Malak al Mawt (malaikat Izrail), tidakkah kamu mendengarkan Firman-Ku, ' Kullu Nafsin Dza'iqatul maut ', tidakkah engkau tahu setiap yang bernyawa itu akan merasakan mati?"

Lalu Allah berfirman:

"Aku jadikan engkau untuk tugas itu dan engkau juga harus mati."

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika Allah memerintahkan Izrail untuk mencabut nyawanya sendiri, maka pergilah Izrail ke suatu tempat antara surga dan neraka untuk melaksanakan perintah Allah tersebut.

Pada saat ruhnya dicabut, maka seketika itu malaikat Izrail menjerit dengan sangat dahsyat, bahkan andai saja ada makhluk hidup yang mendengar jeritan itu, maka makhluk itu akan binasa seketika karena saking dahsyatnya jeritan Izrail itu.

Pada saat itu, Izrail berkata:

"Kalaulah aku tahu bagaimana sakitnya saat roh dicabut, maka sudah barang tentu aku akan mencabut roh orang-orang mukmin dengan cara yang paling lembut sekali."

Setelah itu, matilah malaikat pencabut nyawa dan hanya tinggal Allah saja yang Maha Kekal dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Setelah itu Allah kemudian membangkitkan malaikat Israfil dan Malaikat Arsy, dan memerintahkan Israfil untuk meletakkan terompet dimulutnya menunggu perintah selanjutnya dari Allah Yang Maha Kuasa.

Kemudian, Allah membangkitkan malaikat Jibril dan Mikail. Setelah malaikat Jibril dan Mikail dihidupkan, Allah kemudian memerintahkan Jibril dan Mikail dengan mengendarai Buroq untuk ke makam Rasulullah dengan membawa perhiasan dari surga. Kemudian Allah membangkitkan Muhammad SAW, dan barulah dibangkitkan semua makhluk yang sudah mati tadi.

Saat manusia dibangkitkan, maka mereka dalam keadaan telanjang menuju kepada Tuhan mereka dan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk menunggu hisab amal perbuatan mereka selama hidup di dunia.

Itulah kisah dari malaikat Izrail pada saat mencabut nyawanya sendiri. Semoga dapat menjadi bahan renungan untuk kita semua.

KETIKA SYAIKH IBNU ARABI MENGAKUI MURIDNYA LEBIH TINGGI AKAN ILMUNYA

Mukadimah Sufi Muda:

Siapa yang tidak mengenal Syaikh Ibnu Arabi? Seorang tokoh Ulama yang terkenal akan kealimannya, ketawadu'annya, dan ketaqwaannya kepada Alloh SWT. Beliau terus mempelajari Islam hingga sampai pada pemahaman yang tidak bisa di terjemahkan dengan akal. Karena satu kunci jalan para sufi adalah tidak pernah menggunakan akal untuk meng-akal-akali. Para sufi cenderung menggunakan qolbun salim dalam menterjemahkan ayat-ayat Alloh dan kalamulloh. Begitupun dengan Syaikh Ibnu Arabi, pada zamannya beliau adalah gurunya para guru mursyid yang memperkenalkan para santrinya kepada Alloh SWT dan Rosul Nya. Beliau ahli dalam literatur Islam, baik dalam cabang keilmuan Hadits Rosululloh SAW, fikih, ushul, tafsir, sastra, dan sejarah. Beliau juga telah mencapai derajat ijtihad dalam ilmu agama. Dalam satu riwayat beliau menetaskan 300 karya kitab yang sangat fenomenal. Beliau jugalah yang menemukan konsep 'Wahdad al-Wujud' yang banyak di kritik oleh Ulama-Ulama fikih. Bahkan beliau sampai di hukumi keluar dan menyimpang dari ajaran Islam.
Saya, (sang Sufi Muda) sangat suka sekali membahas hal-hal yang demikian, karena saya sudah memahami betul dengan keyakinan saya yang tak terbantahkan. Yakin haqul yakin ainul yakin. Saya berada di jalan yang benar! Ini buah dari permintaan saya kepada Alloh setiap saya sholat, "ihdinash shirotol mustaqiim." Allohumma ya Alloh, tunjukilah kami jalan yang lurus. Ilmu Islam itu tidak ada batasnya, jika di terjemahkan dengan akal pikir kita yang terbatas, maka tidak akan cukup. Daya ingatan kita sangat begitu terbatas. Dan ingat! Permainan syaithon ada pada batasan akal pikir. Hawa nafsu itu mengelilingi akal pikir. Artinya akal pikir kita di penuhi oleh hawa nafsu syaithon. Sehingga kita berandai-andai melampaui batas dan menyebabkan kita lalai dari mengingat Alloh. Pikiran kita di penuhi oleh dunia, dunia, dan dunia. Sehari semalam yang di pikirkan hanya dunia. Cuma masalah perut, makan, minum, dan memperturutkan nafsu syaithon. Padahal larangan Alloh sangatlah jelas. "Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithon." Akhirnya yang terjadi, segala macam cara menjadi halal asalkan ia puas. Lalu apa bedanya kita yang disebut manusia (al-insan) dengan makhluk bernama kerbau? Yang kerjanya hardolin (dahar, modol, ulin). Katanya manusia itu sebagai kholifah di muka bumi? 

Para sufi adalah calon Wali Alloh yang tentu telah menjalani proses kholwat dan mujahadah yang berat. Kita setiap hari memerangi hawa nafsu barulah bisa menterjemahkan kalam-kalam Alloh dan mendapat hidayah karunia Alloh SWT yang tak mampu di terangkan dan di terjemahkan dengan akal. Maksudnya adalah, janganlah kita itu memusuhi pendapat-pendapat yang mana kita belum sampai paham-paham tersebut. Apalagi menghukumi sesat, kafir, murtad, dan sebagainya. Biarlah yang menghukumi adalah Alloh SWT sendiri kelak di 'Hari Pembalasan'. Jika ada suatu pendapat yang terasa membingungkan, atau kita belumlah jelas, maka kita tanyakan hal itu kepada yang ahli di bidangnya. Atau kita kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits Nabi SAW. Jangan malah kita menjadi umat yang berkeras hati dan segala sesuatu harus sesuai paham yang kita pahami. Saya akan ambil contoh.
Bahwa Alloh SWT memperkenalkan saya kepada buah apel. Yang saya lihat adalah buah apel adalah berwarna merah, besarnya satu kepalan tangan dan rasanya manis. Namun pada suatu hari, seseorang datang kepada saya dan mengatakan bahwa buah apel warnanya hijau, besarnya hanya satu bulatan jari, dan rasanya agak asem. Maka apakah saya harus menolak apa yang di sampaikan oleh orang tersebut? Dan bersikeras membantah bahwa apel itu ya harus merah seperti yang saya lihat, besarnya satu kepalan tangan dan rasanya manis. Padahal yang di lihat dan di makan oleh orang tersebut yang datang kepada saya jugalah buah apel. Namun pada suatu hari yang lain seseorang datang kepada saya dan bercerita bahwa buah apel itu berwarna kuning. Besarnya satu kepal dan rasanya manis. Tapi kok tidak sama seperti yang saya lihat dan saya makan? Perbedaannya hanyalah warnanya saja. Apakah saya harus menampik?
Rosululloh SAW mengajarkan kepada kita umatnya bahwa dalam menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dan pendapat yang berbeda. "Tabayun dulu kamu," kata Nabi SAW. Jangan langsung di tolak atau di terima. Berpikir dulu dan renungkan. Sama halnya kita di berikan makanan apakah langsung akan kita telan? Berpikir dulu, ini makanan dari mana? Setelah di pikirkan kemudian di kunyah dahulu di dalam mulut. Baru di telan. Jika langsung di telan padahal itu adalah racun bagaimana? Itulah makanya, umat muslim haruslah mencontoh 4 sifat Nabi SAW yaitu: Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah. Fathonah artinya cerdas. Harus cerdas. Maka jika tidak paham akan suatu ilmu. Belajar dulu, jangan merasa sudah memiliki cukup ilmu lalu kemudian ilmu itu hanya untuk menghukumi sesat dan karif saudara kita yang muslim. Meskipun kamu hafal Al-Qur'an dan Hadits dan berceramah di muka, belum tentu kamu itu yang paling benar di hadapan Alloh SWT. Penampilan pun tidak sama sekali mempengaruhi dan menandakan ketaqwaan dan kealiman seseorang. Hati orang siapa yang tahu kecuali Alloh SWT pemilik segala hati dan yang menciptakan hati. Bisa jadi seorang pemulung derajatnya lebih tinggi di sisi Alloh SWT dan Rosul Nya karena setiap detik ia selalu mengingat-ingat Alloh dan bersholawat. Dan Alloh SWT tidak mungkin mengangkat derajat orang-orang yang lalai. Itulah Islam. Jadi apa hujjah nya kita dengan mudah menghukumi sesat dan kafir kepada seseorang sementara maqomnya antara kita dan yang kita hukumi sudah berbeda?
Jangan menjadi umat yang bodoh yang dengan mudah di ombang-ambing dengan isyu-isyu (makar) yang mengadu domba umat. Kita ini manusia bukan seekor domba, kenapa mau saja di adu-adu? Dan tidaklah sepatutnya seorang pandai besi mengkritik tukang pembuat roti dan mengatakan "kamu tidak bisa membuat roti," padahal dia lebih ahli dalam hal membuat roti di banding tukang pandai besi.
Kesimpulannya adalah, bahwa saya tahu apel itu merah namun suatu ketika orang mengatakan ada apel hijau ya alhamdulillah, saya jadi bertambah wawasan bahwa ternyata ada apel yang berwarna hijau. Ada lagi yang mengatakan kuning bertambah lagi pengetahuan saya bahwa apel itu ada yang kuning. Bahwa kita tukang pandai besi di ajarkan membuat roti, alhamdulillah, bertambahlah kemampuan saya dalam hal membuat roti. Mungkin lain waktu bisa saya variasi roti yang berbentuk besi. Jadi semakin luaslah ilmu kita kalau kita tidak mudah di ombang-ambing oleh akal pikiran kita sendiri. Maka dalam Islam di ajarkan setiap hamba untuk memiliki hati yang bersih agar mudah menerima ilmu Alloh Yang Maha Luas.
Adapun kata-kata dari sorang Syaikh yang tak mampu di cerna oleh akal. Yaitu saya ambil contoh Syaikh Siti Jenar. Ia mengatakan "Akulah Alloh al-Haq." Dan ungkapan penuh makna: "Yang di sembah dan yang menyembah adalah satu."
Saya pribadi secara syari'at paham betul bahwa itu sudah keluar dari aqidah. Tapi secara hakikat karena saya paham ilmunya dan maknanya saya tidak berani berkomentar. Dan saya tidak berani menghukumi orang yang sudah sampai pada maqom yang mana saya belum sampai. Yang mengatakan hal demikian pasti sudah tahu batasan syari'at dan ia mengatakan ini dengan ilmu. Berbeda dengan perkataan Fir'aun yang mengatakan "sayalah Tuhan" tanpa ilmu dan keyakinan yang haq! Bahkan Fir'aun tidak percaya Tuhan dan mengaku ialah sebagai Tuhan. Sifat takabur itulah yang menyebabkan murka Alloh. Namun para Wali-Wali Alloh mengatakan hal demikian itulah luapan perasaan karena telah menemukan kebenaran ilmu yang hakiki dan tak dapat terbendungkan luapan tersebut. Mereka mengatakan bil haq dengan mata hati yang tersingkap (ingkisyaf Imani). Bukan dengan ketakaburan dan ujub seperti halnya Fir'aun.
Di dalam dunia tasawuf. Tidak ada guru dan murid. Semua adalah sama-sama hamba Alloh yang mencari kebenaran ilmu. Tapi untuk membedakan mana pembimbing dan yang di bimbing maka itu cukup dengan ilmu adab. Karena Rosululloh SAW tidak mengajarkan adanya guru dan murid. Bahwa 4 sahabat terdekat Nabi SAW mereka adalah murid Nabi SAW yang di ajarkan langsung oleh Nabi SAW. Tapi Rosul SAW tidak mau di sebut guru. Maka Nabi SAW menganggap seluruhnya baik yang muda dan yang tua adalah sahabat. Begitupun ketika pertama kali saya di kenalkan oleh guru saya. Beliau sendiri mengatakan: "Di sini tidak ada guru atau murid. Kita sama-sama belajar dan terus belajar." Tapi adab saya mengajarkan bahwa saya harus tetap takdim kepada beliau sebagai guru. Seperti halnya para sahabat Nabi SAW yang tidak pernah di anggap sebagai murid, tapi seluruh sahabat mentakdimi setiap perkataan Rosululloh SAW. Maka ketika Rosul SAW memerintahkan ini dan itu langsung di kerjakan oleh para sahabat. Itulah bentuk dari pada takdim dan ittiba' kepada Rosulillah SAW.

Berikut akan saya nukilkan satu buah kisah yang tentu sudah saya adabtasi bahasanya sedemikian rupa.
Kisah ini adalah bentuk kerendah hati dari seorang Syaikh Ibnu Arabi yang mengakui akan kehebatan ilmu muridnya sendiri. Dan bukti bahwa dalam Islam. Guru tidak menjamin akan keluhuran ilmu yang di milikinya dari sang murid. Saya angkat kisah ini karena di dalamnya selain ada muatan tasawuf banyak hal yang dapat di petik dari kisah berikut. Saya pun mendapat banyak sekali pelajaran dari kisah ini.

Ketika Syaikh Ibnu Arabi Mengakui Muridnya Lebih Tinggi Akan Ilmunya:

Kisah di ambil dari kitab: Futuhat al-Makkiyah.

Di suatu pagi, seorang santri menemui gurunya (Syaikh Ibnu Arabi). Ia mengatakan kepada gurunya dalam keadaan pusat pasi: "Wahai tuan guru, semalam aku mengkhatamkan Al-Qur'an dalam sholat malamku..."

Sang guru tersenyum. "Bagus nak, nanti malam kau hadirkan bayangan diriku di hadapanmu saat kau baca Al-Qur'an itu. Rasakanlah, seolah-olah aku sedang menyimak apa yang engkau baca."
"Baiklah guru..."  Jawab santrinya.

Esok harinya, sang murid datang dan melapor kepada gurunya. "Tuan guru," katanya, "semalam aku hanya sanggup menyelesaikan setengah dari Al-Qur'an itu..."

"Engkau sungguh telah berbuat baik nak," ujar sang guru sembari menepuk pundaknya. "Nanti malam lakukan lagi, dan kali ini hadirkan wajah-wajah para sahabat Nabi SAW yang akan mendengarkan bacaan Al-Qur'an mu itu. Bayangkan Al-Qur'an itu langsung dari Rosululloh SAW dan bayangkan baik-baik bahwa mereka sedang mendengarkan dan memeriksa bacaanmu."

Pagi-pagi buta setelah sholat subuh sang murid kembali menghadap dan mengadu. "Duh guru," keluhnya. "Semalam bahkan hanya sepertiga Al-Qur'an yang dapat aku lafalkan."

"Alhamdulillah, engkau telah berbuat baik," kata sang guru mengelus kepala santrinya. "Nanti malam bacalah Al-Qur'an itu dengan lebih baik lagi, sebab yang akan hadir di hadapanmu untuk menyimak adalah Rosululloh Shollollohu 'Alaihi Wasallam sendiri. Manusia pilihan yang kepadanya Al-Qur'an itu diturunkan."

Seusai sholat subuh. Kali ini sang gurulah yang bertanya. "Bagaimana sholatmu semalam?"
"Aku hanya mampu membaca satu juz saja duh guru." Jawab santrinya sambil menghela nafas panjang. "Itu pun dengan susah payah wahai guru..."

"Masya-Alloh," kata sang guru sambil memeluk sang santri dengan bangga di dalam hati. "Engkau sungguh telah melakukan perbuatan baik nak..."
Ujar sang guru. "Lanjutkan kebaikan itu nak...dan nanti malam cobalah kau hadirkan Alloh di hadapanmu. Sungguh, selama ini pun sebenarnya Alloh lah yang mendengarkan dan menyimak bacaanmu. Alloh SWT yang telah menurunkan Al-Qur'an. Dia selalu hadir di dekatmu. Jika pun engkau tak dapat melihat Nya. Dia lah Alloh yang pasti melihatmu, ingat baik-baik. Hadirkan Alloh, karena Dia selalu mendengar dan menjawab apa yang engkau baca nak...apakah engkau mengerti nak?"
"Baiklah guru, saya mengerti..." Jawab sang murid.

Keesokan harinya, sang guru mendengar kabar, ternyata santrinya itu jatuh sakit.
Sang guru pun datang menjenguknya. "Ada apa dengan mu?" Tanya sang guru.

Sang santri berlinang air mata. "Demi Alloh, wahai tuan guru," ujarnya. "Semalam aku tak mampu menyelesaikan bacaanku. Meskipun hanya Al-Fatihah aku pun tak sanggup menyelesaikannya. Ketika sampai pada ayat "iyyakana'budu wa iyyaka nasta'iin" lidah ku kelu. Aku merasa aku sedang berdusta. Di mulut aku ucapkan "Kepada Mu ya Alloh aku menyembah" tapi jauh di dalam hatiku aku tahu, aku sering memperhatikan yang selain Dia (Alloh). Ayat itu tak mau keluar dari lisanku. Aku menangis dan tetap saja tak mampu menyelesaikannya."

"Nak...," Kata sang guru sambil berlinang air mata. "Mulai hari ini engkaulah guruku, dan sungguh aku ini muridmu. Ajarkan padaku apa yang telah kau peroleh. Sebab meski aku membimbingmu di jalan itu, aku sendiri belum pernah sampai pada puncak pemahaman yang kau dapat di hari ini."





Rabu, 26 April 2017

UTAMANYA ILMU DALAM ISLAM

Ruang Tholabul 'Ilmi dari Sang Sufi Muda:

Sebelumnya saya (Sufi Muda) akan menukilkan satu buah kisah salah seorang sahabat Nabi SAW yaitu Ali bin Abi Tholib yang diambil dari Kitab Mawaidzul Ush'furiyyah karangan Syekh Muhammad bin Abi Bakar, Hal.04.

Ketika aliran Khawarij mendengar Hadist Rosululloh SAW bahwa Rosululloh SAW adalah kota ilmu dan sahabat Ali bin Abi Tholib Karomallohu Wajhah sebagai pintu kota tersebut, kemudian mereka (kaum Khawarij) sangat iri dan dengki. Para pembesar-pembesar aliran Khawarij berkumpul dan mengadakan rapat. Mereka meragukan perkataan Rosululloh SAW yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Tholib adalah pintu gerbangnya ilmu. Mereka berpikir bahwa Ali bin Tholib tak sepandai itu dan tak sepandai perkataan Nabi SAW sebagai pintu gerbangnya kota ilmu. Maka mereka merundingkan bagaimanakah caranya untuk menguji kecerdasan Ali bin Abi Tholib.

Salah seorang diantara mereka memiliki usul dan mengatakan: "Kita akan bertanya kepada Ali bin Abi Tholib satu pertanyaan dan kita akan lihat bagaimana ia akan menjawab. Jika ia menjawab dengan jawaban yang berbeda maka pantaslah kita mengakui bahwa ia seorang yang pandai!!!" Setelah itu disepakati, kaum Khawarij akan mengirim 10 orang penanya kepada Sahabat Ali bin Abi Tholib KW (Karomallohu Wajhah).

Kemudian datang salah seorang dari golongan mereka kepada sahabat Ali bin Abi Tholib KW dan bertanya: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Qorun, Syaddad, Fir'aun dan sebagainya." Mendengar jawaban tersebut sang penanya pertama pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu bisa menjagamu. Sedangkan harta, kamulah yang harus menjaganya." Mendengar jawaban tersebut penanya kedua pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib seperti pertanyaan orang pertama dan kedua. Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi. "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Orang yang memiliki harta, ia memiliki banyak musuh. Sedangkan orang yang berilmu, ia memiliki banyak teman." Mendengar jawaban tersebut penanya ketiga pun segera pergi.

Kemudian datang lagi salah seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Jika kamu menghabiskan harta, maka harta itu akan berkurang. Tapi jika kamu menghabiskan ilmu, maka ilmu itu akan semakin bertambah." Mendengar jawaban tersebut penanya keempat pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi. "Apa alasannya wahai Ali?" Sahabat Ali pun menjawab: "Pemilik harta disebut dengan sebutan kikir dan pelit. Sedangkan pemilik ilmu disebut dengan sebutan mulia dan agung." Mendengar jawaban tersebut penanya kelima pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Dirham selalu dijaga dari seorang pencuri. Tapi ilmu tidak pernah dijaga dari seorang pencuri." Mendengar jawaban tersebut penanya keenam pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apakah alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Pemilik harta akan di hisab dan di perhitungkan atas hartanya kelak di hari Kiamat. Sedangkan pemilik ilmu, ia akan mendapat syafa'at di hari Kiamat." Mendengar jawaban tersebut penanya ketujuh pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut melanjutkan pertanyaannya. "Apakah alasannya wahai Ali?" Sahabat Ali pun menjawab: "Harta akan habis sepanjang masa dan hancur sesuai perjalanan waktu. Sedangkan ilmu tidak pernah habis dan tidak akan hancur." Mendengar jawaban tersebut penanya kedelapan pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu ataukah harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Tentu ilmu itu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut kembali bertanya: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Harta akan menjadikan mu memiliki hati yang keras. Sedangkan ilmu dapat menyinari hati mu." Mendengar jawaban tersebut penanya kesembilan pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang terakhir dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu ataukah harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Harta membuat pemiliknya merasa seolah seperti Tuhan (seperti Qorun, Syaddad, dan Fir'aun) karena harta yang dimilikinya. Sedangkan pemilik ilmu merasa ia adalah seorang hamba."

Rupa-rupanya Imam Ali Karomallohu Wajhah sudah mengetahui bahwa dirinya sedang di uji. Beliau kemudian melanjutkan perkataannya:

"Jika kalian semua datangkan seluruh orang dan bertanya kepadaku akan hal ini, maka selama aku hidup, aku akan menjawabnya dengan jawaban yang berbeda-beda.

Kemudian mereka semua (kaum Khawarij) mendatangi sahabat Ali bin Abi Tholib dan berpasrah diri mengakui kealiman beliau Karomallohu Wajhah. 



Kesucian dan Kemuliaan Ilmu:

1. Tidak ada kemuliaan tanpa ilmu.

2. Ilmu adalah warisan yang mulia.

3. Serendah-rendah ilmu adalah yang berhenti di lidah, dan yang paling tinggi adalah yang tampak di seluruh bagian tubuh.

4. Tetaplah mengingat ilmu di tengah orang-orang yang tidak menyukainya, dan mengingat kemuliaan yang terdahulu di tengah orang-orang yang tidak memiliki kemuliaan, karena hal itu termasuk di antara yang menjadikan keduanya dengki terhadapmu.

5. Jika Alloh SWT hendak merendahkan seorang hamba, maka Dia mengharamkan terhadapnya ilmu.

6. Jika mayat seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya, maka muncullah empat api. Lalu datanglah sholat (yang biasa dikerjakannya), maka ia memadamkan satu api. Lalu datanglah puasa, maka ia memadamkan api yang satunya lagi (api kedua). Lalu datanglah sedekah, maka ia memadamkan api yang satunya lagi. Lalu datanglah ilmu, maka ia memadamkan api yang keempat seraya berkata: "Seandainya aku menemukan api-api itu, niscaya akan aku hapus semuanya. Oleh karena itu, bergembiralah kamu. Aku senantiasa bersamamu, dan engkau tidak akan pernah melihat kesengsaraan." Inilah bukti ucapan Sayyidina Ali bahwa ilmu akan tetap menjaga kita sampai kita ke liang lahat. 

7. Janganlah engkau membicarakan ilmu dengan orang-orang yang kurang akal karena mereka hanya akan mendustakannya, dan tidak pula kepada orang-orang bodoh karena mereka hanya akan menyusahkanmu. Akan tetapi, bicarakanlah ilmu dengan orang yang menerimanya dengan penerimaan yang baik dan yang memahaminya.

8. Cukuplah ilmu itu sebagai kemuliaan bahwasanya ia diaku-aku oleh orang yang bukan ahlinya dan senang jika dia dinisbatkan kepadanya.


"Alloh mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Alloh Maha Mengetahui atas apa-apa yang kalian kerjakan." (QS. Al-Mujadilah ayat: 11)


Suatu ketika sang sufi muda ditanya oleh seseorang di dalam pintu masjid Sunda Kelapa, Menteng. "Wahai saudaraku, menurutmu, manakah yang lebih utama? Harta atau ilmu?" Sang sufi menjawab. "Tentu lebih utama ilmu ya ikhwal?" "Kenapa begitu?" Sang penanya melanjutkan pertanyaannya. "Harta akan menjadikanmu sombong, jika kamu sudah sombong kamu akan lupa dengan dirimu sendiri. Sering sekali orang yang sombong menanyakan dirinya sendiri kepada orang lain, ("elu nggak kenal siapa gue?"). Sementara ilmu akan menjadikanmu tawadu'. Orang yang benar-benar memiliki ilmu maka ia akan seperti padi yang semakin diisi semakin menunduk."



Muhammad Jadmiko 

#SufiMuda

KETIKA SUFI MUDA TAK MERASAKAN MANISNYA DZIKRULLOH

Kisah Sang Sufi

Pada 1 Syawal 1436 Hijriah, setelah sang sufi muda mencium tangan ibundanya tercinta. Mencium pipi kanan dan kirinya untuk meminta ridho permohonan maaf atas perlakuannya selama ini terhadap segala kesalahan dan dosa-dosanya. Sang sufi muda segera mengambil air wudhu untuk mendirikan sholat duha. Namun ketika sufi muda bertakbir "Allohu Akbar" di dalam hati terasa biasa-biasa saja. Tiada perasaan nikmat seperti sebelum-sebelumnya. Begitu juga ketika sampai pada bacaan "inni wajahtu wajhiya lilladzi fathoros samawati wal ardho" pun terasa biasa-biasa saja. Yang mana biasanya dengan sendirinya sang sufi muda meneteskan air mata dan terisak-isak mengingat akan kedzoliman-kedzolimannya dan tidak sesuai dengan janji pada arti bacaan di atas. Bacaan tahiyat akhir yang mengandung penuh makna sejarah pertemuan antara Alloh SWT dan Rosululloh SAW pun terasa biasa saja. Saat membaca do'a fitnah Dajjal juga sama. Setelah selesai sholat. Sang sufi muda duduk sejenak di atas sajadah untuk merenungi perasaannya. Ada apakah gerangan? Padahal saat itu adalah saat yang berbahagia. Di luar sang sufi muda mendengar seorang temannya yang tengah menanyakan dirinya untuk halal bi halal. Tapi sang sufi tak menghiraukan dan cenderung memikirkan perasaan hatinya yang saat itu seperti sedang bahagia namun pada kenyataannya ia sedang bersedih. Setelah mencoba bertajali mencari jawaban namun sang sufi tak menemukan jawaban. Hatinya terus saja berdzikir mengingat-ingat nama Alloh. Setelah cukup lama duduk bersimpuh. Kemudian ia bangkit dan keluar dari kamarnya. Pada saat itu ibundanya kemudian mengatakan: "kamu sudah telvon nenek?"
Segera saja sang sufi muda menghubungi keluarganya di kampung untuk dapat berbicara dengan sang nenek yang sejak kecil mengurusnya. Memandikan dan bahkan membersihkan dubur kemaluannya ketika sang sufi muda buang air besar. Neneknya-lah yang mengurusinya sedari ia kecil. Setelah meminta maaf dan mengatakan tidak bisa pulang. Sang nenekpun memaklumi dan terdengar sayup-sayup beliau nenahan kesedihan.
Tak terasa sudah masuk waktu dzuhur. Sang sufi segera mengambil air wudhu dan mendirikan sholat. Dan subhanalloh, ketika takbir "Allohu Akbar", seluruh air mata sang sufi muda ketika itu mengalir deras. Dari awal sampai salam ia masih juga terisak-isak. Ternyata itulah penyebab pada saat sholat sebelumnya sang sufi seperti merasakan hatinya mati. Setelah meminta ridho dari neneknya, hati sang sufi seperti hidup kembali dan merasakan manisnya berdzikir mengingat Alloh. Sambil terus berharap di dalam hati bahwa Alloh SWT akan senantiasa menjaga sang nenek yang jauh di sana.
Saat itu juga sang sufi mendapat jawaban atas tajalinya sebelumnya. Bahwa hati yang bersih (qolbun salim) akan di dapat melalui orang tua kita, nenek yang mengurusi kita jugalah termasuk orang tua kita yang tak sepantasnya kita lupakan. Selalu do'akan orang tua kita dan meminta ridho atas mereka. Di dalam ridho mereka terdapat ridho Alloh SWT dan Rosul Nya. Keutamaan ridho dari orang tua adalah yang paling prioritas dalam hal ibadah. Sungguh meskipun kita mampu untuk beramal sholeh seumur hidup kita, jika di timbang pahalanya orang tua kita ketika bernafas hendak mengeluarkan kita. Sungguh tidak akan kucup meskipun kita memiliki usia ratusan tahun. Alloh dan Rosul Nya masih memberatkan pahala sang ibu ketika melahirkan anaknya.

Subhanallohil 'Adzim wa shodaqo Rosuluhu Nabiyyul Karim...

Sodaqolloh wa sodaqo Rosul....

Penulis: #SufiMuda
Sumber: Kisah kehidupan sang sufi muda.

Selasa, 18 April 2017

Ismu Dzat blm di post

JTentang Dzat Alif Satunggal (Makrifat Ismu Dzat)

Tentang Dzat Alif Satunggal (Makrifat Ismu Dzat)


Assalamu'alaikum wa Rohmatulloh wa barokaatuhu

Sahabat pengunjung blog ini, semoga selalu diberkahi dan tetap terjaga Iman Islam kita semua, Aamiiin Alhamdulillahi Hamdan katsiron Thoyyiban Mubaarokan fiihi, Allohumma sholli 'Alaa Sayyidina Muhammad wa' Alaa Aali Sayyidinaa Muhammad. Ammaa Ba'du ...

Sahabat yang saya hormati, pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan saya untuk menyampaikan Ushuuluddin sekilas pengenalan tentang Ismu Dzat Allah.

Ismu Dzat (Allah) ... 

ALIF, LAM, LAM, HA '... 

Alif itu adalah kenyataan Dzatullah, Sang Hidup, yang tidak mengenal mati, asing tak terdefinisikan, hidup dan berdiri sendiri. Tidak ada gambaran atau penyerupaan apapun baginya. 

Lam (awal) dan Lam (akhir), itu adalah kenyataan SIFATULLAH, atau sifatnya Allah. Dua buah Lam ini adalah 2 kutub sifat yang berlawanan. yang pertama ada adalah Lam jalal (lam jalalah), yaitu sifat Keagungan Allah sendiri, Lam Jalal ini adalah kegelapan awal. Ruang gelap absolut. 

Lam (akhir) adalah Lam Jamal yaitu yang mewakili sifat keindahan Allah, inilah terang itu. yang memancar dari setitik benih terang. 

Dua buah lam itu (awal dan akhir), lalu dipadukan, dimana Lam Jamal menjadi terang yang bercahaya, sedang Lam Jalal menjadi gelap yang membungkus dan mengurangi terang itu secara berlapis-lapis. 

Ketika Lam jalal sebagai hijab itu diangkat, maka musnahlah segala sesuatu sebab tergilas oleh terang (Lam Jamal). Dua buah Lam ini Jamal dan Jalal, membentuk suatu Kesempurnaan, sebab ada 2 Kutub sifat yang berlawanan, ada terang dan gelap, kesempurnaan itu adalah sifat Al-Kamal. Dan kesemuanya itu terangkum dalam kemaha wenangan dan PaksaanNYA Al-Qohar. 

Ha 'itu adalah kenyataan bagi Af'al Allah. yaitu amar perbuatan Allah. Yang engkau kenal sebagai ruh itulah Ha'-NYA. ruh itu "min amri robbi" (dari amar Tuhan). 

Alif ==> Dzatullah 
Lam (awal) ==> sifat gelap (pemarah, pencemburu, menyesatkan dsb) 
Lam (akhir) ==> sifat terang (indah, mulia, kaya, dsb) 
Ha '==> Af'al Allah

Lalu asma'NYA mana? Ketika keempat huruf itu digabung yaitu Alif, lam, lam, ha ', maka membentuk asma Allah, itulah letak asma'NYA.

Dikarenakan sifat-sifat kegelapan itu bernada "negatif", maka DIA tak begitu memiliki Lam awalNYA, lebih disembunyikan dari makhluk, yang ditampilkan acapkali hanyalah Lam akhirnya (Jamal) / indahnya. maka dari Alif, Lam, lam, Ha '(ALLAH) disembunyikan satu lamnya menjadi Alif Lam Ha' (ILAH). 

Dari Allah menjadi ILAH (Tuhan sesembahan), atau sederhananya DIRINYA menampilkan diri dalam aspek ILAHIYAHNYA. Atau Allah sebagai ILAHI, sebagai TUHAN sesembahanlah yang ditampilkan. Bahasa sederhana yang lain itu bahwa DIA mendahulukan rahmatNYA dari murkaNya.

Ketahuilah, bahwa jari-jari tangan Anda (dari kelingking hingga ibu jari pada kedua tangan) tertulis Asma "Alloh (الله) ", maka angkatlah kedua tanganmu sebatas bahumu tinggikanlah Asma 'Alloh itu ketika Anda berdo'a dan janganlah Anda merusaknya dengan memegang ( mengambil) sesuatu yg dilarang oleh Alloh SWT dan Rosul-Nya sampai perintah dipotong tangan didalam Kalam yang Maha Sempurna itu akan berlaku bagi siapa saja yang mencuri. 

Sembilan puluh sembilan Asma'ul Husna berada digaris tangan Telapak Tangan Anda yg mana sebelah Kanan tertulis 18 (Angka Arab) dan Kiri 81 (Angka Arab), maka itu kenalilah Af'al, Asma ', Sifat dan Dzat-nya yg Maha Jalaal ( Maha Agung), Jamal (Maha Indah) dan Kamal (Maha Sempurna). Disitulah ada 50 'Aqoid sebagai Syahadat Tauhidnya, maka itu "Barangsiapa yang Makrifat akan Dirinya maka ia akan Makrifat kepada Tuhannya". 

Ketahuilah bahwa ditubuh Anda tertulis "Muhammad (محمد)" , dimana Kepala Anda itu laksana hurup Mim (bulat), Bahu yang Rata seperti Ha '(kecil), disambung dengan Mim diperut dan kemudian Dal di Kaki (lihatlah ketika Anda sedang Tahiyat Akhir pada ke-4 hurup itu yang satu hurup Mim Tasydid tersimpan di Shodr), maka itu kenalilah 9 Sifat bagi Rosul dan ke-4 Rukun Imannya. Disitulah ada 13 'Aqoid. Sebagai Syahadat Rosulnya, maka itu janganlah Anda rusak Diri degan berbagai hal-hal yang dapat menjauhkan Diri ke ALooh SWT dan Rosul-Nya karena "Sungguh Alloh telah memuliakan Anak Cucu Adam (Manusia)", sehingga Binatang Mati tidak usah dimandikan tetapi bila manusia itu Wafat maka mandikanlah. Laailaaha illalloh ada 12 Huruf dan Muhammadur Rosuululloh ada 12 Huruf didalam huruf arabnya, maka didalam 24 Jam jagalah Iman Islam Anda dari segala yang bertentangan dengan Dua Kalimah Shakti itu.

Belum cukup hanya Iman kepada Alloh SWT dan Nabi Muhammad SAW saja tapi butuh pembuktian yang nyata, yakni: Rukun Islam dalam hal ini Sholat, baik secara Ritual maupun Aplikasinya. 

Ketika Sholat Berdiri dengan menundukan kepala Anda seperti halnya Huruf Alif, Rukuklah seperti Huruf Ha '(kecil), Sujudlah seperti Huruf Mim dan Duduk Tahiyat Tawaruklah seperti huruf Dal, inilah Lafadz Ahmad (Arab) untuk menyelamatkan Akhirat Anda, Insya Alloh. 

Ketika Berdiri 180 derajat, Rukuk 90 derajat, Sujud 2x 45 derajat sehingga menjadi 90 derajat, inilah 360 derajat Dunia Anda yang merupakan simbol 360 hari dalam satu tahun untuk mengaplikasikan sholat Anda secara nyata. Mudah-mudahan Anda akan aman dan beruntung di Dunia maupun di Akhirat nanti, Aamiiin.

Asma'ul Husna memiliki banyak Rahasia dan Keutamaannya dikarenakan setiap Kalimat memiliki arti: Lafadz, Makna maupun Haqiqatnya yang berlapis-lapis. Rosulallah SAW bersama para Sahabatnya juga Para Ulama, disamping mencari Rahasia Kedalaman disetiap Asma Allah Ta'ala sebagai Peningkatan Iman, juga Mereka berlatih Asma'ul Husna ini sebagai Tambahan Dzikir dan Pelengkap Do'a-do'a mereka sesuai dengan perintah Allah Ta ' ala didalam Kitab-Nya yang jelas (Al Mubiin). Pada penjelasan Ushuuluddin kali ini, Saya sedikit jelaskan tentang Asma Allah Ta'ala (Ismu Dzat) dari sisi Asal dan Perubahan Lafadznya, yakni sebagai berikut:

ALLAH (الله) ... ALLAH (الله) ... ALLAH (الله) ... 

Lafadz Alloh adalah Ismu Dzat Wajibul Wujud (Nama Dzat yang wajib adanya), jika nama ini disebut maka nama-nama-Nya yang lain ikut terpanggil, tetapi jika nama yang lain disebut maka nama-nama-Nya yang lain tidak ikut terpanggil.

Lafadz ini disebut juga Ismul Karim (Nama yang sangat Mulia) atau Ismul A'zhom (Nama yang sangat Agung) sehingga dari semua Makhluq-Nya dilarang memiliki nama dengan lafadz ini terkecuali diawali dengan lafadz "Abdu (Hamba) atau yang serupa dengan lafadz Abdu "sehingga memiliki arti dan makna yang ndak menyimpang dari Petunjuknya. Didalam sejarah ada beberapa Orang yang berbeda zaman menamai anaknya dengan nama ALLOH, maka dalam hitungan hari anaknya itu meninggal dunia, peristiwa ini jika Anda tidak percaya dapat Anda coba lakukan sendiri. 

Ini cerita seorang pedakwah ketika Ia MENTERAPI TKW yang saat itu malam hari kesurupan massal di Messnya ada 70 TKW lebih, rupanya setelah ditelusuri ada yang Aborsi di Mess tersebut yang mana Bayinya itu disimpan didalam Kendi kemudian dikuburkan dikebun didalam Mess tersebut dan menamai bayinya itu dengan sebutan "ROBBANAA" padahal artinya: "Tuhan Kami" karena Qorinnya selalu menyebut "Ana" sehingga dinamai "Robbanaa" dan mereka tidak tahu artinya (ucap mereka), sampai saya ganti nama bayi itu dan saya perintahkan agar mereka Para TKW berwudhu, saya ajarkan Cara sholat Ghaib, lalu setelah sholat Gaib berjama'ah kemudian Dzikir berjama'ah sekitar 10 menit beserta Pemantapan Aqidahnya dengan beberapa Nashihat yang saat itu sangat dibutuhkan. 

Ketahuilah Lafadz Alloh (Arab) berasal dari lafadz ILAHUN (Tuhan) dengan mengalami lima kali perubahan sampai membentuk Lafadz ALLOH, yakni dengan perincian dan penjelasan sebagai berikut: 

1) ILAAHUN (اله) pakai Tanwin pada Hurup Ha '(Besar)
Artinya Tuhan dan lafadz ini termasuk Isim nakiroh, yakni: Nama yang memiliki Makna umum atau banyak versinya, maka itu bisa ditanwin. Dimana yang disebut Tuhan disini yang mana, maka ndak tahu. Lafadz ini disebut juga Isim Jinis, yakni: setiap apapun yang disembah baik yang Haq maupun yang Batil maka itu disebut ILAAHUN, Jika ada yang menyembah matahari maka matahari itu disebut ILAAHUN (Tuhan), jika ada yang menyembah kuburan maka kuburan itu disebut ILAAHUN (Tuhan ), dan lain-lain maka didalam kalimat Thoyyibah menggunakan Lafadz: "Laa ilaaha illalloh" yang artinya Tidak ada Tuhan (yang umum dan Banyak baik yang Haq maupun yang Bathil) kecuali hanya Alloh (yang khusus dan Tunggal yang Haq Wajib disembah). 

Cobalah Anda berdzikir menyebut-nyebut ILAAHUN ... ILAAHUN ... ILAAHUN ... sebanyak-banyaknya, maka tidak akan bermanfaat Makrifat kepada Alloh SWT.

2) AL-ILAAHU (الإله) pakai Alif Lam Ma'rifat diawal
Artinya Alloh, yakni: Al HAQ yang wajib disembah dan Lafadz ini termasuk sudah Ma'rifat, yakni: Nama yang memiliki Arti dan Makna Khusus, karena kemasukan Alif Lam Ma ' rifat (ال), yakni: sesuatu yang tadinya umum (nakiroh) takala dimasukkan Alif Lam Ma'rifat maka memiliki Arti dan Makna yang menunjukan Khusus (Ma'rifat). Setiap ada Alif Lam Ma'rifat dilarang menggunakan Tanwin, karena Tanwin itu menunjukan Isim nakiroh (berarti umum). Contoh: QS. Al Baqoroh ayat 2, berbunyi: "ذلك الكتاب" Lafadz "Al kitaabu" sudah kemasukan Alif Lam Ma'rifat sehingga yang dimaksud "Al kitaabu" disini bukan kitab-kitab yang lain (yang bersifat umum), tetapi berarti yang menunjukan Arti Khusus ( ma'rifat), yakni: Satu kitab itu yang dimaksud yang namanya Al Qur`ân , tetapi jika Lafadznya "dzaalika kitaabun" maka berarti banyak versi, yakni: Satu kitab yang mana saja karena nakiroh, bisa Al Qur`ân, bisa juga Taurot , bisa juga Injil dan lain-lain karena tidak memakai Alif Lam Ma'rifat. 

3) AL-LAAHU (اللاه) pakai Sukun pada Lam Awal dan Lam kedua pakai Alif
Artinya Alloh, yakni: Al HAQ yang wajib disembah dan Lafadz ini sama seperti lafadz yang no. 2 tadi, tetapi pada bentuk Lafadz ini Hamzah yang ke-2 dari Lafadz AL-ILAAHU di Hadzef (dibuang), setelah itu di naql (dipindahkan) harokatnya ke LAM, yakni: dengan disukunkan (dinonaktifkan) pada LAM pertamanya (ال) dan diperpanjang LAM yang ke-2 dengan memunculkan ALIF (yang awalnya masih tersimpan) dan memberi harokat Fathah yang tidak tegak berdiri (اللاه), karena sebagai tanda panjang huruf Alif dapat disimpan dan harokat Fathahnya ditegakkan (اله), tetapi bila Alifnya dimunculkan maka fathahnya biasa saja , yakni: ndak tegak berdiri (اللاه) inilah yang dinamakan Mad Thobi'i pada tajwid. 

4) AL-LAAHU (اللاه) pakai Tasydid pada Lam kedua
Artinya Alloh, yakni: Al HAQ yang wajib disembah dan Lafadz ini sama seperti lafadz yang no. 3, tetapi pada bentuk Lafadz ini diberi tasydid pada LAM ke-2 dan Posisi Alif ke-2 masih tetap dimunculkan, krn bila LAM sukun (mati) bertemu dengan LAM yang hidup atau bertemunya dua huruf yang sama (Lam dgn Lam), maka Wajib diidghomkan atau ditasydidkan (satu hurufnya disimpan) yang disebut dengan idghom Mitslain (Mutamatsilain) Bila Gunnah lihat pada ilmu Tajwid. 

5) ALLAH (الله) pakai tafkhim
Artinya Alloh, yakni Al HAQ yang wajib disembah dan wajib ada-Nya dan Lafadz ini sama seperti lafadz yang no. 4, tetapi pada bentuk Lafadz ini huruf Alif yang ke-2 tadi disimpan dengan masih tetapnya dibaca panjang, yakni: menggunakan Fathah berdiri tegak sebagai tanda tersimpannya huruf Alif dan ini termasuk Mad Thobi'I, tetapi ketika mengucapkan Lafadz ALLAH jika di tarqiq (ditipiskan ) seperti Panggilannya Orang Nasrani, maka akan berarti Orang yang mengucapkan itu tidak mengagungkan-Nya malah sebaliknya, yakni: sebagai bentuk Panggilan Penghinaan. Didalam mengucapkan Lafadz ALLOH dengan di tafkhim (ditebalkan) sebagai tujuan Li'azhomahu, yakni: untuk mengagungkan dan memuliakan Alloh Azza wa Jalla itulah fungsi tafkhim pada lafadz ini. 

Cobalah Anda berdzikir tarqiq menyebut-nyebut ALLAH ... ALLAH ... ALLAH ... sebanyak-banyaknya, maka tidak akan bermanfaat Makrifat kepada Alloh SWT.

Ketahuilah, Lafadz Allah (Ismu Dzat) ini merupakan Nama yang paling Agung dari nama-nama-Nya yang lain dapat juga disebut kepalanya Asma`ul Husna. Lafadz ini memiliki banyak rahasia pada setiap hurufnya dan temukanlah Natijah setiap hurufnya lalu temukan juga Tsamroh setap cabang hurufnya. Berikut ini sekilas tentang Natijah dan Tsamroh yg ada pada 4 huruf Asma Alloh (bahasa arab), sbb: 

1. ALLAH (الله)
Masih sempurna ke-4 hurufnya, artinya: Nama Dzat yang wajib disembah dan wajib ada-Nya, Lafadz ini terdiri dari 4 huruf yang merupaka isyaroh bahwa Allah Swt itu memiliki Af'al, Asma, Sifat dan Dzat dan didalam ajaran tauhid ada rahasia angka 4 yang harus kita pelajari dan Imani yakni tentang Mentauhidkan Af'alullah (pekerjaan / perbuatan Allah), Mentauhidkan Asma ' ullah (99 nama-nama Allah), Mentauhidkan Sifatullah (41 sifat-sifat Allah) dan Mentauhidkan Dzatullah (Esa Dzatullah) inilah yang disebut dengan Syahadat Tauhid 50 'Aqo'idul Islamiyyah. 

Dimana Rosulallah Saw bersabda: "Barangsiapa yang Ma'rifat kepada dirinya, maka sungguh ia akan Ma'rifat kepada Tuhannya dan barangsiapa yang Makrifat kepada Tuhannya maka sungguh ia telah (menjadi) Bodoh".

Maka didalam pemahaman Saya bahwa gelar "Al Faqir" (sangat berkekurangan dalam hal duniawi) adalah sebutan bagi orang yang telah Makrifat karena lihatlah didalam kehidupan mereka, mereka bukanlah orang yang faqir tetapi memfaqir-faqirkan diri dengan memperbanyak puasa, sedikit makan, berpakaian sederhana dll ., begitupun dengan "Al Haqir" (sangat bodoh tentang ilmu) termasuk juga dengan sebutan "Abdulloh" (hamba yg telah diakui Alloh sebagai hamba-NYA yang benar-benar patuh) karena ketiga gelar ini Alloh SWT berikan kepada orang-orang (Abdulloh tadi) yang telah mengenal-NYA baik secara zhahir maupun secara bathinnya, baik secara teoritis maupun secara pembuktian (makna QS. Al Fajr: 29) karena mereka yang Al Faqir, Al Haqir dan Abdulloh memahami betul tentang Maha Kayanya Alloh SWT, Maha Ilmu dan Maha Besarnya Alloh SWT sehingga gelar itu sangatlah pantas mereka sandang. 

Adalah Sayyid Imam Abdulloh bin Ahmad Al Muhajir, beliau tidak mau disebut Abdulloh karena panggilan Abduloh adalah panggilan yang sangat Mulia sedangkan ia menyatakan dirinya sebagai orang yang benar-benar hina sehingga ia lebih suka dipanggil dengan sebutan Ubaidillah (ditasyghir) yang memiliki arti hamba Alloh yang benar-benar hina. Namun bila golongan kita dianggap Tawadhu dengan memakai Al Faqir, Al Haqir dan Abdulloh padahal didalam pemahaman Tasawuf termasuk orang-orang yang menyombong diri karena tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Takala kita lihat jari tangan mengapa panjangnya ndak sama karena membentuk lafadz Allah (الله), maka didalam hukum Islam jika mencuri pergelangan tangannya dahulu dipotong dan bila ingin cepat terkabulnya suatu hajat, maka berdoalah yg mantab dgn mengangkat kedua tangan Anda sampai setinggi bahu. Dari sumber lafadz "Alloh" ini, maka berkembanglah rahasia yang lain dan mulailah terungkap tentang makna angka 4, misalnya saja: Af'al, Asma, Sifat dan Dzat, Asyhurul Hurum ada 4, yaitu; Muharam, Rojab, Dzul Qo'dah dan Dzul Hijjah, Kitab Utama ada 4 yakni Taurot, Zabur, Injil dan Al Qur`ân, Rusu'ul Malaikat ada 4, yaitu; Jibril, Minka`il, Isrofil dan Izro`il, Kholafaur Rosyidin ada 4, yaitu; Abu Bakar As Siddiq, Umar Al Faruq, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib Rodhiallahu Anhum, Mujtahid Mutlaq ada 4 yakni Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal, Tasbih ada 4, yaitu; Subhanallah, Alhamdulillah, Lailaahaillaah dan Allahu Akbar, Hari Utama ada 4, yaitu; Hari Jum'at (penghulunya hari), hari Arofah (Hari keistimewaan), hari Nahr (Hari Penyembelihan Nafsu hewani) dan Hari Fitri (hari kemenangan fitroh), Wanita Idaman Syurga ada 4, yaitu; Maryam binti Imron (wanita suci), Khodijah binti Khuwailid (wanita pertama masuk Islam), Asiah binti Muzahim (Istri Fir'aun) dan Fathimah binti Muhammad (Tuan Putri wanita surga), Para Pendahulu Negeri yang Awal masuk surga ada 4, yaitu; Rosulallah Saw pendahulu dari bangsa 'Arab, Salman Al faritsi pendahulu dari bangsa Persia, Suhaib pendahulu dari bangsa Rum dan Bilal bin Rabbah pendahulu dari bangsa Ethiopia, Orang yang dirindukan surga ada 4, yaitu; Ali bin Abi Tholib, Salman Al Faritsi, Ammar bin Yasir dan Miqdad bin Al Aswad, Ilmu Syariat ada 4 bahasan utama, yaitu; Ibadah, Mu'amalah, Munakahat dan Jinayat, Anggota Wudhu ada 4, yaitu; Muka, Tangan, Kepala dan Kaki, Unsur Pokok Utama dalam tubuh ada 4 yakni: Empedu, Limpa, Darah dan Lendir, Musim ada 4, yaitu; Musim Panas, Musim Dingin, Musim Semi dan Musim Gugur, Kebijakan Hitungan ada 4, yaitu; satuan, Puluhan, Ratusan dan Ribuan, tabi'at ada 4, yaitu; Panas, Dingin, Basah dan Kering, Jangka Waktu ada 4 yakni Hari, Minggu, Bulan dan Tahun, Waktu ada 4, yaitu; Detiko, Detik, Menit dan Jam dan lain-lain. 

2. lillaahi (لله)
Dibuang Alif, artinya: Karena Allah inilah tujuan segala Ibadah apapun seperti halnya puasa ada sebagian orang berpendapat tujuan dari Puasa adalah "La'alakum Tattaqun" untuk bertaqwa, pendapat ini kuranglah tepat karena tujuan segala ibadah apapun hanya satu yakni Li Mardhotillah, Liwajhillah, Lillahi Ta'ala yaitu Karena Allah. Hal inilah yg sealu diajarkan disetiap lafadz niat Ibadah apapun yang selalu diakhiri dengan kalimat "Lillahi Ta'ala" seperti: Nawaitu Showma Ghodin terakhirnya Lillahi Ta'ala, Usholi Fardoz Zhuhri terakhirnya Lillahi Ta'ala, Nawaitu Ghusla terakhirnya Lillahi Ta'ala dan lainnya -lain. jikalau Taqwa adalah sebagian dari hikmah ibadah dan salah satunya adalah puasa, ini Allah SWT berikan bilaa didalam mengerjakan Ibadahnya tadi dilakukan dengan penuh keikhlasan dan syari'atnya benar.
 

Lafadz ini juga yang memiliki Makna segala apapun tertuju kepada Allah Swt yakni: Semua Makhluq diciftakan oleh Allah, Semua Makhluq menghadap kehadirat Allah, Semua Makhluq bertanggung jawab kepada Allah, Semua Makhluq dalam kekuasaan Allah, Semua Makhluq dalam pengawasan Allah, Semua Makhluq akan kembali ke Allah, Semua Ibadah ditujukan kepada Allah, Semua Praktek hasilnya diserahkan kepada Allah, Semua kejadian dari Allah dan lain-lain. 

Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Minallaahi, billaahi, 'Indallaahi, Ilallaahi, Fillaahi, Inna lillaahi wa innaa ilayhi rooji'uun. 

3. lahu (له)
Dibuang Alif dan Lam awal, Artinya: bagi-Nya atau kepunyaan-Nya. Pada lafadz ini memiliki makna "Lilmilki", yakni: Kepunyaan atau Kepemilikan seperti yang Allah Swt firmankan:

"Adalah Kepunyaan Allah apa yang ada di (7 lapis) Langit dan di (7 lapis) Bumi"
 

Dari ayat ini jelas sekali bahwa semua ini adalah Makhluq-Nya dan setiap Makhluq-Nya adalah milik-Nya dan bagi-Nya bebas tanpa paksaan dari siapapun untuk mengambil dan menghilangkan Makhluq-Nya, untuk mengampuni atau menyiksa Makhluq-Nya, untuk membuat atau tidak , memberi atau tidak, karena semua ini adalah Makhluq-Nya. 

4. LAA (لا)
Dibuang Alif, Lam Awal dan Ha ', Artinya: LAA Nafiyyah maksudnya didalam qoidah Tasawuf dikenal dengan kalimat: "Jika aku berkata LAA (Tidak ada Tuhan), maka Tujuannya adalah illaa (hanya Allah) begitupun sebaliknya jika aku mengatakan illaa (hanya Allah) maka Tujuannya adalah LAA (Tidak ada Tuhan) " . LAA adalah NAFI sedangkan illaa adalah itsbat, dan NAFI mengandung Itsbat sedangkan itsbat mengandung NAFI tidak bisa bercerai antara itsbat dan NAFI. Lafadz ilaah adalah MUNFI (yang ditiadakan) sedangkan lafadz ALLAH adalah Mutsbat (yang ditetapkan). LAA ILAAHA (ditenggelamkan) ILLAAH (dimunculkan), LAA ILAAHA (ditiadakan) ILLAAH (ditetapkan) dst. 

5. AL (أل)
Dibuang Lam kedua dan Ha`, Artinya: AL (alif lam) Ma'rifat bukan nakiroh yang selama ini kita sembah, yakni: Tuhan yang kita sembah bukan yang nakiroh (Umum dan Banyak) tetapi yang sema'rifat -ma'rifatnya (sekhusus-khususnya), yaitu: ALLAH Azza wa Jalla, jikalau kita berdzikir dengan lafadz nakiroh, seperti: ILAAHUN, ILAAHUN, ILAAHUN tentunya keyaqinan kita akan bercabang, karena yang disebut-sebut dan yang disebut-sebut adalah Tuhan yang umum dan Banyak. Ketahuilah yang menemukan Alif Lam disini sbg Ma'rifat adalah Imam Sibaweih seorang fakar Ilmu Nahwu, yaitu; muridnya dari Imam Kholil fakar Ilmu 'Arudh, takala berdzikir para Anggota thoriqot dengan lafadz ALLAH, ALLAH, ALLAH terinkisyaf bahwa Imam Sibaweih mendapatkan Rahmat Allah di Alam Barzah yang begitu melimpah ruah sehingga bertanya: Apa sebabnya Anda mendapatkan Rahmat Allah yang begitu melimpah di Alam Barzah ini ?. Imam Sibaweih menjawab: Ini disebabkan telah aku tuliskan didalam Kitab-kitab karanganku bahwa lafadz ALLAH itu adalah Ma'rifat yakni isyaroh dari huruf Alif dan Lam diawal kalimat ALLAH (bahasa). 

6. HU (ه)
Dibuang Alif, Lam awal dan Lam kedua, Lafadz ini merupakan asal dari Lafadz Huu atau HUWA yang Artinya Dzat. Ketahuilah arti kata "Dzat" yg sering kita sering dengar itu jaganlah diartinya bahwa Alloh SWT itu bertitik, titik koma, berunsur, beratom dll. Karena itu semua Makhluk Ciftaannya tetapi maksud dari DZAT yang dimaksud adalah hanya sebuah kata yang dekat (mendekati) kepada yang benar agar mudah didalam memahami perihal konsep ketuhanan, dan janganlah Dzat disini diartikan yang sesungguhnya karena bisa salah mengira dan salah memaknainya inilah Qoul yang benar. Ketahuilah, bahwa Lafadz HU atau Huu atau HUWA ini Allah SWT perintahkan agar selalu disebut-sebut atau disebut-sebut sebanyak-banyaknya tak berhingga, sebagaimana firman Allah SWT QS. Al Ikhlas ayat 1, yg berbunyi: "Katakanlah (ya Muhammad) HUWA / HU / Huu (yakni Dzat yang Maha Sempurna yang dinamai) ALLAH yang Maha Esa (Tunggal)".

Jika ada yang berdzikir HU HU HU atau huu huu huu atau HUWA HUWA HUWA artinya adalah sama, yakni: Dzat Dzat Dzat, bagi Ulama Tasawuf lafadz ini merupakan praktek Bathiniyyah sehingga takala Nafasnya Naik (Tarik nafas) berdzikir Huu dan ketika Nafasnya Turun (membuang nafas ) berdzikir ALLAH artinya Dzat Allah, karena setiap napas yang Allah karuniakan harus ada laporannya yakni Dzikrullah ini dilakukan ketika nafas Naik Turun atau Keatas Kebawah atau Masuk Keluar atau Kembali dan Pulang ke yang memberikan nafas ini yakni Allah SWT. Inilah yang disebut dengan Insan Kamil.

Bagi setiap Insan Kamil selalu berdzikir didalam Qolbi bathinnya lafadz Huu ALLAH, huu ALLAH, huu ALLAH atau ALLAH Huu, ALLAH Huu, ALLAH huu . Ini dilakukan karena diakhirat nanti ada pertanyaan: Untuk apa saja Umurmu dihabiskan? Umur (usia) itu adalah saling bersambungnya antara Nafas yang masuk dengan Nafas yang keluar, antara Nafas yang Naik dengan Nafas yang Turun, antara yang Keatas dengan Nafas yang Kebawah, antara Nafas yang Kembali dengan Nafas Pulang ke yang memberikan Nafas ini yakni Allah maka pentingnya Dzikrullah di Qolbi Bathiniyyah agar mudah menjawab pertanyaan ini sebab keseluruhan Nafas ini telah diisi dengan dzikrullah (mengingat Allah). 

7. AH (أه) 
Dibuang Lam awal dan lam kedua, didalam bahasa Arab lafadz ini merupakan singkatan dari lafadz INTAHAA (انتهى) yg Artinya Sekuel (Akhiran). Maksudnya adalah didalam perjalanan mencari Allah SWT yang zhohir maupun yang Bathin ada awal dan ada kesudahannya (akhirannya), maka jika sudah berdzikir kalimat AH AH AH di Qolbi Robbani (bukan di Qolbi Bathiniyyah) berarti perjalanannya sudah sampai Tujuan, sudah sampai diperbatasan, berlayar sudah sampai dipulau. 

8. ALIF (ا) 
Dibuang Lam awal, Lam kedua dan Ha`, ini merupakan Huruf yang Tunggal (Wahdaniyyah) dan Berdiri Sendiri tanpa butuh bantuan siapapun (Qiyamuhu Binafsihi), jika diberi harokat Fathah, kasroh dan Dhomah maka akan berbunyi A, I , U bahkan E dan O pun didalam Ilmu Tasawuf dipahami bahwa itu semua adalah Dzikir menyebut nama "Allah". Ketahuilah bahwa disetiap bunyi apapun di Alam Jagat Raya ini pada haqiqatnya berdzikir ALLAH, ALLAH, ALLAH, maka terbitnya suara itu dari 4 Anasir (unsur) yg sering kita dengar, yakni: dari Anasir Api, Anasir Angin, Anasir Tanah dan dari Anasir Air. 

Ketahuilah setiap bunyi atau suara yang berasal dari 4 Anasir ini pada haqiqatnya berdzikir menyebut nama ALLAH, ALLAH, ALLAH apakah suara Kendaraan bermotor, Bom, Mobil, Pesawat Udara, Jam Dinding, Detak Jantung Anda dan lain-lain baik yang berdentum, berdesir, gemuruh , berdentang dan lain-lain. Coba heningkan hati dan pikiran Anda sejenak lalu dengarkan suara-suara Alam Semesta yang setiap saat menegur kita untuk selalu mengingat Alloh, Alloh, Alloh, secara berkelanjutan.

Huruf Alif disebut juga huruf yang bisa membunuh dan ndak bisa terbunuh atau disebut juga huruf yang bisa menghidupkan yang lain tetapi Ia ndak bisa diaktifkan oleh yang lain atau disebut juga Huruf yang Hidup (Al Hayyu) dan Bisa Berdiri Sendiri tanpa bantuan siapapun. Huruf Alif merupakan Asal (dasar) dari semua huruf-huruf hija`iyyah yang 29 huruf. Jika kita lihat huruf Alif seolah-olah kita melihat huruf yang 28 huruf yang tersimpan didalam huruf Alif dan sebaliknya jika kita melihat yang 28 huruf seakan-akan kita hanya melihat satu huruf, yakni: "Huruf Alif". Menurut Kaidah Tasawuf berbunyi: "Syuhudul Wahdah Fil Kasroti, wa Syuhudul kasroh Fil Wahdati", artinya: jika memandang yang satu maka yang terlihat banyak, jika melihat yang banyak maka tampaklah hanya satu yakni Allah Azza wa Jalla.

Sebagai contoh: 
a. Jika Anda memandang Biji mangga maka sebenarnya yang tampak bukan satu tetapi banyak yakni didalam biji mangga itu ada akar, batang, daun, ranting buah dan lain-lain kalu Anda tidak percaya coba Anda tanam biji mangga itu maka akan terbukti didalam mangga ada akar, batanng , daun dan lain-lain, dan sebaliknya jika Anda memandang pohon mangga yang besar maka sebenarnya Anda sedang melihat yang satu yakni biji mangga.

b. Jika Anda Melihat Alam semesta, Alam Jagat Raya maka yang tampak sebenarnya yang Anda pandang itu seakan akan yang Maha Pencifta yakni Allah Azza wa Jalla begitupun sebaliknya

Inilah mengapa didalam huruf Alif itu ada dan tersimpan 28 huruf hija`iyyah. Ketahuilah semua Kitabullah yang 104 tersimpan maknanya pada 4 Kitab dan dari 4 Kitab ini terkumpul maknanya didalam Kitab Al Qur`anul Karim dan makna Al Qur`ân yang 6666 Ayat (bila memakai basmalah) terhimpun di QS. Yasin dan makna QS. Yasin yang 83 Ayat terkumpul didalam QS. Al Fatihah dan makna QS. Al Fatihah yang 7 Ayat terhimpun didalam lafadz Bismillaahir rohmaanir rohiim, dan makna Basmalah yang 19 huruf itu ada pada huruf Ba dan makna huruf Ba itu adalah "Dengan-Ku ada maka apa-apa menjadi ada, dan dengan-Ku jadikan maka apa-apa menjadi terjadi.

Ketahuilah bahwa asal dari Lafadz Bismi (بسم) adalah Bi`ismi (بإسم) ada huruf Hamzahnya tetapi ditulis dan dibaca seakan-akan ndak ada Hamzahnya, ini merupakan isyaroh bahwa Allah Swt itu ADA (ada) tapi seakan-akan TIDAK ADA, padahal kita semua ini menyembah kepada Dzat yang Wajibul Wujud (yang wajib adanya) yakni ALLAH Azza wa Jalla. Arti dari Wajibul wujud adalah bila Alloh SWT tak ada maka yang lain pun tak ada dan berbeda dengan diri kita misalnya: bila diri kita tak ada di dunia ini maka yang lain tetap ada, berarti diri kita ini tak wajib adanya.

Ketahuilah jika Anda ingin menulis huruf Ba maka ini merupakan gabungan beberapa Alif yang ditarik kebawah, kesamping dan keatas. Pelajari pula bila huruf Alif ditarik keatas dan kebawah, kesamping dan diputar maka akan tampak huruf hija`iyyah yang semuanya 28 huruf ditambah huruf Alif satu hingga berjumlah 29 huruf dan dari 29 huruf hija`iyyah ini terbentuklah Kitab Suci Al Qur`ân yang 6666 Ayat yang Mulia. 

Inilah makna kaidah: "Syuhudul Wahdah Fil Kasroti, wa Syuhudul kasroh Fil Wahdati". 

9. TIDAK berhuruf (...) 
Dibuang huruf Alif, Lam awal, Lam kedua dan Ha`, Artinya: Laa Showtun wa Laa Harfun yakni tidak ada suara dan tidak ada rupa, inilah yang disebut dengan Kalam Allah SWT yang qodim (terdahulu), Kalam Allah Swt yang sesungguhnya di Lauhil Mahfuzh. Kalam di Lauhil Mahfuzh ini Allah Swt turunkan kedunia melalui Malaikat Jibril sebagai Tugasnya menyampaikan Wahyu kepada para Rosul kemudian Kalam ini dikenal sebagai Wahyu Ilahi, Kalamullah, Firman Allah dan Kitabullah yang berjumlah 104 Kitab dan yang Allah SWT sempurnakan didalam Kitabullah Al Qur`ân. Al Qur`ân yang kita kenal dan kita pegang disebut Mushaf karena ada rupa dan tidak ada suara, atau ada juga yang disebut Hatif berupa Kaset yakni ada suara tidak ada rupa, atau ada juga disebut Al Quran Digital yakni ada suara dan ada rupa tulisannya. 

Oleh karena itu sudah seharusnyalah Anda berwudhu dahulu sebelum Anda menyentuh Mushaf Al Qur`ân dan tidak perlu berwudhu jika menyentuh Kaset Al Qur`ân karena tidak berhuruf inilah Qoul yang benar dalam mengimani Kitabullah (pelajari makrifat huruf hija'iyyah). 

Allah SWT berfirman: "Janganlah menyentuh-Nya (Al Qur`ân) kecuali bagi mereka yang suci (Muslim yang sudah berwudhu)".

Janganlah mengartikan Al Qur`ân pada ayat ini adalah Kalamullah yang qodim di Lauhil Mahfuzh karena itu penafsiran yang berlebihan. Kitabullah Al Qur`ân Allah turunkan sebagai petunjuk bagi Orang yang bertaqwa (Hudaa Lilmuttaqiin), petunjuk bagi Manusia (Hudal linnaas) dan juga golongan Jin (Li Ya'buduun). Pada ayat diatas adalah jelas untuk Makhluk Alloh khususnya Manusia, yang tidak mungkin dapat ke Lauhil Mahfuzh untuk menyentuh Kalamullah yang qodim itu, sedangkan Kalamullah yang qodim itu ndak ada suara dan ndak ada rupa dan juga tempat yang bernama Lauhil Mahfuzh itu sudah termasuk Alam Lahut ( ketuhanan) maka JIRIN Jin dan Manusia akan hancur lebur sebelum memasuki Alam itu (gunakan juga konsep Quantum fisika dan quantum makrifat sebagai dasar penafsirannya agar lebih ilmiah). Ketahuilah bahwa Kalam atau Mutakalimun adalah Sifat Allah SWT dan hanya Dzat Allah SWT saja yang LAA MAUJUDA illallaah, yakni ndak ada yang berwujud kecuali hanya Allah Swt yang wajib adanya.

Sayid Abdul Qodir Al Jailani mengatakan: "Kalimat ALLAH itu adalah Ismul A'zhom (Nama yang Agung) dan sesungguhnya Allah SWT kabulkan jika kamu mengatakan YA ALLAH dan tidak ada di Qolbi kamu selain-Nya, dan kalimat ini disebut Ismul Khowash (nama yang khusus) dan Ismul 'Aja`ib (nama yang mengagumkan) jika kamu berkholwat mengucapkan ALLAH, ALLAH, ALLAH, sampai Qolbu Anda fana (kosong dari yang Alam), maka Anda akan menyaksikan Alam Malakut yang mengagumkan dan segala sesuatu apapun dengan Izin Allah SWT mengatakan "KUN .. !!. Terjadilah ". 

Berkata Para Ulama: "Orang yang berdzikir 70.000 kali kalimat ALLAH ditempat yang sepi dari segala suara (kholwat), maka tidaklah ia meminta sesuatu kepada Allah melainkan Allah SWT berikan". 

Berkata Para Ulama: "Orang yang berdzikir tiap hari setelah Sholat Subuh kalimat HUWALLAH sebanyak 77 kali maka ia akan melihat keberkahannya dalam urusan Agama dan Dunia dan akan menyaksikan sesuatu pada dirinya yang begitu mengagumkan (istimewa). 

Berkata Para Ulama: "Orang yang melazimkan mengucapkan kalimat ALLAH sebanyak 500 kali setelah sholat dua roka'at (Sholat Hajat atau Tahajud), maka akan berpengaruh besar akan terkabulnya apa yang ia hajatkan", dan lain-lain.

Mohon dima'afkan atas segala Kekhilafan dan Dosa Saya selama ini, karena Manusia itu tidak ada yang sempurna, semoga kita semua selalu di-berkahi dan di-Ijabah pada setiap Hajat dan Cita-cita kita yang baik, Aamiin .. Istajib Bi-Ijaabatil Kubro. 

wassalam

Rabu, 12 April 2017

Kisah pena 2

KISAH PENCIPTAAN NUR MUHAMMAD

Suatu hari Sayidina Ali, karamallahu wajhahu, misan dan menantu Nabi Suci SAW bertanya,
“Wahai (Nabi) Muhammad, kedua orang tuaku akan menjadi jaminanku, mohon katakan padaku apa yang diciptakan Allah Ta’ala sebelum semua makhluk ciptaan?”
Beliau menjawab : “Sesungguhnya, sebelum Rabbmu menciptakan lainnya, Dia menciptakan dari Nur-Nya nur Nabimu.”
Di Hadist yang lain, yang diiiwayatkan dari Abdurrazaq ra yang diterimanya dari Jabir ra, bahwa Jabir pernah bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apakah yang mula-mula sekali Allah jadikan?”.
Rasulullah saw menjawab : “Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya sesuatu adalah nur Nabimu dari Nur-Nya.”
Nur Muhammad itu sudah ada sebelum adanya segala sesuatu di alam ini. Nur Muhammad dianugerahi tujuh lautan : Laut Ilmu, Laut Latif, Laut Pikir, Laut Sabar, Laut Akal, Laut Rahman, dan Laut Cahaya.
Dia kemudian membagi Nur ini menjadi empat bagian Dari bagian pertama Dia menciptakan Pena. dari bagian kedua lawhal-mahfudz, dari bagian ketiga ‘Arsy”.
Kini telah diketahui bahwa ketika Allah menciptakan lawhal-mahfudz dan Pena. Pada pena itu terdapat seratus simpul, jarak antara kedua simpul adalah sejauh dua tahun perjalanan. Allah kemudian memerintahkan Pena untuk menulis, dan Pena bertanya, “Ya Allah, apa yang harus saya tulis?”
Allah berfirman, “Tulislah : la ilaha illallah,Muhammadan Rasulullah”.
Atas itu Pena berseru, “Oh, betapa sebuah nama yang indah, agung Muhammad itu bahwa dia disebut bersama Asma Mu yang Suci, ya Allah”.
Allah kemudian berfirman, “Wahai Pena, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama Kekasih-Ku, dari Nurnya Aku menciptakan ‘Arsy dan Pena dan lawhal-mahfudz; kamu, juga diciptakan dari Nurnya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apapun”.Ketika Allah SWT telah mengatakan kalimat tersebut, Pena itu terbelah dua karena takutnya kepada Allah, dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup/terhalang, sehingga sampai dengan hari ini ujungnya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia Ilahiah yang agung.
Kemudian Allah memerintahkan Pena untuk menulis “Apa yang harus saya tulis, Ya Allah?” bertanya Pena. Kemudian Rabb al Alamin berkata, “Tulislah semua yang akan terjadi sampai Hari Pengadilan !”.
Berkata Pena, “Ya Allah, apa yang harus saya mulai?”. Berfirman Allah, “Kamu harus memulai dengan kata-kata ini: Bismillah al-Rahman al-Rahim.”
Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, kemudian Pena bersiap untuk menulis kata-kata itu pada Kitab (lawh al-mahfudz), dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam 700 tahun.
Ketika Pena telah menulis kata-kata itu, Allah SWT berfirman “Telah memakan 700 tahun untuk kamu menulis tiga Nama-Ku; Nama Keagungan-Ku, Kasih Sayang-Ku dan Empati-Ku. Tiga kata-kata yang penuh barakah ini saya buat sebagai sebuah hadiah bagi ummat Kekasih-Ku Muhammad. Dengan Keagungan-Ku, Aku berjanji bahwa bilamana abdi manapun dari ummat ini menyebutkan kata Bismillah dengan niat yang murni, Aku akan menulis 700 tahun pahala yang tak terhitung untuk abdi tadi, dan 700 tahun dosa akan Aku hapuskan.”
“Sekarang (selanjutnya), bagaian ke-empat dari Nur itu Aku bagi lagi menjadi empat bagian: Dari bagian pertama Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana (hamalat al-’Arsy); Dari bagian kedua Aku telah ciptakan Kursi, majelis Ilahiah (Langit atas yang menyangga Singgasana Ilahiah, ‘Arsy); Dari bagian ketiga Aku ciptakan seluruh malaikat (makhluk) langit lainnya.”
“kemudian bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian: dari bagian pertama Aku membuat semua langit, dari bagian Kedua Aku membuat bumi-bumi, dari bagian ketiga Aku membuat jinn dan api.”
“Bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian : dari bagian pertama Aku membuat cahaya yang menyoroti muka kaum beriman; dari bagian kedua Aku membuat cahaya di dalam jantung mereka, merendamnya dengan ilmu ilahiah; dari bagian ketiga cahaya bagi lidah mereka yang adalah cahaya Tawhid (Hu Allahu Ahad), dan dari bagian keempat Aku membuat berbagai cahaya dari ruh Muhammad SAW”.
Ruh yang cantik ini diciptakan 360.000 tahun sebelum penciptaan dunia ini, dan itu dibentuk sangat (paling) cantik dan dibuat dari bahan yang tak terbandingkan Kepalanya dibuat dari petunjuk, lehernya dibuat dari kerendahan hati. Matanya dari kesederhanaan dan kejujuran, dahinya dari kedekatan (kepada Allah). Mulutnya dari kesabaran, lidahnya dari kesungguhan, pipinya dari cinta dan kehati-hatian, perutnya dari tirakat terhadap makanan dan hal-hal keduniaan, kaki dan lututnya dari mengikuti jalan lurus dan jantungnya yang mulia dipenuhi dengan rahman. Ruh yang penuh kemuliaan ini diajari dengan rahmat dan dilengkapi dengan adab semua kekuatan yang indah. Kepadanya diberikan risalahnya dan kualitas kenabiannya dipasang. Kemudian Mahkota Kedekatan Ilahiah dipasangkan pada kepalanya yang penuh
barokah, masyhur dan tinggi di atas semua lainnya, didekorasi dengan Ridha Ilahiah dan diberi nama Habibullah (Kekasih Allah) yang murni dan suci.
Kemudian Allah SWT menciptakan sebuah pohon yang dinamakan Syajaratul Yaqin. Tangkainya berjumlah empat. Kemudian diletakanlah Nur Muhammad pada pohon tersebut. Namun, kehadiran Nur Muhammad, itu membuat pohon bergetar hebat hingga berubah menjadi permata putih. Sedangkan Nur Muhammad memuji bertasbih ke hadirat Allah Ta’ala 70.000 tahun lamanya. Pada permata tersebut, Nur Muhammad mencoba bercermin. Wajahnya begitu indah dilihat. Bentuknya seperti burung merak, dan pakaiannya demikian indah. Dihiasi dengan berbagai perhiasan. Kemudian ia bersujud lima kali.
Allah SWT melihatnya, membuat Nur tersebut merasa malu dan takut. Lalu keluar keringat dari kepalanya. Dari keringat tersebut Allah SWT menciptakan nyawa malaikat. Dari keringat wajahnya, diciptakanlah nyawa ‘Arsy, matahari, bulan, bintang, dan apa-apa yang ada di langit. Keringat dadanya menjadi bahan untuk menciptakan nyawa para rasul, nabi, wali, ulama, dan orang orang shaleh. Adapun keringat yang muncul dari keningnya, diciptakanlah nyawa orang-orang mukmin dari umat Nabi Muhammad saw. Dari keringat kedua telinganya, diciptakan oleh Allah SWT nyawa orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang kafir, dan sesat. Sedangkan keringat kakinya di antaranya menjadi isi bumi.
Pada waktu selanjutnya Allah SWT menciptakan lentera akik yang merah yang cahayanya menembus ke dalam dan keluar. Lalu Nur Muhammad dimasukkan ke dalam lentera tersebut. Berada di dalamnya dalam posisi berdiri. Sementara nyawa-nyawa yang sudah tercipta berada di luar. Seluruhnya membaca “Subhanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallahu akbar”. 1.000 tahun lamanya nyawa-nyawa itu diperintahkan Allah SWT untuk melihat ke diri Nur Muhammad.
Nyawa yang berhasil melihat kepala Nur Muhammad, maka ia akan ditakdirkan menjadi pemimpin/penguasa. Siapa yang melihat ubun-ubunnya, itulah mereka yang akan menjadi guru/pendidik yang jujur. Siapa yang melihat matanya, ia akan menjadi hafidz (penghapal Al Quran).
Mereka yang memandang telinganya akan menjadi mereka yang menerima peringatan dan nasehat. Adapun yang bisa melihat hidungngya, mereka itu akan menjadi ahli bicara atau dokter. Sedangkan mereka nyawa-nyawa yang berhasil melihat bibir Nur Muhammad, ia akan ditakdirkan menjadi seorang menteri. Nyawa yang melihat bagian giginya maka wajahnya kelak akan cantik rupawan, ia yang bisa melihat lidahnya, akan jadilah utusan/duta raja-raja. Apabila yang dilihat lehernya, ditakdirkanlah menjadi orang berdagang dan usahawan. Apabila tengkuk yang bisa dilihatnya, akan jadilah seorang tentara. Mereka yang berhasil melihat kedua lengan tangannya, maka akan jadi perwira. Jika sikut kanannya yang dilihat, Allah SWT akan menjadikan dirinya berkehidupan dalam dunia tekstil, sedangkan kalau sikut Kirinya, ia akan menjadi orang yang pernah membunuh. Serta, jika dadanya yang berhasil dilihat, maka ia akan menjadi ulama yang disegani. Bila bagian belakang, ia akan ditakdirkan menjadi para ahli sosial kemasyarakatan. Dan jika hanya bayangannya yang berhasil dilihat, maka ia akan menjadi orang yang berkecimpung dalam bidang seni. Barang siapa melihat tenggorokannya yang penuh barokah akan menjadi khatib dan mu’adzin (yang mengumandangkan adzan). Barang siapa memandang janggutnya akan menjadi pejuang di jalan Allah. Barang siapa memandang lengan atasnya akan menjadi seorang pemanah atau pengemudi kapal laut. Siapa yang melihat tangan kananya akan menjadi seorang pemimpin, dan siapa yang melihat tangan kirinya akan menjadi seorang pembagi (yang menguasai timbangan dan mengukur suatu kebutuhan hidup).
Siapa yang melihat telapak tangannya menjadi seorang yang gemar memberi; siapa yang melihat belakang tangannya akan menjadi kolektor. Siapa yang melihat bagian dalam dari tangan kanannya menjadi seorang pelukis; siapa yang melihat ujung jari tangan kanannya akan menjadi seorang calligrapher, dan siapa yang melihat ujung jari tangan kirinya akan menjadi seorang pandai besi. Siapa yang melihat dadanya yang penuh barokah akan menjadi seorang terpelajar meninggalkan keduniaan (ascetic) dan berilmu.
Siapa yang melihat punggungnya akan menjadi seorang yang rendah hati dan patuh pada hukum syari’at. Siapa yang melihat sisi badannya yang penuh barokah akan menjadi seorang pejuang. Siapa yang melihat perutnya akan menjadi orang yang puas, dan siapa yang melihat lutut kanannya akan menjadi mereka yang melaksanakan ruku dan sujud. Siapa yang melihat kakinya yang penuh barokah akan menjadi seorang pemburu, dan siapa yang melihat telapak kakinya menjadi mereka yang suka bepergian. Siapa yang melihat bayangannya akan mejadi penyanyi dan pemain saz (lute).
Semua yang memandang tetapi tidak melihat apa-apa akan menjadi kaum takberiman, pemuja api dan pemuja patung. Mereka yang tidak memandang sama sekali akan menjadi mereka yang akan menyatakan bahwa dirinya adalah tuhan, seperti Namrudz, Firaun, dan sejenisnya.
Kini semua ruh itu diatur dalam empat baris. Di baris pertama berdiri ruh para nabi dan rasul, a.s, di baris kedua ditempatkan ruh para orang suci, para sahabat, di baris ketiga berdiri ruh kaum beriman, laki – laki dan perempuan. Di baris ke empat berdiri ruh kaum tak beriman.
Semua ruh ini tetap berada dalam dunia ruh di hadhirat Allah SWT sampai waktu mereka tiba untuk dikirim ke dunia fisik. Tidak seorang pun tahu kecuali Allah SWT yang tahu berapa selang waktu dari waktu diciptakannya ruh penuh barokah Nabi Muhammad sampai diturunkannya dia dari dunia ruh ke bentuk fisiknya itu.
Diceritakan bahwa Nabi Suci Muhammad SAW bertanya kepada malaikat Jibril , “Berapa lama sejak engkau diciptakan?” Malaikat itu menjawab, “Ya Rasulullah, saya tidak tahu jumlah tahunnya, yang saya tahu bahwa setiap 70.000 tahun seberkas cahaya gilang gemilang menyorot keluar dari belakang kubah Singgasana Ilahiah: sejak waktu saya diciptakan cahaya ini muncul 12.000 kali.”
“Apakah engkau tahu apakah cahaya itu?” bertanya Nabi Muhammad SAW
“Tidak, saya tidak tahu,” berkata malaikat itu.
“Itu adalah Nur ruhku dalam dunia ruh, jawab Nabi Suci SAW”.
Pertimbangkan kemudian, berapa besar jumlah itu, jika 70.000 dikalikan 12.000 !
catatan :
Beberapa kalangan dalam ummat Islam mempersoalkan konsep Nur Muhammad (Cahaya Muhammad atau Ruh Muhammad) sebagai suatu konsep yang tidak memiliki dasar dalam ‘aqidah Islam. Padahal, berdasarkan data-data yang kuat, konsep Nur Muhammad adalah suatu konsep ‘aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang diterima dan diakui oleh ijma’ (konsensus) ulama ilmu kalam dan ulama’ tasawwuf dalam kurun waktu yang panjang, sebagai suatu konsep yang memiliki sumber dalilnya dari Qur’an dan Hadits Nabi sallallahu ‘alayhi wasallam. Konsep ‘aqidah Nur Muhammad salallahu ‘alayhi wasallam menyatakan antara lain bahwa cahaya atau ruh dari Nabi Besar Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam adalah makhluk pertama yang diciptakan sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang kemudian darinya, Dia Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk-makhluk lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam sebagai Nuur (cahaya), atau sebagai “Siraajan Muniiran” (makna literal: Lampu yang Bercahaya)

@ nur muhammad s. a. w.
Sebelum semua makhluk diciptakan Allah, Nur Muhammad lah yang pertama kali diciptakan. Di dalam hadits qudsi Allah swt berfirman kepada Nabi Muhammad saw: Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin dikenal kemudian Aku ciptakan alam (makhluk) agar Aku bisa dikenal. Dengan merenungkan tanda-tanda alam dan ayat-ayat Al Qur’an kaum muslimin dapat memperoleh kilasan aspek Ke-Ilahian yang telah dituangkan di alam semesta yang oleh Al Qur’an disebut sebagai wajah Allah (wajh-Allah).
Di dalam hadits qudsi tersebut di atas terdapat kalimat yang berbunyi: Kemudian Aku ciptakan alam (makhluk)….. Ini masih berbentuk cahaya dan cahaya itu terbagi-bagi sebagaimana pendapat Ka’ab bin Akbar ra dalam kitab yang berjudul Madari: Yusu’ud (tangga-tangga kenaikan) yang di tulis oleh Syeh Nawawi pada halaman 2 s/d 3, yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut: berkata Ka’ab bin Akbar ra:
Ketika Allah hendak menciptakan Maujudat / makhluk, menghamparkan bumi dan meninggikan langit. Allah menggenggam seganggam dari nurNya dan berfirman: Kun Muhammad, maka jadilah segenggam nur tadi menjadi sebuah tiang dari nur yang memancarkan cahaya sampai menembus hijab-hijab kegelapan. Lalu tiang itu bersujud dan berkata: Allahu Akbar. Allah berfirman kepada tiang nur itu: “Aku ciptakan kamu dan Aku beri nama kamu Muhammad. Darimu Ku awali semua makhluk, dan darimu Ku akhiri semua para utusan”. Kemudian Allah membagi empat bagian. Kemudian Allah ciptakan Lauhil Mahfud dari bagian pertama. Lalu Qalam dari bagian yang kedua. Allah berfirman : kepada Qalam, “Tulislah !” maka bergetarlah Qalam seribu tahun kedahsyatan kedahsyatan kitabullah. Lalu Qalam berkata, “Apa yang harus aku tulis ?” Allah berfirman : “Tulislah Lailaaha Illallah Muhammadurrasulullah”. Maka Qalam menulis kalimat itu. Lalu Qalam diberi petunjuk tentang ilmu Allah yang berkaitan dengan makhluk, kemudian Qalam menulis, Anak cucu Adam dari sulbinya; siapa yang taat kepada Allah akan masuk surga, siapa yang maksiyat kepada Allah akan masuk neraka. Umat Nuh; siapa yang taat kepada Allah masuk surga…Umat Ibrahim; siapa yang taat kepada Allah, masuk surga, siapa maksiat…Umat Musa; siapa yang taat kepada Allah masuk surga, siapa maksiat kepada Allah ….Umat Isa; siapa yang taat kepada Allah masuk surga, siapa maksiyat kepada Allah…Umat Muhammad; siapa yang taat kepada Allah masuk surga, siapa maksiyat kepada Allah….ketika Qalam mau menulis kalimat berikutnya ( masuk neraka ) tiba- tiba ada seruan dari Yang Maha Tinggi: “Hai Qalam beradablah kamu”. Maka pecahlah Qalam karena karena kedahsyatan seruan itu, dan sobek ujungnya berbentuk garis lurus, dengan tangan kudrat maka jadilah adap. Qalam tidak bisa menulis kecuali pecah bergaris ujungnya. Lalu Allah berfirman: “Tulislah, umat berdosa Tuhan Maha Pengampun” kemudian Allah menciptakan Arasy dari bagian yang ke tiga. Dari bagian yang ke empat menjadi empat bagian:
1. Bagian kesatu dijadikan akal
2. Bagian kedua dijadikan ma’rifat ( agar dapat mengetahui)
3. Bagian ketiga dijadikan cahaya Arsy dan sinar penglihatan serta seluruh cahaya termasuk siang ( matahari), sinar malam( bulan dan bintang). Semua cahaya ini berasal dari Nur Muhammad, Nur Muhammad adalah awal segala makhluk
4. Bagian yang ke empat dititipkan di bawah arasy, sampai Allah menciptakan Adam. Kemudian Allah menitipkan bagian itu (nur Muhammad) pada punggung Adam, bersujudlah para Malaikat.
Kemudian Allah memasukkan Adam ke surga, para Malaikat berbaris rapi di belakang Adam, menyaksikan nur tersebut. Adam berkata: “Ya Allah kenapa para Malaikat berkumpul di belakangku?” Allah berfirman : “Wahai Adam mereka melihat nur kekasihku Muhammad penutup para utusan yang Aku keluarkan (pancaran cahaya) dari punggung mu” Adam berkata: “Ya Tuhan jadikan nur itu di depan saya, supaya saya bisa melihat dan berhadapan dengan malaikat”. Maka Allah memindahkan nur itu pada dahi nabi Adam, Malaikat berbaris di depan Adam. Adam berkata: “Ya Tuhan, jadikan Nur ini di tempat yang aku bisa melihat. Maka Allah jadikan Nur itu pada telunjuk Adam. Adam bisa melihat Nur itu bertambah bagus, megah dan Adam mendengar Nur itu bertasbih penuh keagungan, kemudian Nur itu pindah ke Hawa (istri Adam), seperti matahari yang bersinar.
Kemudian ditentukan permulaan para utusan dari Nabi Sis as. Maka hilanglah Nur itu di wajah Hawa pindah ke Nabi Sis as. Lalu Adam mengambil sumpah Nabi Sis as. Bahwasanya: “Tidak akan menyimpan Nur itu kecuali dari yang suci ke yang suci, dari yang mulia ke yang mulia,” sampai pada sulbi Abdullah bin Abdul Mutholib. Kemudian Allah mengeluarkannya ke dunia ini dan menjadikannya Raja para Utusan Rahmatan lil alamin dan seorang panutan yang memancarkan cahaya yang terang benderang.
Demikian dikala Nabi Muhammad saw. Diturunkan ke dunia, beliau disinari cahaya yang terang benderang sehingga, cahaya matahari yang menyinarinya tidak bisa memberi bayangan, dikarenakan cahaya Nur Muhammad lebih terang dari pada sinar matahari, itu terjadi di sepanjang hidup sampai beliau wafat. Dan siapa generasi penerusnya setelah Rasulullah saw. wafat?
Melihat dari sumpah Nabi Adam as. yang berbunyi tidak akan menyimpan Nur itu kecuali dari yang suci ke yang suci, dari yang mulia ke yang mulia. Mengingat risalah yang di bawa oleh Rasulullah saw. Dan dilanjutkan para pewarisnya yaitu para sahabat, para wali yang suci, dan para tabiin serta para ulama’ (yang disucikan dan yang dimuliakan oleh Allah swt.)
Jadi manusia yang dititipi Nur Muhammad, adalah orang-orang yang suci dan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah swt. Adapun orang- orang yang mensucikan diri sehingga ia mencapai pada tingkat kesucian ruh mereka diberi petunjuk untuk menuju ke jalan yang sampai kepada ruhnya ruh Nur Muhammad, karena ruh tercipta dari percikan Nur Muhammad dikala bersujud dan bertasbih kepada Allah selama ribuan tahun. Sumber dari Penciptaan Nur Muhammad Awal Terciptanya Semua Makhluk: Makrifat Haji
Keterangan berikut adalah suntingan dari kitab ‘Sirrul Asrar Fi Ma Yahtaju Ilayhil Abrar’ oleh Ghawthul A’zham Shaikh Muhyiddin Abdul Qadir Jilani رضي الله عه
Maka berkata Shaikhuna; tentang
… Nur Muhammad (iaitu hakikat Muhammad) – atau ringkasnya asal kejadian.
Semoga Allah Ta’ala memberikan kamu kejayaan di dalam amalan-amalan kamu yang disukaiNya dan Semoga kamu memperolehi keredaanNya. Fikirkan, tekankan kepada pemikiran kamu dan fahamkan apa yang aku katakan.
Allah Yang Maha Tinggi pada permulaannya menciptakan cahaya Muhammad daripada cahaya suci Keindahan-Nya. Dalam hadis Qudsi Dia berfirman;
“Aku ciptakan ruh Muhammad daripada cahaya Wajah-Ku”.
Ini dinyatakan juga oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dengan sabdanya:
“Mula-mula Allah ciptakan ruhku. Pada permulaannya diciptakanNya sebagai ruh suci”.
“Mula-mula Allah ciptakan qalam”.
“Mula-mula Allah ciptakan akal”.
Apa yang dimaksudkan sebagai ciptaan permulaan itu ialah ciptaan hakikat kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم; kebenaran tentang Muhammad yang tersembunyi. Dia juga diberi nama yang indah-indah.
Dia dinamakan Nur, cahaya suci kerana dia dipersucikan dari kegelapan yang tersembunyi di bawah sifat jalal Allah.
Allah Yang Maha Tinggi berfirman:
قَدْ جَآءَكُمْ مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَـبٌ مُّبِينٌ
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu dari Allah, cahaya dan kitab yang menerangkan”. – Al-Maaidah, ayat 15
Dia dinamakan aqal yang meliputi (akal universal) kerana dia telah melihat dan mengenali segala-galanya.
Dia dinamakan qalam kerana dia menyebarkan hikmah dan ilmu dan dia mencurahkan ilmu ke dalam huruf-huruf.
Roh Muhammad adalah zat atau hakikat kepada segala kejadian, permulaan dan kenyataan alam maya. Baginda صلى الله عليه وسلم menyatakan hal ini dengan sabdanya;
“Aku daripada Allah dan sekalian yang lain daripadaku”.
Allah Yang Maha Tinggi menciptakan sekalian roh daripada roh baginda صلى الله عليه وسلم di dalam alam kejadian yang pertama, dalam bentuk yang paling baik. ‘Muhammad’ adalah nama kepada sekalian kemanusiaan di dalam alam arwah. Dia adalah sumber, asal usul dan kediaman bagi sesuatu dan segala-galanya.
Nur Muhammad saw
Penciptaan Nur Muhammad s.a.w
Suatu hari Sayedena Ali, karamallahu wajhahu, misanan dan menantu Nabi Muhammad s.a.w. bertanya, Wahai Muhammad, kedua orang tuaku akan menjadi jaminanku, mohon katakan padaku apa yang diciptakan Allah TaAla sebelum semua makhluq ciptaan? Berikut ini adalah jawaban nya yang indah :
Sesungguhnya, sebelum Rabb mu menciptakan lainnya, Dia menciptakan dari Nur Nya nur Nabimu, dan Nur itu diistirahatkan haithu mashaAllah, dimana Allah menghendakinya untuk istirahat. Dan pada waktu itu tidak ada hal lainnya yang hadir tidak lawh al-mahfoudh, tidak Sang Pena, tidak Syurga atau pun Neraka, tidak Malaikat Muqarabin (Angelic Host), tidak langgit ataupun dunia; tiada matahari, tiada rembulan, tiada bintang, tiada jin atau manusia atau malaikat belum ada apa-apa yang diciptakan, kecuali Nur ini.
Kemudian Allah swt dengan iradat Nya menghendaki adanya ciptaan. Dia kemudian membagi Nur ini menjadi empat bahagian. Dari bahagian pertama Dia menciptakan Pena, dari bagian kedua lawh al-mahfoudh, daripada bahagian ketiga Arsy.
Kini telah diketahui bahwa ketika Allah menciptakan lawh al-mahfoudh dan Pena, pada Pena itu terdapat seratus simpul, jarak antara kedua simpul adalah sejauh dua tahun perjalanan. Allah kemudia memerintahkan Pena untuk menulis, dan Pena bertanya, Ya Allah, apa yang harus saya tulis? Allah berkata, Tulislah : la ilaha illAllah, Muhammadan Rasulullah. Atas itu Pena berseru, Oh, betapa sebuah nama yang indah, agung Muhammad itu bahwa dia disebut bersama Asma Mu yang Suci, ya Allah.
Allah kemudian berkata, Wahai Pena, jagalah kelakuan mu ! Nama ini adalah nama Kekasih Ku, dari Nurnya Aku menciptakan Arsy dan Pena dan lawh al-mahfoudh; kamu, juga diciptakan dari Nur nya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apapun. Ketika Allah S.W.T. telah mengatakan kalimat tersebut, Pena itu terbelah dua karena takutnya akan Allah, dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup/terhalang, sehingga sampai dengan hari ini ujung nya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda daripada rahasia ilahiah yang agung. Maka, jangan seorang pun gagal dalam memuliakan dan menghormati Nabi Suci, atau menjadi lalai dalam mengikuti contoh nya (Nabi) yang cemerlang, atau membangkang/meninggalkan kebiasaan mulia yang diajarkannya kepada kita.
Kemudian Allah memerintahkan Pena untuk menulis. Apa yang harus saya tulis, Ya Allah? bertanya Pena. Kemudian Rabb al Alamin berkata, Tulislah semua yang akan terjadi sampai Hari Pengadilan ! Berkata Pena, Ya Allah, apa yang harus saya mulai? Barkata Allah, Kamu harus memulai dengan kata-kata ini : Bismillah al-Rahman al-Rahim. Dengan rasa hormat dan takutyang sempurna, kemudian Pena bersiap untuk menulis kata-kata itu pada Kitab (lawh al-mahfoudh), dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam 700 tahun.
Ketika Pena telah menulis kata-kata itu, Allah S.W.T. berbicara dan berkata, Telah memakan 700 tahun untuk kamu menulis tiga Nama Ku; Nama Keagungan Ku, Kasih Sayang Ku dan Empati Ku. Tiga kata-katayang penuh barakah ini saya buat sebagai sebuah hadiah bagi ummat Kekasih Ku Muhammad.
Dengan Keagungan Ku Aku berjanji bahwa bilamana abdi manapun dari ummat ini menyebutkan kata Bismillah dengan niat yang murni, Aku akan menulis 700 tahun pahala yang tak terhitung untuk abdi tadi, dan 700 tahun dosa akan Aku hapuskan.
Sekarang (selanjutnya), bagaian ke-empat dari Nur itu Aku bagi lagi menjadi empat bagian :
Dari bagian pertama Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana (hamalat al-�Arsh);
Dari bagian kedua Aku telah ciptakan Kursi, majelis Ilahiah (Langit atas yang menyangga Singgasana Ilahiah, �Arsh);
Dari bagian ketiga Aku ciptakan seluruh malaikat (makhluq) langit lainnya;
Dan bagian ke-empat Aku bagi lagi menjadi empat bagian:
Dari bagian pertama Aku membuat semua langit, dari bagian kedua Aku membuat bumi-bumi , dari bagian ketiga Aku membuat Jin dan api. Bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian : dari bagian pertama Aku membuat cahaya yang menyoroti muka kaum beriman; dari bagian kedua Aku membuat cahaya di dalam jantung mereka, merendamnya dengan ilmu ilahiah; dari bagian ketiga cahaya bagi lidah mereka yang adalah cahaya Tawhid (Hu Allahu Ahad), dan dari bagian keempat Aku membuat berbagai cahaya dari ruh Muhammad s.a.w.
Ruh yang cantik ini diciptakan 360,000 tahun sebelum penciptaan dunia ini,

Ketika Setan Bertamu Kepada Rasulullah
Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW
(dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:

“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”

“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”

“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”

“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”

“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”

“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”

“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”

“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”

“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”

“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”

“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”

“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”

“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”

“Di bawah kuku manusia.”

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”

“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali:

“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir.

Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya

“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”

Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”

Cara Iblis Menggoda

“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah mahluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata – kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ‘shalatmu tidak sah’

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalamdirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”
10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT

“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“10 macam”

“Apa saja?”

“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.” Allah berfirman,

“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”

Allah berfirman,

“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).

“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.

Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.

Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”

Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.

Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!

Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.

Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”

Rasulullah SAW lalu membaca ayat :

“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 – 119)

juga membaca,

“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:

“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”

Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.

Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat setidak-setidaknya membuat hidup ini lebih nyaman dan membuat tempat serta lingkungan kita lebih aman.