Rabu, 26 April 2017

UTAMANYA ILMU DALAM ISLAM

Ruang Tholabul 'Ilmi dari Sang Sufi Muda:

Sebelumnya saya (Sufi Muda) akan menukilkan satu buah kisah salah seorang sahabat Nabi SAW yaitu Ali bin Abi Tholib yang diambil dari Kitab Mawaidzul Ush'furiyyah karangan Syekh Muhammad bin Abi Bakar, Hal.04.

Ketika aliran Khawarij mendengar Hadist Rosululloh SAW bahwa Rosululloh SAW adalah kota ilmu dan sahabat Ali bin Abi Tholib Karomallohu Wajhah sebagai pintu kota tersebut, kemudian mereka (kaum Khawarij) sangat iri dan dengki. Para pembesar-pembesar aliran Khawarij berkumpul dan mengadakan rapat. Mereka meragukan perkataan Rosululloh SAW yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Tholib adalah pintu gerbangnya ilmu. Mereka berpikir bahwa Ali bin Tholib tak sepandai itu dan tak sepandai perkataan Nabi SAW sebagai pintu gerbangnya kota ilmu. Maka mereka merundingkan bagaimanakah caranya untuk menguji kecerdasan Ali bin Abi Tholib.

Salah seorang diantara mereka memiliki usul dan mengatakan: "Kita akan bertanya kepada Ali bin Abi Tholib satu pertanyaan dan kita akan lihat bagaimana ia akan menjawab. Jika ia menjawab dengan jawaban yang berbeda maka pantaslah kita mengakui bahwa ia seorang yang pandai!!!" Setelah itu disepakati, kaum Khawarij akan mengirim 10 orang penanya kepada Sahabat Ali bin Abi Tholib KW (Karomallohu Wajhah).

Kemudian datang salah seorang dari golongan mereka kepada sahabat Ali bin Abi Tholib KW dan bertanya: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Qorun, Syaddad, Fir'aun dan sebagainya." Mendengar jawaban tersebut sang penanya pertama pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu bisa menjagamu. Sedangkan harta, kamulah yang harus menjaganya." Mendengar jawaban tersebut penanya kedua pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib seperti pertanyaan orang pertama dan kedua. Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi. "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Orang yang memiliki harta, ia memiliki banyak musuh. Sedangkan orang yang berilmu, ia memiliki banyak teman." Mendengar jawaban tersebut penanya ketiga pun segera pergi.

Kemudian datang lagi salah seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Jika kamu menghabiskan harta, maka harta itu akan berkurang. Tapi jika kamu menghabiskan ilmu, maka ilmu itu akan semakin bertambah." Mendengar jawaban tersebut penanya keempat pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi. "Apa alasannya wahai Ali?" Sahabat Ali pun menjawab: "Pemilik harta disebut dengan sebutan kikir dan pelit. Sedangkan pemilik ilmu disebut dengan sebutan mulia dan agung." Mendengar jawaban tersebut penanya kelima pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Dirham selalu dijaga dari seorang pencuri. Tapi ilmu tidak pernah dijaga dari seorang pencuri." Mendengar jawaban tersebut penanya keenam pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apakah alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Pemilik harta akan di hisab dan di perhitungkan atas hartanya kelak di hari Kiamat. Sedangkan pemilik ilmu, ia akan mendapat syafa'at di hari Kiamat." Mendengar jawaban tersebut penanya ketujuh pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu atau harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut melanjutkan pertanyaannya. "Apakah alasannya wahai Ali?" Sahabat Ali pun menjawab: "Harta akan habis sepanjang masa dan hancur sesuai perjalanan waktu. Sedangkan ilmu tidak pernah habis dan tidak akan hancur." Mendengar jawaban tersebut penanya kedelapan pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu ataukah harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Tentu ilmu itu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut kembali bertanya: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Harta akan menjadikan mu memiliki hati yang keras. Sedangkan ilmu dapat menyinari hati mu." Mendengar jawaban tersebut penanya kesembilan pun segera pergi.

Kemudian datang lagi seorang yang terakhir dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib: "Wahai Ali, mana yang lebih utama, ilmu ataukah harta?" Sahabat Ali pun menjawab: "Ilmu lebih utama dari harta." Kemudian orang tersebut bertanya lagi: "Apa alasannya?" Sahabat Ali pun menjawab: "Harta membuat pemiliknya merasa seolah seperti Tuhan (seperti Qorun, Syaddad, dan Fir'aun) karena harta yang dimilikinya. Sedangkan pemilik ilmu merasa ia adalah seorang hamba."

Rupa-rupanya Imam Ali Karomallohu Wajhah sudah mengetahui bahwa dirinya sedang di uji. Beliau kemudian melanjutkan perkataannya:

"Jika kalian semua datangkan seluruh orang dan bertanya kepadaku akan hal ini, maka selama aku hidup, aku akan menjawabnya dengan jawaban yang berbeda-beda.

Kemudian mereka semua (kaum Khawarij) mendatangi sahabat Ali bin Abi Tholib dan berpasrah diri mengakui kealiman beliau Karomallohu Wajhah. 



Kesucian dan Kemuliaan Ilmu:

1. Tidak ada kemuliaan tanpa ilmu.

2. Ilmu adalah warisan yang mulia.

3. Serendah-rendah ilmu adalah yang berhenti di lidah, dan yang paling tinggi adalah yang tampak di seluruh bagian tubuh.

4. Tetaplah mengingat ilmu di tengah orang-orang yang tidak menyukainya, dan mengingat kemuliaan yang terdahulu di tengah orang-orang yang tidak memiliki kemuliaan, karena hal itu termasuk di antara yang menjadikan keduanya dengki terhadapmu.

5. Jika Alloh SWT hendak merendahkan seorang hamba, maka Dia mengharamkan terhadapnya ilmu.

6. Jika mayat seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya, maka muncullah empat api. Lalu datanglah sholat (yang biasa dikerjakannya), maka ia memadamkan satu api. Lalu datanglah puasa, maka ia memadamkan api yang satunya lagi (api kedua). Lalu datanglah sedekah, maka ia memadamkan api yang satunya lagi. Lalu datanglah ilmu, maka ia memadamkan api yang keempat seraya berkata: "Seandainya aku menemukan api-api itu, niscaya akan aku hapus semuanya. Oleh karena itu, bergembiralah kamu. Aku senantiasa bersamamu, dan engkau tidak akan pernah melihat kesengsaraan." Inilah bukti ucapan Sayyidina Ali bahwa ilmu akan tetap menjaga kita sampai kita ke liang lahat. 

7. Janganlah engkau membicarakan ilmu dengan orang-orang yang kurang akal karena mereka hanya akan mendustakannya, dan tidak pula kepada orang-orang bodoh karena mereka hanya akan menyusahkanmu. Akan tetapi, bicarakanlah ilmu dengan orang yang menerimanya dengan penerimaan yang baik dan yang memahaminya.

8. Cukuplah ilmu itu sebagai kemuliaan bahwasanya ia diaku-aku oleh orang yang bukan ahlinya dan senang jika dia dinisbatkan kepadanya.


"Alloh mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Alloh Maha Mengetahui atas apa-apa yang kalian kerjakan." (QS. Al-Mujadilah ayat: 11)


Suatu ketika sang sufi muda ditanya oleh seseorang di dalam pintu masjid Sunda Kelapa, Menteng. "Wahai saudaraku, menurutmu, manakah yang lebih utama? Harta atau ilmu?" Sang sufi menjawab. "Tentu lebih utama ilmu ya ikhwal?" "Kenapa begitu?" Sang penanya melanjutkan pertanyaannya. "Harta akan menjadikanmu sombong, jika kamu sudah sombong kamu akan lupa dengan dirimu sendiri. Sering sekali orang yang sombong menanyakan dirinya sendiri kepada orang lain, ("elu nggak kenal siapa gue?"). Sementara ilmu akan menjadikanmu tawadu'. Orang yang benar-benar memiliki ilmu maka ia akan seperti padi yang semakin diisi semakin menunduk."



Muhammad Jadmiko 

#SufiMuda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar