Jumat, 17 Agustus 2018

BAYT ALLOH

Wahai hamba yang di rohmati Alloh. Ketahuilah bahwasannya qolbu mu itulah hakikat bayt Alloh, dan kita itu sejatinya ialah ahlul bayt.
Jika seumpama diri kita ini adalah babu atau budak atau seorang hamba. Maka sudah semestinya tugas kita adalah menjaga, merawat, dan membersihkan rumah majikan kita. Yaitu membersihkan hati kita masing-masing agar indah dan bersih. Dengan demikian agar majikan kita merasa nyaman dan betah berada di dalam rumahnya sendiri.
Manakala majikan kita berkenan hadir dalam baytnya, maka saat itulah kita manunggal dengan tuan kita.

Maka demikian gambaran hubungan kita dengan Alloh, di mana Alloh hanya berkenan hadir di dalam qolbu yang bersih dan suci yang dari selain Nya. Alloh tidak mau bercampur dengan kekotoran-kekotoran makhluk.
Manakala hati ini kotor dan di penuhi oleh masyiwalloh maka Dia akan meninggalkannya dan jadilah ia (hati itu) istana Iblis. Maka bisikan yang berasal dari hati yang kotor pun adalah dorongan nafsu yang sifatnya sesat menyesatkan dan menjerumuskan agar hancur sehancur-hancurnya dan semakin jauh dari ketakwaan kepada Alloh.

Lalu bagaimana cara kita mengetahui hati kita sudah bersih atau masih kotor?
Adakah alat khusus untuk mengukurnya?

Tentu saja ada, alat itu bernama "ilmu".

Jika di dalam hati mu masih menyimpan sifat merasa, yaitu merasa benar sendiri, merasa baik, merasa mulia, merasa lurus, merasa 'alim, merasa beriman, merasa taqwa, merasa sholeh, dsb..., maka itu artinya hati kita masihlah kotor dan begitulah hukum sunatulloh nya.

Namun jika di dalam diri ini menyadari bahwa diri ini masihlah dzolim, kotor, hina, pendosa, munafik, ghofilun, buruk, bodoh, dsb..., itu berarti hati mu sudah lah bersih.

Karena tidak ada di antara golongan Nabi dan Rosul kecuali mereka semua masih tetap menyadari bahwa mereka termasuk golongan orang-orang yang dzolim di hadapan Alloh.
Menyadari keburukan diri sendiri dan senantiasa bertaubat, serta memohon perlindungan dari Alloh merupakan ciri-ciri bersihnya hati seorang penempuh jalan Alloh.
Jika telah menyadari diri ini kotor, maka lebih utama adalah membersihkannya.

Semua nya itu sejatinya ada di dalam diri mu.
Surga dan Neraka itu adalah sifat. Kelak hidup kita di Surga atau Neraka itu sudah tercermin saat kita hidup semasa di dunia.

Bukanlah pisau itu dapat memotong, namun sifat tajamnya pisau itulah yang memotong. Bahkan terkadang sifat tajamnya pisau masih lebih tajam lisan seseorang yang tidak terjaga ucapannya. Sampai dapat melukai hati seseorang yang mungkin tidak bisa termaafkan sampai ajal menjemputnya.

Bukannya sifat pusau itu dapat membahayakan, namun si pengguna pisau itu sendirilah yang menentukan sifat berbahaya atau tidaknya sebuah pisau.
Jika di gunakan oleh ibu-ibu, maka pisau itu akan berguna dan bermanfaat untuk keperluan memasak untuk keluarganya.
Namun jika pisau itu berada di tangan seorang penjahat, maka ia akan di gunakan untuk satu tindak kejahatan yang dapat mengancam keselamatan seseorang.

Maka semuanya itu tergantung kepada pembawaan diri kita sendiri, saya pun dapat menggunakan pisau itu untuk satu kejahatan atau mungkin juga untuk kemaslahatan, pilihan ada pada diri saya sendiri.
Bahkan Rosul s.a.w. berpesan dalam satu hadits nya: "Di dalam diri manusia terdapat segumpal daging, jika baik ia maka baiklah seluruh amalnya, jika buruk ia maka buruklah seluruh amaliyyahnya. Segumpal daging itu adalah hati."

Rasa itu adalah sepenuhnya milik rasa. Namun kesadaran itu adanya pada akal. Manusia di katakan makhluk yang sempurna karena di karuniai sebuah akal. Maka manusia di katakan adabnya seperti binatang ketika tidak mempergunakan akalnya di jalan Alloh yang sudah di ataur dalam hukum syara'.
Maka tugas kita adalah menjaga kesucian hati, kejernihan akal, dan menjaga akhlak kita kepada sesama agar terciptanya manusia yang berbudi luhur mengetahui salah dan benar.

Ilmunya dzohir di atur dalam kaidah ilmu fiqih.
Dan ilmunya hati di atur dalam kaidah ilmu tasawuf.
Itulah syari'at dan hakikat. Itulah kaki kanan dan kaki kiri. Maka itulah yang di sebut berjalan dengan kedua kaki. Agar terjaga keseimbangan dzohiron wa bathinan.

Hai orang syari'at?! Kamu jangan lupa! Di atas hukum fiqih masih ada hukum tasawuf!

Hai orang tasawuf?! Kamu lihat-lihat ke bawah, masih berlakunya hukum fiqih!

Baik ulama mutasyari'in (ahli syari'ah) dan juga seorang mursyid (ahlith-thoriqoh), maka ibadah mu'amalah kalian tidak akan sempurna di hadapan Alloh jika tanpa kedua-duanya!

Semua sifat ada di dalam diri, semakin ke atas spiritual seseorang maka bentuk ujian dan cobaan akan semakin halus. Ada ujian dan cobaan. Di uji dengan kesenangan dan di coba dengan kesusahan. Mampukah kita itu selalu bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa kepada Alloh?

Sementara ketaqwaan secara hakiki tidak mungkin di dapat tanpa ilmu yang berkenaan dengan penghadapan jiwa (bathin) ini kepada Tuhan nya.

Sementara hukum syari'at selama ini menuntut kita agar membatasi segala sesuatu yang berkenaan dengan konsep ke Tuhanan!

Sebetulnya, penjabaran yang terlalu gamblang seperti di atas itu tidak di perbolehkan dalam kaidah hukum syara'. Karena jelas konsep tanzih menolak tegas keserupaan antara makhluk dengan Alloh subhanahu wa ta'ala, namun bagaimana dengan ayat sifat yang harus di tasybih dengan penampakan (madzhar) alam ini sebagai perwujudan diri Nya Yang Maha Wujud?
Itu bukankah sama seperti ijma' dan qiyas atau ushul dan furu' yang sama-sama berkaitan satu sama lain. Bahwa setiap ushul (pokok) pasti ada furu' (cabang) nya, dan setiap furu' pun pasti ada ushulnya.

Dalam mempelajari agama itu harus paham yang mana dulu dan mana kemudian? Berawal dari mana dan berakhir ke mana? Dari mana? Mau kemana?

Kalau penjabaran di atas secara hukum syari'at maka jelas tidak di perbolehkan dan di haramkan menyerupakan Alloh Yang Maha Suci dengan makhluk. Tapi penjabaran di atas di tujukan supaya dapat di terimanya akal maka di gunakan perumpamaan-perumpamaan, bukan bermaksud mengambil keserupaan namun tujuannya untuk mengambil kepahaman maka di carilah dalil aqli.
Kembali lagi kepada kaidah ushul fiqih bahwa segala sesuatu di ukur dari niatnya. Niat nya apa menjabarkan ini?
Untuk mengenalkan ke Agung-an Nya supaya kita mampu mensucikan Alloh dengan kaidahnya secara hakiki dan tidaklah layak bahwa adanya sifat puji ini kepada selain Alloh.

Secara hukum hakekat bahwa seluruh sifat itu milik dan kepunyaan Alloh saja dan tidaklah layak makhluk ini memiliki sifat. Termasuk sifat Iblis yang sesat dan menyesatkan?
Tentu saja karena sudah jelas di dalam Al Qur'an di nyatakan bahwa Alloh memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan akan menyesatkan jalan seseorang sesesat sesatnya bahkan mengunci mati hati seseorang itu. Dan kekuasaan itu haq mutlak Alloh dan tidaklah layak bagi makhluk dapat mencampuri segala urusan Alloh. Jadi sebetulnya syari'at itu hanya di jadikan alasan agar seolah olah Alloh itu di sucikan oleh makhluk, padahal tidak perlu di sucikan Alloh itu sudah Maha Suci.

Sifat Iblis itu hakekatnya jugalah milik Alloh tapi hukum syara' mengatur bahwa itu harus di nafikan kepada Alloh dan harus di isbatkan kepada Iblis. Jadi seolah olah Iblis memiliki sifat?! Karena sifat itu tercela dalam kaca mata syari'at maka itu tidak layak di sandangkan kepada dan untuk Alloh. Padahal dalam pandangan hakekat tidak ada baik ataupun buruk. Baik atau buruk itu hanya ada pada pandangan makhluk itu sendiri. Adanya makhluk itu berasal dari si makhluk. Sementara existensi adanya Tuhan tidak bisa di sejajari oleh si makhluk! Ketunggalan mutlak milik Alloh subhanahu wa ta'ala.

Semoga pemahaman ini dapat di terima oleh jiwa-jiwa yang bersih, di ilmui dan di amalkan. Agar semakin melebar cahaya kemakrifatan kita semua kepada Alloh jalal jalaluhu wa ta'ala.

Semoga kita semua di bimbing dalam rohmat dan jalan Nya yang lurus. Aamiin...aamiin...yra...

~ d z a t ~

Penulis: Jadmiko
Sumber: Di adaptasi dan di kembangkan dari berbagai sumber literatur dan di filter oleh ke-ilmuan.

Bagi yang belum memiliki guru mursyid, silahkan ikuti bimbingan kami dengan sanad ke-ilmuan yang jelas dan dapat di pertanggung jawabakan di sisi Alloh.
CP: 081213333500 (WA)

#Parapsikologi
#KonsultanSpiritual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar