Jumat, 23 Juni 2017

PERANG TERBESAR

★Jihad Terbesar Adalah Melawan Hawa Nafsu★

Setelah selesai peperangan 
Badar dengan kemenangan dipihak Islam, maka berjalanlah Rasulullah SAW dengan sahabat menuju ke perkampungan mereka. Dalam perjalanan itulah terjadi dialog antara baginda Rasul dan para sahabatnya.
Kita baru balik dari satu medan peperangan yang kecil menuju ke satu peperangan yang maha besar, kata Rasulullah. Maka keherananlah para sahabat lantas mereka bertanya, Peperangan apa ya Rasulullah? Jawab baginda Mujahadatunnafsi (melawan hawa nafsu)- Riwayat Baihaqi

Peperangan Badar yang begitu gawat dan dahsyat dengan menelan korban puluhan nyawa manusia dari 1000 orang yang terlibat dari pihak tentara kafir, dianggap kecil oleh Rasulullah. Padahal kita merasa takut sekali mendengarkan musuh-musuh yang memiliki senjata perang yang begitu lengkap. Keganasan musuh menyerang bertubi-tubi dengan pedang yang ditujukan ke tubuh kita, sangat mengerikan dan menakutkan. Akan tetapi itu masih dianggap kecil kalau dibandingkan dengan keganasan nafsu kita terhadap diri kita. Cuma nafsu bukan hendak membunuh jasad, tetapi hendak membunuh jiwa kita. Dengan kata lain hendak membunuh iman kita. Hendak menerjunkan kita ke neraka.

Kecekapan nafsu, persediaanya, kesungguhannya, kejahatannya dan tipuannya berpuluh-puluh kali lipat lengkapnya dibandingkan dengan peperangan senjata. Lamanya peperangan bukannya bermusim-musim tetapi setiap detik. Nafsu tidak tidur dan tidak lena untuk menjadikan manusia senantiasa lalai dan lupa. Jadi benarlah Rasulullah SAW mengatakan peperangan melawan nafsu itu jauh lebih besar daripada melawan musuh lahir. Mari kita lihat firman Allah mengenai hal tersebut :
"Sesungguhnya nafsu (ammarah) itu sangat mengajak pada kejahatan." (Yusuf : 53)

Sabda Rasulullah ; 
"Sejahat-jahat musuh engkau yang terletak antara dua lambung engkau." Riwayat Baihaqi

Allah berfirman :
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan rugilah orang yang mengotorkan jiwanya." (As Syams: 9-10)

Itulah musuh batin namanya, yakni makhluk Allah yang bersifat rohaniah yang tempatnya dalam hati manusia. Allah menjadikannya dengan tujuan untuk menguji keimanan kita. Selain dari nafsu, ada satu lagi musuh orang mukmin yang sifatnya seperti nafsu, yang kerjanya menunggang nafsu untuk dipacu ke arah yang disukai. Allah berfirman :

"Sesungguhnya syaitan itu bagi manusia adalah musuh yang sangat nyata." (Yusuf: 5)

Nafsu dan syaitan bekerja sama untuk merebut tempat di hati setiap manusia. Bila hati sudah ditawan, manusia bukan lagi mengikuti kata-kata Allah dan Rasul tapi ikut kehendak nafsu dan syaitan. Hari ini hampir semua manusia telah dapat ditipu dan dikuasai oleh nafsu dan syaitan. Termasuk para pejuang Islam yang katanya mereka lebih cinta pada Islam dan memperjuangkannya.

Untuk membuktikannya ada beberapa contoh ;

1. Kebanyakan orang yang nampak gairah dengan Islam, hingga negara pun hendak diIslamkan, bila kita lihat kehidupan mereka, nampaknya rumah pun belum Islam. Anak isteri bahkan dirinya sendiri belum sempurna Islamnya. Bahkan hukum-hukum Islam yang mudah, yang dapat dilaksanakan tanpa memerlukan kuasa memerintah pun tidak dapat ditegakkan dan musuh pun tidak menghalangi jika kita melaksanakannya.

Kalau kita tidak mampu untuk mengerjakannya, mengapa harus menyuruh orang lain? Mana mungkin musuh Islam menegakkan Islam! Sedangkan orang Islam sendiri tidak mampu menegakkan Islam. Ada juga hukamak yang berkata; "Tegakkanlah Islam itu pada dirimu niscaya dia akan tertegak pada negaramu."

2. Banyak orang yang tidak suka dengan sebagian pejuang Islam atau jemaah Islam di dunia ini dikarenakan sikap yang gopoh dalam tindakan perjuangan mereka. Mereka tidak tenang, tidak bijaksana dan tidak berlapang dada bila berhadapan dengan berbagai ragam manusia dan ujian. Lebih-lebih lagi jika pihak lawan melakukan kekejaman terhadap mereka.

Apakah mereka tidak tahu bahwa Islam menganjurkan kita mengatur perjuangan dengan penuh sistematis, berhikmah dan penuh strategi tanpa tergopoh-gopoh? Bukankah sudah diberitahu oleh Allah bahwa gopoh itu dari syaitan.

Sabda Rasulullah SAW : "Bertenang-tenang itu dari Allah dan tergopoh-gopoh itu dari syaitan." Riwayat Baihaqi

3. Bila pihak lawan melakukan kekejaman ke atas jemaah Islam, kita akan melihat banyak pejuang-pejuang Islam yang akan marah-marah, mengutuk, menghina dan menjawab kekejaman musuh dengan kata-kata yang tidak hikmah. Bukan karena Allah tetapi karena mempertahankan diri. Barangkali mereka pikir itulah caranya untuk berhadapan dengan musuh.

Padahal musuh tidak rugi sedikitpun, malah diri sendiri yang rusak sebab orang-orang Islam akan dianggap kasar dan pemarah.

Islam menganjurkan berhikmah, bukannya pemarah, kasar dan sombong. Rasulullah telah berkata perjuangan atas dasar marah itu bukan jihad fisabilillah. Lihat sejarah Sayidina Ali. Suatu hari ketika dia sudah dapat mengalahkan musuh, dilepaskannya kembali karena katanya dia tidak mau membunuh musuh waktu itu karena takut dibuat atas dasar marah, bukan karena Allah.

4. Sebagian pejuang-pejuang akhir zaman lebih suka berkorban untuk rumah besar, barang mewah dan lain-lain daripada berkorban di jalan Allah. Mulut mereka saja yang menyebut berjuang dan berkorban serta menentang musuh tapi kehidupan mereka sama saja dengan musuh. Dari segi berkorban mungkin musuh lebih serius terhadap perjuangan mereka daripada pejuang Islam yang banyak bicara tapi tidak berbuat. Wang yang Allah rezekikan, dikorbankan pada hal-hal yang tidak perlu. Kalau berkorban di jalan Allah sekalipun bukan tiap waktu tapi dilakukan bermusim.

5. Pejuang Islam hari ini kebanyakan tidak mau terima pendapat orang lain, sekalipun pendapat atau teguran itu dibuat dengan baik, dengan hujjah ilmiah dan nas yang sah. Mereka anggap orang lain tidak betul, mereka saja yang betul. Sebab itulah mudah tersinggung bila ditegur. Sikap seperti itu adalah sifat sombong, baik disedari atau tidak. Orang sombong pengikut iblis.
Mereka sanggup menolak kebenaran kerana sombongnya itu. Umpama iblis, ia tidak mau tunduk pada Nabi Adam sekalipun itu perintah Allah. Dia sanggup masuk neraka daripada merendah diri.

6. Pejuang-pejuang hari ini suka mengecam perbuatan jemaah lain karena dianggap hanya memikirkan yang remeh temeh, tidak fikir negara. Sangka mereka kalau tidak dapat negara, aktivitas Islam dapat ditutup kapan saja. Hingga kini, jemaah lain sudah berkembang melalui aktivitas yang dikatakannya remeh temeh, tapi mereka belum membuat persiapan apa-apa.

Demikianlah contohnya bagaimana pejuang-pejuang Islam yang telah berhasil ditipu oleh syaitan dan nafsu. Mungkin mereka tidak sadar sebab memang orang yang kena tipu tidak tahu bahwa dirinya sedang tertipu, kecuali sesudah dia dapati barangnya hilang. Atau setelah dia mengetahui semua rencana dan tindakannya memberikan hasil yang mengecewakan.

Para pejuang Islam mesti menekankan bahwa perjuangan Islam mesti didasarkan atas iman dan taqwa sebagai kekuatan utama dan terpenting. Lebih baik 100 orang pejuang yang bertaqwa daripada 1000 orang tetapi tidak bertakwa. Ini adalah karena orang bertaqwa dibantu oleh Allah, sementara yang tidak bertaqwa akan terbiar pada nafsu dan syaitan. Oleh karena itu latihan untuk menghadapi nafsu dan syaitan mesti dibuat dengan sungguh-sungguh dengan melalui kuliah-kuliah tasawuf, mendidik hati, mendidik iman, melatih ibadah, akhlak, zikrullah dan sebagainya. Program separti ini memang memakan waktu dan sangat memerlukan kesungguhan. Namun penghayatannya dapat menumbangkan dua musuh besar manusia, sekaligus mengangkat manusia ketaraf taqwa yakni dekat dengan Allah SWT yang merupakan syarat turunnya bantuan Allah. Sebab jika tidak ada taqwa maka nafsu dan syaitanlah yang akan jadi penasehat dalam perjuagan kita.

Terbuai-buailah kita dalam ayunan tipuan yang tidak terasa. Kita merasa kitalah pejuang yang ideal, padahal Allah tidak menerima perjuangan kita, jika sudah begitu maka sia-sialah hidup dan perjuangan kita. Rugi dunia dan akhirat. ¨

*******

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkan sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberikan petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesaat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Al Jaatsiyah: 23)

Pada tahun kedua Hijriyah terjdilah Perang Badar. Sekembalinya dari perang Badar. Rasulullah SAW. Mengatakan kepada para sahabat “Kita kembali dari peperangan kecil dan akan menghadapi peperangan besar (Jihad Akbar)”. Diantara sahabat ada yang bertanya, “apakah ada lagi perang yang lebih besar  dan dahsyat dari perang Badar?” Beliau menjawab. “Perang melawan hawa nafsu di dalam diri masing-masing”.

Perjuangan membebaskan diri dari penguasaan hawa nafsu (jihadunnafsi) merupakan masalah yang sangat asasi yang terus dan senantiasa dilakukan oleh masing-masing diri. Bahkan Imam Ibnu Qayyim al Jauziyyah mengatakan bahwa perjuangan dalam mengendalikan diri agar terbebas dari jajahan hawa nafsu merupakan induk dari segala perjuangan. Perjuangan membebaskan diri dari penguasaan hawa nafsu barulah diutamakan untuk dilakukan, kemudian setelah itu barulah dimulai perjuangan-perjuangan lain; perjuangan melawan godaan syetan dan iblis, perjuangan mempertahankan marwah agama dari tangan-tangan jahil kaum kafirin dan munafikin serta berbagai bentuk perjuangan lainnya.

Dalam Al Qur’an disebutkan berbagai macam bentuk nafsu yang dapat disebutkan sebagai berikut:

An Nafsu Al Ammaarah Bis Suu’; yang sering mendorong manusia untuk melakukan dosa dan kejahatan. Firman Allah SWT: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan). Karena sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun Lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf: 53)

An Nafsullawwamah; yaitu nafsu yang sering menyesali diri. Firman Allah SWT: “… dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)” (QS. Al-Qiaamah: 2)

An Nafsus-awwamah; yaitu hawa nafsu yang sering menggambarkan dan menghiaskan sesuatu maksiat atau kejahatan menjadi indah dalam pandangan atau khayalnya. Firmah Allah SWT: “Ya’qub berkata: “hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. Yusuf: 83)

An Nafsul-mulhamah; yaitu nafsu yang sering mendorong kefajiran (kedurhakaan) dan ketaqwaan. Firman Allah SWT: “Maka Allah menghilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (QS. Asy Syam: 8)

Disamping itu di dalam Al Qur’an dikemukakan juga tiga jenis nafsu yang lain: An Nafsul-Muthmainnah, An Nafsu-Radliah dan An Nafsul-Mardliyah

Sesungguhnya hawa nafsulah sebagai penyebab penyakit yang ada dalam diri manusia, seperti takabbur, ‘ujub, sum’ah, cinta dunia yang berlebihan, cinta kedudukan, cinta harta, serta perbuatan keji dan mungkar, segala bentuk kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia; berjudi, berzina, meminum-minuman yang memabukkan dan sebagainya.

Hawa nafsu pada dasarnya memperturutkan keinginan yang berlebihan serta kecenderungan jiwa kepada hal yang salah serta dilarang oleh ajaran Islam.

Allah SWT berfirman:

Andaikata kebenaran itu mengikuti hawa navsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini. (QS. Al Mu’minun: 7)

Sejarah manusia telah membuktikan, betapa banyak dari mereka yang terjatuh ke dalam jurang kenistaan lantaran diperbudak oleh hawa nafsunya; oleh syahwat, cinta butanya kepada harta benda, ambisinya kepada kedudukan dan kekuasaan, oleh ketenaran sesaat. Hal itu bukanlah disebabkan karena mereka kurang cerdas atau kurang pandai atau bodoh, tapi karena ketidakmampuan mereka mengendalikan hawa nafsu.

Ketidakmampuan menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya inilah sebagai penyebab terjadinya dekadensi moral dan etika atau hancurnya akhlaq. Jika hawa nafsu telah menguasai diri seseorang, maka dirinya tidak dapat lagi membedakan antara yang hak dan yang batil, karena akal sehat dan hati nuraninya tak mampu lagi menuntunnya kepada kebenaran.

Para ulama selalu berpesan “Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsu yang ada di dalam dirimu”. Bahkan nafsu adalah musuh yang paling berbahaya bagi seluruh kehidupan manusia. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an surah Al Jaasiyah: 23, bahwa Allah SWT akan mengunci mati hati dan pendengan serta “membutakan” penglihatan orang yang memperturutkan ajakan hawa nafsunya. Sehingga tertutuplah baginya jalan menuju kebenaran, dan terbukalah jalan kesesatan. Sedangkan orang yang mampu dan senantiasa berusaha menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya yang selalu bergejolak, maka dirinya akan terpelihara dari hal-hal yang dimurkai Allah SWT dan ini akan mengantarkannya kepada ridha Allah SWT. sehingga pantaslah surga sebagai balasan atasnya.

Memperturut hawa nafsu (al hawa al muttaba’) adalah salah satu pangkal kehancuran manusia, hal ini dinyatakan sendiri oleh Rasulullah SAW. Ketika menyebutkan tiga hal yang dapat merusak dan menghan-curkan manusia, sebagaimana hadis beliau:

Tiga perkara yang akan merusak, (1) Hawa nafsu yang diperturutkan, (2) Kikir yang ditaati dan (3) Kekaguman seseorang pada dirinya sendiri”. (HR. Thabrani yang bersumber dari Anas r.a)

Penawar hawa nafsu yang paling ampuh adalah dengan terus melakukan tazkiyatun nafs dan tashfiyatul qalbdawaamudz dzikri ilallah wal ‘ibadah lillah.

Allahu a’lam bishawab

****

Dikisahkan, sekembalinya dari sebuah pertempuran, Nabi Saw berkata, “Kita baru saja pulang dari jihad (perang) kecil menuju jihad terbesar ” Sambil terperangah, para sahabat bertanya, “Apakah gerangan perang terbesar itu wahai Rasulullah?” Nabi saw menjawab, perang menaklukkan diri sendiri.” (HR Baihaqi dari Jabir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar