Minggu, 22 Oktober 2017

Macam-macam tauhid

Macam-Macam Tauhid dan Penjelasannya

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembahasan Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam islam, karena tauhid dalam hal ini mengambil posisi penting menjadi inti pondasi dari sebuah ‘Aqidah Islam. Seiring berkembangnya masyarakat, tauhid dalam posisinya yang sangat penting ini cenderung sedikit demi sedikit dilupakan oleh umat islam sendiri. Tentunya beragam faktor yang telah mengancam lunturnya tauhid ini. Urusan-urusan duniawi mungkin adalah faktor yang sangat dominan dalam hal ini. Tak heran, kerap kita temukan banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan kita.
Padahal, seperti yang kita ketahui bersama bahwa islam sebagai rahmatan lil ‘alamin telah mengatur kehidupan ini tidak hanya ukhrawi saja, namun kehidupan duniawi pun juga diatur. Permasalahannya adalah, kita sebagai seorang muslim secara tidak sadar telah melupakan sendi-sendi pokok ajaran islam. Tauhid sebagai salah satu unsurnya yang menjadi pilar pokok dalam kehidupan justru semakin luntur akan perkembangan zaman.
Melalui makalah ini, penyusun berusaha mengingatkan kembali bagaimana esensi sebenarnya tauhid, sehingga diharapkan pembaca menjadi paham akan pentingnya tauhid ini. Tidak hanya sekedar paham akan maknanya saja, tetapi bagaimana kemudian kita sebagai seorang muslim mampu mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dalil-dalil mengenai tauhid ?
2. Apa saja macam-macam tauhid ?
3. Bagaimana penjelasan macam-macam tauhid tersebut ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid dan Macam-Macamnya
Kata “Tauhid” berasal dari akar kata bahasa Arab (وحّد – يوحّد – توحيدا) yang berarti “menjadikan sesuatu satu atau esa”. توحيد الله berati menjadikan, mengakui dan meyakini bahwa Allah Esa. Tauhid adalah pembahasan mengenai pengokohan keyakinan-keyakinan agama Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya sehingga dapat menghilangkan semua keraguan atau ilmu yang disebut tentang mengesakan Allah. Tauhid mempunyai beberapa macam, ada tauhid uluhiyah, tauhid ubudiyah, dan tauhid rububiyah.
Macam-Macam Tauhid menurut pembagiannya:
1. Tauhid Rububiyah
Rububiyah berasal dari kata Rabb, dari sisi bahasa berarti tuan dan pemilik. Dikatakan Rabb ad-Dar berarti tuan rumah Secara etimologi yaitu menumbuhkan, mengembangkan, sedangkan secara terminology berarti keyakinan bahwa Allah swt. Adalah Tuhan Pencipta semua makhluk dan alam semesta.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ وَابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ قَيْسِ بْنِ الْحَجَّاجِ قَالَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنِي قَيْسُ بْنُ الْحَجَّاجِ الْمَعْنَى وَاحِدٌ عَنْ حَنَشٍ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Musa telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Al Mubarak telah mengkhabarkan kepada kami Laits bin Sa’ad dan Ibnu Lahi’ah dari Qais bin Al Hajjaj berkata, dan telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman telah mengkhabarkan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa’ad telah menceritakan kepadaku Qais bin Al Hajjaj -artinya sama- dari Hanasy Ash Shan’ani dari Ibnu Abbas berkata: Aku pernah berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam pada suatu hari, beliau bersabda: “Hai ‘nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya dihadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (maksudnya takdir telah ditetapkan).”

Tahqiq dan Takhrij hadis 
Nama Perawi Wafat Kalangan(Masa) Komentar Ulama
Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib bin Hasyim – Sahabat Sahabat
Hanasy bin ‘Abdullah 100 H Tabi’in Pertengahan Tsiqah
Qais bin Al Hajaj bin Khaliy 129 H Tabi’in akhir Shaduq
Laits bin Sa’ad bin ‘Abdur Rahman 175 H Tabi’ut Tabi’in Tsiqah
Abdullah bin Al Mubarak bin Wadlih 181 H Tabi’ut Tabi’in Tsiqah
Ahmad bin Muhammad bin Musa 238 H Tabi’ul Atba’ Tsiqah Hafidz

Hadist mengenai tauhid Rububiyah ini, mempunyai sanad dari rawi-rawi yang tsiqoh. Sehingga hadist ini mempunyai kualitas shahih untuk keseluruhan rawinya dan Hadisnya.

2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah artinya mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah dan tidak ada tuhan lain selain Dia. Pengakuan dan keyakinan bahwa Allah swt adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah yang direalisasikan dalam bentuk ibadah.

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Artinya:
“Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Rauh bin Al Qasim dari Al Ala` bin Abdurrahman bin Ya’qub dari ayahnya dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: ‘Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa melakukan suatu amalan dengan menyekutukanKu dengan selainKu, Aku meninggalkannya dan sekutunya.”
Tahqiq dan Takhrij hadis
Nama Perawi Wafat Kalangan(Masa) Komentar Ulama
Abdur Rahman bin Shakhr 57 H Sahabat Sahabat
Abdur Rahman bin Ya’qub – Tabi’in Pertengahan Tsiqah
Al ‘Alaa’ bin ‘Abdur Rahman bin Ya’qub 132 H Tabi’in Tsiqah
Rauh bin Al Qasim 141 H Tabi’in Akhir Tsiqah Hafidz
Isma’il bin Ibrahim bin Muqsim 193 H Tabi’ut Tabi’in Tsiqah
Zuhair bin Harb bin Syaddad 234 H Tabi’ul Atba’ Tsiqah Tsabat

Hadist mengenai tauhid Uluhiyah ini, mempunyai sanad dari rawi-rawi yang tsiqoh. Sehingga hadist ini mempunyai kualitas shahih untuk keseluruhan rawinya dan Hadisnya.
3. Tauhid Ubudiyah
Suatu keyakinan bahwa Allah swt, merupakan Yuhan yang patut disembah, ditaati, dipuja dan diagungkan. menghambakan diri dengan keikhlasan tanpa disertai penyimpangan dan penyesatan. Sehingga beliau juga menyebutkan mengenai perincian dari hakikat tauhid bahwa, “ tidaklah disebut bertauhid hingga mengakui bahwa tiada tuhan selain allah. Dan juga mengakui bahwa dialah ilah yang sesungguhnya bagi hamba. Lalu menyerukan peribadatan hanya kepada allah tanpa disertai penyelewengan.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ حِينَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil telah mengabarkan kepada kami ‘Abdullah telah mengabarkan kepada kami Zakariya’ bin Ishaq dari Yahya bin ‘Abdullah bin Shayfiy dari Abu Ma’bad sahayanya Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata; Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam berkata, kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyalahu’anhu ketika Beliau mengutusnya ke negeri Yaman: “Sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum Ahlul Kitab, jika kamu sudah mendatangi mereka maka ajaklah mereka untuk bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaati kamu tentang hal itu, maka beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka shalat lima waktu pada setiap hari dan malamnya. Jika mereka telah mena’ati kamu tentang hal itu maka beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka zakat yang diambil dari kalangan orang mampu dari mereka dan dibagikan kepada kalangan yang faqir dari mereka. Jika mereka mena’ati kamu dalam hal itu maka janganlah kamu mengambil harta-harta terhormat mereka dan takutlah terhadap do’anya orang yang terzholimi karena antara dia dan Allah tidak ada hijab (pembatas yang menghalangi) nya”.
Tahqiq dan Takhrij hadis
Nama Perawi Wafat Kalangan(Masa) Komentar Ulama
Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib bin Hasyim 68 H Sahabat Sahabat
“Nafidz, maula Inbu ‘Abbas” 104 H Tabi’in Pertengahan Tsiqah
Yahya bin ‘Abdullah bin Muhammad bin Shaifiy – Tabi’in Akhir Tsiqah
Zakariya bin Ishaq – Tabi’in Akhir Tsiqah
Abdullah bin Al Mubarak bin Wadlih 181 H Tabi’ut Tabi’in Tsiqah Tsabat
Muhammad bin Muqatil 226 H Tabi’ut Tabi’in Tsiqah

Hadist mengenai tauhid Ubudiyah ini, mempunyai sanad dari rawi-rawi yang tsiqoh. Sehingga hadist ini mempunyai kualitas shahih untuk keseluruhan rawinya dan Hadisnya.
Tauhid ubudiyyah adalah perbuatan yang mengesakan Allah bardasarkan niat taqarrub dalam melakukan berbagai macam ibadah yang disyari’atkan. Seperti berdo’a, sholat, thawaf memohon pertolongan pada Allah, menyembelih hewan kurban, bernadzar dll. Dalam kata lain tauhid ubudiyyah adalah ilmu ikatan kepercayaan karena dalam pengetahuan ini ada pasal-pasal yang harus diikat dan ditanamkan dalam hati yang harus menjadi kepercayaan yang teguh yang menjadi dasar-dasar pokok agama.

B. Ayat-ayat al-Qur’an yang berkorelasi
                           
Artinya:”Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”
   •  •                         
Artinya:” Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.
                 
Artinya:” Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
C. Pendapat para ahli: mutakallimun, fuqaha’, muhadditsun, mufassirun, Islamis/islamolog
Menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawas, tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila hal itu disyari’atkan oleh-Nya, seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah (minta pertolongan), isthighotsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya.
Syekh Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam kitabnya bahwa, kebutuhan seorang hamba untuk menyembah Allah SWT tanpa menyekutukannya dengan sesuatu apapun tidak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan, tetapi dari sebagian segi mirip dengan kebutuhan jasad kepada makanan dan minuman. Akan tetapi, diantara keduanya ini terdapat perbedaan mendasar. Karena, hakikat seorang hamba adalah hati dan rohnya, ia tidak bisa baik, kecuali dengan Allah SWT yang tiada tuhan selainnya. Ia tidak bisa tenang di dunia, kecuali dengan mengingat nya. Seandainya hamba memperoleh kenikmatan dan kesenangan tanpa Allah SWT, maka hal itu tidak akan berlangsung lama,tetapi akan berpindah-pindah dari satu macam ke macam yang lain, dari satu orang kepada orang lain. Adapun tuhannya, maka dia dibutuhkan setiap saat dan setiap waktu, dimanapun ia berada, maka dia akan selau bersamanya.
Menurut Abdurrahman Nashir Tauhid ubudiyyah yaitu mengetahui bahwa Allah adalah yang mempunyai sifat uluhiyah dan ‘ubudiyah terhadap semua hambaNya. Penyendirian ketunggalan dalam peribadatan seluruhnya dan menyukian din hanya kepada Allah Yang Maha Tunggal. Inilah penetapan terakhir yang menguatkan tauhid rububiyyah dan asma’ wa shifat. Sebab sebenarnya tauhid ini merupakan sifat yang sempurna dan megah dan dan sudah termasuk penggabungan Rububiyah dan kemuliaannya.

D. Analisis, respons penulis, review, komentar kritis
Hakikat tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Menujukan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya, dan meninggalkan sesembahan selain-Nya. Ibadah itu sendiri harus dibangun di atas landasan cinta dan pengagungan kepada-Nya. Berdasarkan hadis diatas bahwa, Allah SWT memang tunggal. Tidak ada satu zat pun yang bisa menyamai Allah SWT. Oleh karena itu, kita sebagai manusia, yang notabene sebagai makhluk Allah SWT haruslah meyakini Allah hanya satu. Kita meminta apapun juga hanya kepada Allah SWT. Apabila kita berbuat syirik kepada Allah SWT maka Allah akan menimpakan hukuman pada kita.
Iman terhadap Rububiyah Allah, artinya mengimani bahwa Allah semata sebagai Rabb, tidak ada sekutu dan pembantu bagi-Nya. Rabb artinya adalah yang mencipta, menguasai, dan memerintah. Itu artinya tidak ada pencipta selain Allah. Tidak ada penguasa selain Dia. Tidak ada perintah kecuali wewenang-Nya. Tidak pernah diketahui ada seorang pun di antara manusia ini yang mengingkari rububiyah Allah Yang Maha Suci kecuali karena faktor kesombongan dan tidak dilandaskan dengan keyakinan atas apa yang diucapkannya. Hal itu sebaagaimana yang terjadi pada diri Fir’aun ketika dia berkata kepada kaumnya. Urusan Allah Yang Maha Suci meliputi urusan kauni (alam) dan urusan syar’i (syari’at). Sebagaimana Allah adalah pengatur alam semesta dan pemutus perkara di dalamnya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya dan menurut ketetapan hikmah-Nya. Maka demikian pula Allah menjadi hakim/pemutus urusan di dalamnya dengan mensyari’atkan berbagai macam ibadah dan hukum mu’amalah sesuai dengan tuntutan hikmah/kebijaksanaan-Nya. Barangsiapa yang mengangkat selain Allah sebagai pembuat syari’at bersama-Nya dalam perkara ibadah, atau menjadikannya sebagai hakim/pemutus urusan dalam hal mu’amalah, maka sesungguhnya dia telah mempersekutukan Allah dan belum dianggap mewujudkan keimanan.
Tauhid ubudiyyah adalah perbuatan yang mengesakan Allah bardasarkan niat taqarrub dalam melakukan berbagai macam ibadah yang disyari’atkan. Seperti berdo’a, sholat, thawaf memohon pertolongan pada Allah, menyembelih hewan kurban, bernadzar dll. Dalam kata lain tauhid ubudiyyah adalah ilmu ikatan kepercayaan karena dalam pengetahuan ini ada pasal-pasal yang harus diikat dan ditanamkan dalam hati yang harus menjadi kepercayaan yang teguh yang menjadi dasar-dasar pokok agama.

E. Simpulan 
Ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang mesti ada padaNya, sifat-sifat yang boleh ada padaNya, sifat-sifat yang tidak boleh ada padaNya; membahas tentang para Rasul untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang mesti dipertautkan kepada mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka,dan sifat yang tidak mungkin ada pada mereka.
Tauhid sebagai salah satu pilar dalam beragama islam mempunyai 3 macam jenis. Pertama, tauhid uluhiyah. Kedua, tauhid rububiyah. Dan ketiga, tauhid ‘Ubudiyah. Ketiga macam tauhid ini mempunyai persamaan, yaitu sama-sama kita sebagai makhluk Allah SWT harus mengesakan Allah SWT, hanya saja wujud kita dalam mengesakan Allah SWT yang berbeda-beda.
Obyek kajian Ilmu Tauhid berupa :
1. Hal-hal yang berkaitan dengan Allah: dzat, sifat, maupun perbuatannya
2. Hal-hal yang berkaitan dengan Rasulullah: kerasulannya, sifat yang ada padanya
3. Hal-hal yang berkaitan dengan alam barzah dan akhirat: hisab, surga, dan neraka

Daftar Pustaka
At-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 6 dan 74-76, lihat juga al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an [1/26] karya Imam ar-Raghib al-Ashfahani.
Rahman,Muhammad.1999.Dasar-Dasar Ketauhidan.Grafindo:Jakarta.
Makna tauhid, ahmad firdaus,2009
Kitab al-Bab al-Hadi ‘Asyr, karya Allamah al-hilli.
Qathfu al-Jana ad-Dani, hal. 56).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar