Sabtu, 11 Maret 2017

AL-LADUNI PANDANGAN HIDUP

Mukadimah Sang Sufi Muda:

"Bagaimana cara kita memandang hidup, begitulah sekiranya kita akan hidup."

Hari ini, (Sabtu, 11 Maret 2017) pukul, 15:00 saya sedang melaksanakan kebersihan (mandi sore), sebenarnya itu pun saya kurang menikmati kesejukan air yang mengalir membasahi badan. Tidak seperti hari-hari biasa, saya selalu menikmati proses mandi itu sendiri sehingga badan saya terasa begitu nyaman dan segar bilamana mandi telah usai. Namun kali ini saya agak terburu-buru sehingga kurang menikmati hal tersebut. Nah, di dalam proses mandi tersebut tiba-tiba saya mendapat jawaban tentang pertanyaan cara pandang hidup. Tiba-tiba saja saya pun mendapati perumpamaan-perumpamaan tentang cara pandang. Saya juga mendapat ilustrasi tentang masa kecil saya dulu yang gemar pergi ke kebun bersama teman-teman. Dan yang jelas ilustrasi tersebut sangat begitu jelas tampak terekam ketika saya berada di suatu tempat di mana saya sering di sana bersama teman-teman dahulu sewaktu kecil.

Waktu itu saya melihat burung yang sangat indah tengah hinggap di suatu dahan yang kering. Memang mata harus awas dan jeli karena pandangan tersebut agak jauh. Teman yang berada di kanan saya pun setelah saya tunjukkan, ternyata dia juga dapat melihatnya. Namun teman yang berada di sebelah kiri saya, ketika itu saya tunjukkan menggunakan isyarat jari telunjuk pun dia tidak mampu melihatnya. Padahal dia yang penasaran ingin sekali melihatnya. Karena saya katakan burungnya bagus, baru pertama kali saya lihat. Teman saya yang di sebelah kiri terus saja mencari-cari "mana-mana, sebelah mana, sebelah mana?" Matanya sambil terus berusaha mencari-cari namun tidak juga menemukannya.
Hah! Tiba-tiba saja saya teringat akan hal itu dan mengkaitkannya tentang pertanyaan di dalam hati saya tentang pandangan hidup seseorang. Cara pandang, cara menjalani, dan tekad setelah dapat melihat suatu pandangan.

Ibaratnya begini, saya dan teman saya yang melihat seekor burung tersebut. Saya ingin sekali memilikinya, karena setelah melihat keindahan burung tersebut dan karena kita melihat suatu pandangan yang sama. Akhirnya kita (saya dan teman saya) memutuskan untuk mengejarnya dan berusaha menggapainya untuk memilikinya. Karena teman saya yang satu sudah melihat tentu dia juga punya cara tersendiri atau jelas berbeda dengan saya untuk mendapatkannya. Bagaimana dengan teman saya yang belum pernah melihatnya?
Jika saya dan teman saya yang sudah melihatnya tentu dapat mengejar burung tersebut (suatu impian) dengan cara terus memperhatikan kemana larinya burung tersebut. Karena saya dan teman saya yang sudah melihatnya dan memutuskan untuk mengejar suatu impian bersama-sama.

Dari gambaran-gambaran tersebut ternyata saya dapati banyak sekali hal.
Bahwa kita ini dalam hidup pasti sudah memiliki rancangan (cara pandang) katakanlah strategi kedepan. Ada pula beberapa orang-orang yang ternyata meliki cara pandang yang sama dengan kita, namun terkadang kita tidak mengetahui yang manakah orangnya. Dan apabila kita sudah mengetahui dan menemukan orang tersebut, maka rangkul orang tersebut dan ajak untuk berjalan seiring bersama-sama menggapainya. Dan kita tidak bisa memaksakan kehendak bahwa seseorang itu harus memiliki cara pandang sesuai dengan kita. Kita tidak bisa memaksakan kehendak bahwa seseorang itu harus dapat melihat apa yang sudah kita lihat. Bahwa orang lain harus berlaku sama seperti laku kita. Sedangkan seseorang yang memiliki suatu visi misi yang sama pun ternyata tidak dapat melihat apa yang sudah kita lihat. Sekalipun di paksakan dia juga tidak dapat melihat apa yang kita lihat. Akhirnya seseorang akan memiliki perspektif sendiri tentang cara pandang hidup. Orang yang satu tujuan pun belum tentu satu rasa dengan kita. Namun yang sudah satu rasa, setidaknya masih bisa di berikan gambaran-gambaran suatu cara pandang. Untuk kemudian kita jalani bersama-sama.

Terimakasih ya Alloh...

#HikmahAlLaduni
#SufiMuda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar