JKehadiran serta tausiyah Maulana Habib Lutfi bin Yahya selalu ditunggu dan dinanti. Hal itu pula yang terjadi ketika beliau hadir dan memberikan tausiyah didesa Capgawen Kedungwuni Kabupaten Pekalongan pada Senin 8 Juli 2013 jam 23.00wib. Kurang lebih sepuluh ribu jama'ah memadati halaman Pondok Pesantren Nahjul Hidayah yang diasuh oleh KH. Izzurrohman, acara tersebut memang sudah menjadi agenda rutin dari kegiatan Kanzussholawat Maulana Habib.
Maulana habib mengawali taushiyahnya dengan memberikan penjelasan bahwa pengajian haruslah menjadi suatu kebutuhan, bukan hanya ramai-ramai. Selanjutnya beliau menerangkan bahwa setelah syahadat ada tulang-tulang yang menopang dalam tubuh isalam itu sendiri.
Menurut rincian beliau, setelah syahadatain yaitu syahadatuttauhid dan syahadaturrasul. Umat islam wajib tahu sifat-sifat 50 atau dalam bahasa Jawa biasa kita sebut aqaaid seket yang terdiri dari 20 sifat wajib Allah, satu sifat jaiz Allah, empat sifat wajib Rosul, empat sifat mustahil Rosul, dan satu sifat jaiz rosul. Dan dari ke 50 sifat tersebut diaplikasikan dalam tindak tanduk kehidupan sehari-hari.
Rukun Islam setelah syahadat adalah sholat. Sedangkan perabotnya adalah seperti rukuk, sujud, takbirotul ikhrom, i'tidal dan lain sebagainya bukan hanya sekedar memenuhi syarat dan rukunya ataupun untuk sekedar terlepas dari kewajiban saja. Makna yang lebih dalam dari sholat itu sendiri adalah batiniahnya juga diajak sholat, tanganya, kakinya, mulutnya, dan seluruh panca indranya sholat. Ketika hati, fikiran, jiwa, serta anggota badan kita sudah bisa diajak sholat akhirnya semua anggota tubuh itu akan bisa diajak untuk mengenal sang Kholiq yaitu Allah Ta'ala. Kalau sudah seperti itu buahnya adalah hatinya kuat untuk mengangkat syari'at Allah Ta'ala dan Rosulnya, serta enggan untuk bermaksiat. Dan inilah yang disebut innasholaata tanhaa 'anilfakhsyaai walmunkar (sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar).
Selain sholat wudlu bukan hanya fisiknya saja yang berwudlu, tetapi wudlu harus menembus batiniyah juga. Batiniyah juga harus dibasuh. kalau seperti itu masyarakat akan aman, tidak akan ada lagi pertengkaran, tidak ada lagi yang membuka aib orang lain. Karena apa, bathiniyah matanya, mulutnya, telinganya, tanganya, hatinya, seluruhnya ikut wudlu. Orang yang sudah mencapai level itu bisa dilihat tandanya yaitu orang tersebut menjadi Tawadlu' atau rendah hati, wara' atau hati-hati terhadap barang yang syubhat, orang yang beradab Akhlakul Karimah karena yang ada dalam hatinya hanyalah rasa saya hanyalah hamba yang sangat lemah, sangat faqir, sangat bodoh dipelataranMu.
Selanjutnya beliau juga menambahkan semuanya dalam tubuh ini bisa dilatih, seperti halnya berlatih pencak silat, kalau sudah terlatih, maka ketika terjatuh refleksnya seperti ketika berlatih. Begitu juga ucapan, kalau mulut dibiasakan mengucap yang baik-baik seperti kalimah Thoyyibah maka ketika terpeleset yang akan keluar dari mulut itu kalimah Thoyyibah juga. Kalau dia terbiasa dengan ucapan kotor ketika terjatuh atau terpeleset yang akan keluar pasti kata-kata yang kotor juga, bahkan ketika menghadapi sakaratul maut yang keluar kata-kata kotor itu karena sakitnya sakaratulmaut.
Sebelum menutup tausiyahnya Maulana Habib membawakan penggalan lagu "padhang bulan" karya beliau, dan penafsiran dibait awal lagu padhang bulan. Padhang bulan, padhange koyo rino (maksudnya adalah selagi kita masih ada kesempatan, selagi masih muda, dan masih kuat), rembulane, sing awe-awe (rembulanya mengingatkan kalau kita semakin tambah umur), ngelingake ojo turu sore (mengingatkan kesempatan yang ada untuk beribadah dan mencari ilmu), kene tak critani kanggo sebo mengko sore (penggalan ini dari kanjeng Sunan Giri, sebo artinya sowan, maksudnya bekal untuk menghadap Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar