Selasa, 16 Mei 2017

Pengertian Tauhid

J-Tauhid berasal dari bahasa Arab yang merupakan mashdar (kata dasar) dari fi’il (kata kerja): (وَحَّدَ- يُوَحِّدُ) yang berarti menjadikan sesuatu menjadi satu atau tunggal; Esa. Tauhid (Arab :توحيد), adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Dalam pengamalannya ketauhidan dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyahuluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirikmerupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah

 

Berikut ini adalah dalil dari Qur'an mengenai keutamaan dan keagungan tauhid, di antaranya adalah:

...dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu. (An-Nahl 16:36)

Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (At-Taubah 9:31)

Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar 39:2-3)

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (Al-Bayyinah 98:5)

 

 Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada rasulullah saw. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi rasulullah saw dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya" (Majmu' Fatawa 15/25)

 

Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka setan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Setan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.

Jika setan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, setan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bidah dan khurafat.

Tauhid Rububiyyah

Tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa ilah satu-satunya hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala serta mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat yang telah menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, menguasai dan mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dalil syar’i tentang tauhid rububiyah sangatlah banyak, diantaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam :

Faathir [35]: 3, ayat ini berkaitan dengan tentang pertanyaan Allah yang Maha pemberi rizki, adakah pencipata selain Dia yang bisa memberimu rizki.

Az-Zumar [39]: 62, ayat ini mengabarkan bahwa Allah sajalah yang Maha Pencipta dan Maha Memelihara ciptaannya.

Ali Imran [3]: 189, ayat ini menjelaskan bahwa langit dan bumi adalah milik Allah yang Maha Perkasa

Yunus [10]: 31, ayat berupa pertanyaan Nabi Muhammad Saw kepada kaum kafir Quraisy pada masa jahiliyah, tentang siapa yang memberi rizki, yang menciptakan panca indra yang sempurna, menghidupkan dan mematikan. Namun apa jawaban orang-orang kafir? Mereka menjawab “Allah”. Lalu ketika mereka ditanya soal peribadatan mereka mengingkari peribadatan yang hanya kepada Allah.

Seseorang belumlah bisa dikatakan muslim jika dia hanya meyakini tauhid rububiyyah, karena orang kafir juga mengimani tauhid rububiyah ini,mereka yakin bahwa Allah lah yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, menguasai dan mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Sebagaimana firman Allah pada QS. az-Zumar [39]: 38.

Perhatikan juga QS. Yunus [10]: 31! Dalam ayat tersebut menggambarkan bahwa orang-orang kafir juga meyakini bahwa Allah lah yang telah menciptakan, memberi rizki, meghidupkan dan juga mematikan, namun demikian hal ini tidaklah menjadikan mereka termasuk orang-orang muslim, mengapa? karena mereka belum mengimani tauhid yang kedua (yaitu tauhid uluhiyyah) yang merupakan inti dari keislaman seseorang.

Tauhid Uluhiyyah

Yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara beribadah dan menghambakan diri hanya kepadaNya disertai dengan ketundukan, keikhlasan, kecintaan, penghormatan dan peribadatan hanya yang Maha Esa, Allah aza Wajalla serta tidak menyekutukanNya dengan siapapun. Segala macam ibadah mahdoh, seperti shalat, do’a, puasa, menyembelih, bernadzar, haji, umrah, sedekah dan lain sebagainya, harus ditujukan semata-mata hanya untuk Allah Aza wa jala. Tauhid inilah yang menjadi inti perjuangan para nabi dan rasul di muka bumi ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut”.” (QS. an-Nahl [16]: 36)

Dan juga firman dalam QS. al-Anbiyaa’ [21]: 25, ayat ini berkaitan dengan tugas para Nabi dan Rasul diutus di muka bumi ini, yaitu untuk menyeru kepada seluruh umat manusia untuk beribadah kepada Allah saja tanpa sekutu.

Sedangkan kebanyakan kita, manusia. Baik itu dari zaman nabi Adam Alahisalam sampai sekarang ini, tidaklah mengimani tauhid uluhiyyah Allah, dan hanya orang mukmin yang melaksanakan ibadah mahdoh sajalah yang layak dikatakan sebagai orang-orang mukmin,dan mereka inilah yang dikatakan sebagai umat, dan pengikut agama para nabi dan rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf [12]: 106)

Mungkin kita ingat ketika Nabi Muhammad Salallahualaihi wa sallam memperjuangkan islam (dakwah) di Mekah, orang-orang kafir meyakini bahwasanya Allah lah yang maha segala-galanya yang menjamin hidupnya di dunia ini dan juga mematikan serta mengatur segala yang ada di alam semesta ini.

Dalam perkara rububiyyah, mereka yakin dan percaya. Namun ketika mereka diperintahkan untuk menyembah, beribadah hanya kepada Allah saja. Mereka menolak, mereka merasa aneh dengan tuhan yang hanya satu, sebagaimana Dahulu Rasullullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah mengajak mereka (orang-orang kafir) untuk mengucapkan kalimat “laa ilaha illallah”, namun dengan sombong mereka menolaknya.

Perkataan mereka Allah abadikan dalam QS. Shaad [38]: 5-7, ayat ini berupa pertanyaan orang-orang kafir dan bentuk keheranaan mereka tentang Allah yang Esa, Nabi Muhammad Saw menganggap hanyalah dusta dan hal yang diada-adakan oleh mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan keadaan orang-orang kafir ketika mereka diseru untuk mengucapkan kalimat tauhid “laa ilaha illallah” dalam firmanNya:

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”.” (QS. ash-Shaafaat [37]: 35-36).

Tauhid Asma wa Sifat

Tauhid yang meyakini bahwa Allah saja yang Maha Esa dengan mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah, yang telah Allah tetapkan sendiri untuk-Nya dalam Al Quran dan yang telah Rasullullah shallallahu ‘alaihi wassalam tetapkan untukNya, tanpa melakukan tahrif (ta’wil), ta’thil, takyif ataupun tamtsil terhadap nama dan sifat-sifat Allah.

Ini menunjukkan bahwa sifat dan nama Allah tidaklah sama dengan makhluknya dari segi apapun. Sekali lagi bahwa Allah berbeda dengan makhluk dan kita tidak boleh sama sekali membanyangkan bentuk, rupa Allah sebagaimana kaum Jassmiah (orang-orang yang menggambarkan sifat-sifat Allah), sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pada QS. asy-Syura [42]: 11.

Demikian macam macam tauhid berdasarkan Quran dan sunnah, adapun sifat Allah yang berjumlah 20 adalah ijtihad ulama muta akhirin yang ditulis oleh mereka dalam buku-bukunya, saya tidak menampilkannya karena saya belum mendapati ayat maupun dalil yang membatasi sifat Allah hanya 20. Ahlu suna wal jamaah sepakat bahwa sifat dan nama Allah tidak terbatas pada yang 20, atau 99 saja, karena nama Allah dalam Alquran jumlahnya jauh lebih banyak daripada itu. Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar