Amirul Mukminin Sayyidina Imam Ali juga bergelar Alaihis Sallam.
Perlu kita ketahui bersama ikhwal di mana saja yang semoga di rahmati Alloh dan senantiasa dalam naungan dan perlingungan Nya, bahwa gelar Alaihis Sallam adalah gelar untuk semua Nabi-Nabi Alloh selain Nabi Muhammad SAW. Dan juga gelar kehormatan Alaihis Sallam, itu adalah gelar untuk seluruh para Malaikat Alloh. Benarkah Sayyidina Ali juga menyandangnya? Bukankah semua sahabat Nabi SAW hanya menyandang gelar kehormatan Rodhiyallohu Anhum? Kenapa dengan Ali? Siapakah Ali?
SEJARAH SINGKAT IMAM ALI KAROMALLOHU WAJHAH
Sejak kecil Sayyidina Ali Karomallohu Wajhah adalah hasil binaan langsung dari Baginda Rosul Shollollohu Alaihi Wasallam, maka sifat-sifat beliau terbentuk dari akhlak Rosululloh, dan sifatnya adalah sifat Rosululloh, beliau menempuh dan mengikuti jejak langkah-langkah Rosululloh SAW.
Alloh Subhanahu Wa Ta'ala begitu Agung dalam pandangan Sayyidina Ali, sehingga ibadah yang dilakukan merupakan ungkapan kerinduan dan rasa cinta kepada Nya. Seperti ungkapan beliau: "Ilahi, aku tidak menyembah Mu lantaran takut siksa Mu, dan tidak pula berharap akan pahala dari Mu. Tetapi aku menyembah Mu semata-mata lantaran aku mendapatkan Mu sebagai Dzat yang semestinya disembah."
Al-Murtadho (Yang Terpilih)
Imam Ali Karomallohu Wajhah yang dikenal sebagai Imam besar dalam ilmu hikmah (pemahaman yang dalam) dan futuwwah yang mendapatkan pengajaran dan bimbingan langsung dari Imam segala mursyid yaitu: Baginda Rosulillah SAW.
Dalam sebuah hadits Jabir bin Abdillah berkata: Aku pernah mendengar Rosululloh SAW bersabda kepada Ali Rhodiyallohu Anhum: "Hai Ali, sesungguhnya umat manusia berasal dari berbagai pohon yang berbeda-beda. Sementara engkau dan aku berasal dari satu pohon yang sama."
Kemudian beliau membacakan ayat: "Dan di atas bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan (tapi berbeda-beda), dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama." (QS: Ar-RA'D [13]: 4)
Rosul SAW bersabda: "Aku dan Ali berasal dari satu pohon, sedangkan umat manusia berasal dari pohon yang berbeda-beda."
Imam Ali Dalam Kaca Mata Hadits:
Buku-buku literatur Hadits, baik Shohihâh maupun Sunan, dipenuhi oleh Hadits-Hadits Nabi SAW yang bagaikan bintang-gumintang gemilang yang menegaskan prioritas pelopor keadilan Islam dan Imam Ali AS, Rosululloh SAW sendiri yang mengangkatnya tinggi-tinggi ditengah-tengah masyarakat Islam dan untuk umat akhir zaman sepeninggalnya. Tanpa saya jelaskan butiran-butiran hikmah yang terkandung, dengan membaca isi penjelasan-penjelasan Hadits-Hadits di bawah ini secara utuh dan lengkap, insyaAlloh ikhwal semua akan paham dan mengetahui duduk permasalahan yang terjadi pada umat akhir zaman. Karena Hadits-Hadits nya saling berkaitan erat dan sudah sangat begitu jelas untuk dapat dipahami!
Setiap orang yang mau merenungkan Hadits-Hadits yang 'masyhur' dan telah tersebar di kalangan para perawi Hadits itu pasti memahami tujuan utama Nabi SAW di balik seluruh Hadits-Hadits nya tersebut. Ada rahasia (sirrulloh) di balik seluruh Hadits Nabi SAW apabila kita mau memahami, mandalami, dan mempelajari secara khusus seluruh Hadits dengan penuh kecintaan kepada Nabi junjungan kita Muhammad SAW. Seluruh Hadits Nabi SAW akan meruncing pada satu titik seolah-olah mengarahkan kiblat kita yaitu beliau (Nabi SAW) ingin mengangkat Ali AS sebagai 'kholifah' sepeninggalnya sehingga ia menjadi penerus tongkat estafet 'kenabian' dan tempat rujukan umat yang bertugas menegakkan tonggak kehidupan mereka, memperbaiki kondisi mereka, dan menuntun mereka menapaki jalan kehidupan Rosulillah Shollollohu 'Alaihi Wasallam sehingga umat Islam menjadi pelopor bagi bangsa-bangsa di seluruh belahan dunia (bumi Alloh). Kemudian ada pertanyaan: "Kenapa 'kholifah' pertama sepeninggal Nabi SAW adalah Abu Bakar RA? Mengapa tidak langsung Ali RA?" Pertanyaan ini justru membuktikan sekaligus jawaban dari pertanyaan itu sendiri bahwa ilmu Ali adalah ilmu Rosululloh SAW dan karena beliau menjunjung tinggi ilmu adab yang di ajarkan Rosululloh SAW. Bagaimana mungkin seseorang yang dicintai Baginda Nabi SAW sedari kecil dan menjadi pengikut ajaran Islam pertama kali di dunia setelah Nabi SAW menjadi 'kholifah' yang ke-empat setelah Abu Bakar, Umar, Utsman? Para sahabat pun mengetahui keutamaan Ali bin Abi Tholib di sisi Alloh dan Rosul Nya.
Bila kita mencermati Hadits-Hadits Nabi SAW tentang keutamaan Imam Ali AS itu, niscaya kita akan temukan sekelompok Hadits yang di khususkan untuk dia (Ali) secara khusus dan sekelompok Hadits yang lain di khususkan untuk Ahlul Bait Nabi SAW yang secara otomatis kelompok Hadits kedua ini juga meliputi Imam Ali AS. Hal itu lantaran ia adalah junjungan Al-'Itrah.
Berikut ini saya nukilkan beberapa Hadits tersebut.
1. Kelompok Hadits Pertama:
Hadits-Hadits kelompok ini mengambil berbagai macam bentuk pemuliaan dan pengagungan Baginda Nabi SAW terhadap Imam Ali AS dan penegasan atas prioritasnya. Hadits-Hadits tersebut adalah berikut ini:
A. PERINGKAT IMAM ALI AS DI SISI NABI SAW:
Amirul Mukminin Ali AS adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengan Rosululloh SAW. Dan Ali AS adalah ayah untuk kedua cucunya dan merupakan 'pintu gerbang' kota ilmunya Nabi SAW. Artinya: Untuk memasuki kota ilmu milik Rosululloh haruslah melalui 'pintu gerbang'nya yaitu Ali AS. Beliau (Nabi SAW) sangat menghormati dan mencintai Ali AS. Beberapa Hadits Nabi SAW menegaskan betapa kecintaannya SAW kepada Ali AS begitu amat sangat besar. Mari kita simak bersama beberapa riwayat Hadits sebagai mana berikut ini.
Imam Ali AS sebagai diri Nabi SAW:
Ayat mubahalah menegaskan kepada kita bahwa Imam Ali AS adalah diri dan jiwa Nabi SAW. Rosululloh SAW sendiri telah menjelaskan dalam berbagai Hadits bahwa Ali AS adalah diri dan jiwanya.
Pada suatu hari, Walid bin 'Uqbah memberikan informasi kepada Nabi SAW bahwa Bani Walî'ah telah murtad dari Islam. Mendengar akan hal itu, Nabi SAW sangat murka dan bersabda: "Apakah Bani Walî'ah menghentikan perbuatan mereka itu atau aku akan utus kepada mereka seorang laki-laki yang merupakan diri dan jiwaku. Ia akan memerangi mereka dan menyandera kaum wanita mereka. Laki-laki itu adalah orang ini." Setelah bersabda demikian, Nabi SAW menepuk pundak Imam Ali AS. {1}
Dalam sebuah Hadits, 'Amr bin' Ash berkata: "Ketika aku kembali dari perang Dzâtus Salasil, aku mengira bahwa tidak seorang pun yang lebih dicintai oleh Rosululloh SAW dari aku. Aku bertanya kepadanya, 'Ya RosulAlloh, siapakah yang paling Anda cintai?' Rosululloh SAW menyebutkan nama beberapa orang. Aku bertanya lagi, 'Ya RosulAlloh, di manakah Ali?' Nabi SAW menoleh kepada para sahabat seraya bersabda, 'Sesungguhnya ia bertanya kepadaku tentang jiwaku'." {2}
Imam Ali AS sebagai saudara Nabi SAW yang hakiki:
Nabi SAW pernah mengumumkan di hadapan para sahabat bahwa Ali AS adalah saudaranya. Masalah ini telah direkam oleh banyak Hadits. Antara lain adalah:
At-Turmudzi meriwayatkan dengan sanad dari Ibn Umar. Ibn Umar berkata: "Rosululloh SAW telah mempersaudarakan para sahabatnya. Kemudian datanglah Ali AS dengan air mata yang berlinang seraya berkata: 'Ya RosulAlloh, engkau telah mempersaudarakan para sahabatmu. Tapi mengapa Anda tidak mempersaudarakanku dengan siapa pun?' Rosululloh SAW kemudian bersabda: 'Engkau adalah saudaraku di dunia dan di akhirat.' " {3}
Nabi SAW mempersaudarakan Ali AS dengan dirinya (Nabi SAW) bukan hanya di dunia ini saja. Tetapi persaudaraan antaranya Imam Ali AS ini berlanjut sampai hari akhirat yang tak berbatas.
Anas bin Malik berkata: "Rosululloh SAW naik ke atas mimbar. Setelah usai berpidato, ia bertanya: 'Di manakah Ali bin Abi Tholib?' Ali AS segera bangkit dan berkata: 'Aku di sini, ya RosulAlloh.' Tak lama kemudian Nabi SAW memeluk Ali AS dan mencium keningnya seraya bersabda dengan suara yang lantang: 'Wahai kaum muslimin, Ali adalah saudaraku dan putra pamanku. Dia adalah darah dagingku dan rambutku. Dia adalah ayah kedua cucuku Hasan dan Husain, penghulu para pemuda penghuni Surga'." {4}
Dalam sebuah riwayat, Ibn Umar berkata: "Aku pernah mendengar Rosululloh SAW bersabda pada saat melaksanakan haji wada 'sementara menunggangi unta sembari menepuk pundak Ali AS: 'Ya Alloh, saksikanlah. Ya Alloh, aku telah menyampaikan seruan-Mu bahwa orang ini adalah saudaraku, putra pamanku, menantuku, dan ayah kedua cucu-ku. Ya Alloh, sungkurkanlah orang yang memusuhinya ke dalam api Neraka'." {5}
Nabi SAW dan Imam Ali AS berasal dari satu pohon:
Nabi SAW pernah menegaskan bahwa ia SAW dan Ali AS berasal dari satu pohon yang sama. Hal ini telah disebutkan dalam beberapa Hadits. Berikut ini adalah contoh dari Hadits-Hadits tersebut:
Dalam sebuah Hadits riwayat, Jabir bin Abdillah berkata: "Aku pernah mendengar Rosululloh SAW bersabda kepada Ali AS: 'Hai Ali, sesungguh-nya umat manusia berasal dari berbagai pohon yang berbeda. Sementara engkau dan aku berasal dari satu pohon yang sama.' Kemudian beliau membacakan ayat:
"Dan di atas bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan (tapi berbeda-beda), dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama ..." (QS. Ar-RA'D [13]: 4)
Rosululloh SAW bersabda: "Aku dan Ali berasal dari satu pohon, sedangkan umat manusia berasal dari pohon yang berbeda-beda." {6}
Sungguh betapa agung dan mulia pohon tersebut yang telah melahirkan junjungan alam semesta, Rosululloh SAW. Dan pintu gerbang kota ilmunya (Nabi SAW), Amirul Mukminin Ali AS. Pohon ini adalah pohon yang penuh berkah, pohon yang akarnya menghujam ke dalam bumi dan ranting-rantingnya menjulang tinggi ke langit, dan membuahkan hasil bagi umat manusia pada setiap generasi.
Imam Ali AS sebagai wazir Nabi SAW:
Dalam beberapa Hadits, Nabi SAW sangat menekankan bahwa Ali AS adalah wazirnya. Di antara Hadits-Hadits tersebut adalah berikut ini:
Dalam sebuah riwayat Hadits, Asma 'binti' Umais berkata: "Aku pernah mendengar Rosululloh SAW bersabda: 'Ya Alloh, sesungguhnya aku berkata sebagaimana saudaraku, Musa AS berkata: 'Ya Alloh, jadikanlah untukku seorang wazir dari keluargaku, yaitu saudaraku Ali. Kokohkanlah aku dengannya, sertakanlah dia dalam urusanku agar kami banyak bertasbih kepada-Mu dan senantiasa mengingat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui kondisi kami'." {7}
Imam Ali AS sebagai 'kholifah' Nabi SAW:
Nabi SAW memproklamasikan bahwa Ali AS adalah khilafah sepeninggalnya dari sejaknya memulai dakwah. Hal itu terjadi saat ia mengundang kaum Quraisy agar memeluk Islam. Di akhir pertemuan tersebut, Baginda SAW berkata kepada mereka: "Dengan demikian, orang ini yaitu Ali AS adalah saudaraku, washi-ku, dan kholifah ku setelahku untuk kalian. Dengarkan dan ta'atilah dia!" {8}
Rosululloh SAW telah menggandengkan ke-kholifahan Ali AS sepeninggalnya dengan awal dakwah Islam. Beliau SAW juga telah menyingkirkan kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala. Banyak sekali riwayat yang telah menegaskan ke-kholifahan Ali bin Abi Tholib ini. Berikut ini sebagian darinya:
Rosululloh bersabda: "Hai Ali, engkau adalah kholifahku untuk umatku." {9}
Beliau SAW juga bersabda: "Di antara mereka, Ali bin Abi Tholib paling dahulu memeluk Islam, paling banyak ilmu pengetahuannya, dan dia adalah imam dan kholifah setelahku."
Imam Ali AS di sisi Nabi SAW seperti Harun AS di sisi Musa AS:
Banyak sekali Hadits dan riwayat telah meriwayatkan dari Nabi SAW yang memiliki konten yang sama. Yaitu Nabi SAW bersabda kepada Ali AS: "Engkau di sisiku seperti kedudukan Harun AS di sisi Musa AS."
Berikut ini nukilan sebagian Hadits tersebut:
Nabi SAW bersabda kepada Ali AS: "Tidakkah engkau rela bahwa engkau di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada Nabi lagi setelahku?" {10}
Dalam riwayat lain: "Seandainya ada Nabi lain setelahku (kata Nabi SAW), itulah Ali, sayangnya tidak ada Nabi lain setelahku."
Sa'id bin Musayyib meriwayatkan Hadits dari 'Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya Sa'ad. Sa'ad berkata: "Rosululloh SAW pernah bersabda kepada Ali AS: "Engkau di sisiku seperti kedudukan Harun AS di sisi Musa AS. Hanya saja tidak ada Nabi lagi setelahku.'"
Sa'id berkata: "Aku ingin menyampaikan informasi tersebut kepada Sa'ad. Aku menjumpainya dan kuceritakan apa yang diceritakan oleh 'Amir." Sa'ad berkata: "Aku pun telah mendengarnya." Aku bertanya: "Sungguh engkau telah mendengarnya?" Ia meletakkan jarinya di kedua telinganya seraya berkata: "Ya, aku telah mendengarnya. Jika tidak, berarti aku tuli." {11}
Imam Ali AS sebagai Gerbang Kota Ilmu Nabi SAW:
Satu hal lagi tentang ketinggian dan keagungan kedudukan Ali AS yang ditegaskan oleh Nabi SAW adalah bahwa ia telah menjadikannya sebagai pintu gerbang kota ilmunya. Hadits-hadits tentang hal ini telah diriwayatkan melalui beberapa jalur sehingga mencapai tingkat qath'i (meyakinkan). Hadits-Hadits ini telah diriwayatkan dari Rosululloh SAW pada beberapa kesempatan. Di antaranya adalah berikut ini:
Jabir bin Abdillah berkata: "Pada peristiwa Hudaibiyah, aku mendengar Rosululloh SAW bersabda sambil memegang tangan Ali AS: "Orang ini adalah pemimpin orang-orang soleh, pembasmi orang-orang zolim, akan ditolong siapa yang membelanya, dan akan terhina siapa yang menghinanya." Lalu beliau SAW mengeraskan suaranya: "Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin memasuki rumah, hendaklah ia masuk melalui pintunya." {12}
Ibn Abbas berkata: "Rosululloh SAW bersabda: "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin memasuki kota, maka hendaklah ia mendatangi pintunya." {13}
Rosululloh SAW bersabda: "Ali adalah pintu ilmuku dan penjelas risalahku kepada umatku sepeninggalku nanti. Mencintainya adalah iman, memurkainya adalah kemunafikan, dan memandangnya adalah kasih sayang." {14}
Amirul Mukminin Ali AS Nabi SAW menyebutkan adalah pintu kota ilmu Nabi SAW. Setiap ajaran agama, hukum syari'at, akhlak yang mulia, dan tata krama (budi pekerti) luhur yang datang darinya, semua itu bersumber dari Nabi SAW. Konsekuensinya sebagai umat Nabi SAW kita harus itiba' kepada apa yang sudah di ajarkan oleh Beliau Baginda Besar Muhammad SAW, kita harus mematuhi dan mengikuti arahannya.
Sesungguhnya Nabi SAW telah meninggalkan sumber ilmu pengetahuan untuk memenuhi kehidupan ini dengan hikmah dan kesejahteraan. Sumber ilmunya beliau SAW titipkan kepada Ali AS agar umat setelahnya (khususnya umat akhir zaman) ini dapat menimba darinya. Tetapi sangat disayangkan sekali, kekuatan ke-dzoliman dan ke-dengkian kepada Imam Ali AS (dari musuh-musuh Alloh) telah menutup 'jendela cahaya' tersebut, mencegah umat Nabi Muhammad untuk mengambil manfaat darinya, dan membiarkan mereka terperosok ke dalam kebodohan hidup ini dengan akal-akal yang membatasi pandangan umat hanya sebatas dunia. Hal yang demikian tentu sudah di ketahui oleh Alloh dan Rosul Nya. Di hadapkan umat ini kepada dua pilihan. Dan di balik keduanya banyak sekali cabang-cabang pilihan yang menyesatkan. Hanya satu pilihan itu yang tanpa cabang dan akan membawa kita (umat akhir zaman) kepada jalan terang. Shodaqolloh wa shodaqo Rosul.
Imam Ali AS serupa dengan para Nabi:
Suatu ketika Nabi SAW berada di tengah-tengah para sahabat. Ia berkata kepada mereka: "Jika kalian ingin melihat ilmu pengetahuan Adam AS, kesedihan Nuh AS, ketinggian akhlak Ibrahim AS, Munajat Musa AS, usia Isa AS, dan petunjuk serta kelembutan Muhammad SAW, maka hendaklah kalian melihat orang yang akan datang sebentar lagi." Setelah agak lama mereka (para sahabat) menanti-nanti siapa yang akan datang, tiba-tiba Amirul Mukmini Ali AS muncul.
Seorang penya'ir terkenal, Abu Abdillah Al-Mufajji' telah banyak menyusun bait- bait sya'ir tentang keagungan dan kemuliaan Imam Ali AS. Ketika mengungkapkan realita tersebut di atas, ia menulis:
Wahai pendengki kekasihku Ali, masuklah ke dalam Neraka Jahim dengan terhina.
Masihkah engkau menyindir manusia terbaik, sedang engkau tersingkirkan dari petunjuk dan cahaya?
Dialah yang mirip para nabi di kala anak dan muda, di kala menyusu, disapih dan di kala makan.
Ilmunya bagai Adam di kala ia menjelaskan nama-nama dan alam semesta.
Bagai Nuh di kala selamat dari maut ketika ia turun di bukit judi. {15}
Mencintai Ali AS adalah keimanan. Membencinnya adalah kemunafikan. Mencintai Ali sama dengan mencintai Rosul dan membenci Ali sama halnya membenci Rosul. Dan Alloh mencintai apa yang Rosul Nya cintai dan membenci apa yang Rosul Nya benci. Semua cabang ke-imanan ini saling berkaitan erat satu sama lain yang berakar pada satu akar. #SufiMuda
Nabi Muhammad SAW menegaskan kepada umat bahwa mencintai Ali AS adalah tanda keimanan dan ketaqwaan. Sementara membencinya adalah kemunafikan dan maksiat (perbuatan dzolim yang di murkai Alloh). Berikut ini sebagian riwayat yang telah diriwayatkan darinya tentang hal ini:
Ali AS berkata: "Demi Dzat yang membelah biji-bijian dan menciptakan manusia, sesungguhnya janji Nabi SAW yang ummi kepadaku adalah bahwa tidak ada yang mencintaiku kecuali orang mukmin dan tidak membenciku melainkan orang munafik." {16}
Al-Musawir Al-Humairi meriwayatkan Hadits dari ibunya. Ibunya berkata: "Ummu Salamah datang menjumpaiku dan aku mendengar ia mengatakan bahwa Rosululloh SAW bersabda: 'Orang munafik tidak akan mencintai Ali dan orang mukmin tidak akan membencinya'." {17}
Ibn Abbas pernah meriwayatkan sebuah Hadits. Ia berkata: "Rosululloh SAW memandang kepada Ali AS seraya bersabda: 'Tidak mencintaimu melainkan orang mukmin dan tidak membencimu kecuali orang munafik. Barang siapa yang mencintaimu, berarti ia mencintaiku. Barang siapa yang membencimu, berarti ia membenciku. Kekasihku adalah kekasih Alloh dan pendengkiku adalah pendengki Alloh. Sungguh celaka orang yang mendengkimu setelahku nanti'." {18}
Dalam sebuah riwayat, Abu Sa'id Al-Khudri berkata: "Rosululloh SAW pernah bersabda kepada Ali AS: 'Mencintaimu adalah keimanan dan membencimu adalah kemunafikan. Orang yang pertama masuk Surga adalah pecintamu dan orang pertama yang masuk Neraka adalah pendengkimu'." {19}
Hadits-Hadits di atas telah tersebar luas di kalangan para sahabat Nabi SAW. Mereka menerapkan Hadits-Hadits tersebut kepada orang yang mencintai Ali AS dan menyebutnya sebagai orang mukmin. Sementara orang yang mendengkinya mereka sebut sebagai orang munafik. Sebenarnya untuk orang yang beriman, di bacakan satu ayat saja atau satu riwayat Hadits saja maka ia akan 'tergetar cintanya', tidak perlu banyak Hadits pun sudah cukup untuk menguatkan pendiriannya ke jalan Alloh yang lurus dan terang.
Seorang sahabat terkemuka yang bernama Abu Dzar Al-Gifârî pernah berkata: "Kami tidak dapat mengenali orang-orang munafik, kecuali ketika mereka berdusta kepada Alloh dan Rosul-Nya, meninggalkan sholat, dan mendengki Ali bin Abi Tholib AS." {20}
Seorang sahabat Nabi SAW terkemuka lainnya yang bernama Jabir bin Abdillah Al-Anshori juga pernah berkata: "Kami tidak pernah mengenal orang-orang munafik kecuali ketika mereka mendengki Ali bin Abi Tholib AS." {21}
B. PERINGKAT IMAM ALI AS DI SISI ALLOH SWT:
Selanjutnya kita akan beralih menjelaskan sebagian Hadits yang telah diriwayatkan dari Nabi SAW berhubungan dengan keagungan Imam Ali AS di sisi Alloh SWT dan kemuliaan-kemuliaan yang ia miliki.
Sejumlah Hadits yang telah diriwayatkan dari Rosululloh SAW. Berhubungan dengan kemuliaan Imam Ali AS di sisi Alloh di akhirat kelak. Sebagian riwayat Hadits tersebut adalah berikut ini:
Imam Ali AS sebagai 'Pembawa Bendera Pujian':
Banyak sekali Hadits shahih dari Nabi SAW yang menjelaskan bahwa Imam Ali AS pada Hari Kiamat kelak akan diberikan kemuliaan oleh Alloh SWT untuk membawa bendera pujian. Hal ini adalah penghargaan khusus yang tidak diberikan kepada siapa pun selainnya. Di antara Hadits-Hadits tersebut adalah Hadits berikut ini:
Rosululloh SAW bersabda kepada Imam Ali AS: "Pada Hari Kiamat kelak, engkau akan berada di hadapanku. Ketika itu aku diberi bendera pujian, lalu bendera tersebut kuserahkan kepadamu. Sementara engkau sedang mengusir orang-orang (yang tidak berhak) dari telagaku." {22}
Imam Ali AS sebagai pemilik Telaga Haudh Nabi SAW:
Banyak sekali Hadits Nabi SAW yang menjelaskan bahwa Imam Ali AS adalah pemilik sumur Haudh Nabi SAW, sungai di Surga yang paling dingin (sejuk), paling manis, dan sangat indah dipandang mata itu. Tak seorang pun dapat meneguk airnya kecuali orang yang berwilâyah dan mencintai Imam Ali AS. Berikut ini kami paparkan sebagian Hadits tersebut:
Rosululloh SAW bersabda: "Ali bin Abi Tholib adalah pemilik telaga Haudh-ku kelak di Hari Kiamat. Di sekelilingnya berjejer gelas-gelas sebanyak jumlah bintang di langit. Luas telaga Haudh-ku itu sejauh antara Jâbiyah dan Shan'a." {23}
Imam Ali AS sebagai Pemilah Surga dan Neraka:
Di antara posisi agung dan mulia yang diberikan oleh Baginda Rosulillah SAW ke pintu kota ilmunya ini adalah bahwa ia adalah pemilah Surga dan Neraka. Ibn Hajar pernah meriwayatkan sebuah Hadits bahwa Imam Ali AS pernah mengatakan kepada Anggota Dewan Syura yang telah dipilih oleh Umar: "Demi Alloh, apakah di antara kalian ada seseorang yang pernah disebut oleh Rosululloh SAW dengan sabda: 'Wahai Ali, engkau adalah pemilah Surga dan Neraka pada Hari Kiamat kelak', selainku?"
"Tak seorang pun." Jawab mereka pendek.
Ibn Hajar memberikan catatan atas Hadits ini. Ia menulis: "Maksudnya adalah ucapan yang pernah diriwayatkan dari Imam Ar-Ridho AS. Sabda Nabi SAW: "Kepada Ali AS: 'Engkau adalah pemilah Surga dan Neraka pada Hari Kiamat kelak', berarti engkau, hai Ali, mengatakan kepada Neraka: 'Ini adalah bagianku dan yang ini adalah bagianmu'." {24}
Dapat dipastikan bahwa tak seorang Wali Alloh pun, baik sebelum maupun setelah Islam, yang pernah memperoleh kemuliaan tak berbatas ini seperti yang pernah diperoleh oleh Imam Ali AS. Alloh SWT telah menganugerahkan kemulian itu kepadanya sebagai penghargaan atas jerih payah dan jihadnya di jalan Islam, dan atas usahanya dalam mengikis habis egoisme dan kerelaannya melayani kebenaran yang di bawa oleh junjungannya Nabi Muhammad Shollollohu 'Alaihi Wasallam.
2. Kelompok Hadits Kedua:
Tidak sedikit Hadits yang telah diriwayatkan dari Nabi SAW tentang keutamaan Ahlul Bait Nabi SAW yang suci, keharusan mencintai dan berpegang teguh kepada mereka. Berikut ini adalah sebagian dari Hadits-Hadits tersebut:
Hadits Tsaqalain:
Hadits Tsaqalain termasuk Hadits Nabi SAW yang paling indah, paling otentik, dan paling tersebar luas di kalangan muslimin. Hadits ini telah di abadikan oleh Enam Kitab Shahih (Al-Kutub As-Sittah), dan para ulama juga mene-rimanya.
Perlu dicatat di sini bahwa Nabi SAW telah menyampaikan Hadits tersebut di beberapa tempat dan kesempatan. Di antaranya berikut ini:
Zaid bin Arqam meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya aku tinggalkan dua pusaka berharga untuk kalian. Jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya sepeninggalku nanti. Salah satunya lebih agung dari yang lainnya. Yaitu 'Kitab Alloh', tali yang membentang dari langit ke bumi, dan yang kedua adalah 'Itrahku, Ahlul Baitku. Keduanya itu tidak akan pernah berpisah sampai menjumpaiku di telaga Haudh kelak. Perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya itu sepeninggalku kelak." {25}
Hadits di atas merupakan "wejangan berharga" Rosululloh SAW agar sepeninggalnya kita berpegang teguh dari keduanya. Jika terlepas salah satu saja. Maka tersesatlah umat akhir zaman sepeninggal Baginda Tercinta Kita Shollollohu 'Alaihi Wasallam. Harap di ingat baik-baik wejangan di atas!
Nabi SAW juga pernah menyampaikan Hadits ini ketika sedang melaksanakan haji Wada' pada hari Arafah. Jabir bin Abdillah Al-Anshari meriwayatkan Hadits ini seraya berkata: "Aku melihat Rosululloh SAW pada haji Wada' pada hari Arafah. Ketika itu beliau SAW berpidato sedangkan berdiri di atas punggung untanya yang bernama Al-Qashwâ'. Aku mendengarnya berkata, 'Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang jika kalian mengikutinya, niscaya kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitab Alloh dan 'Itrahku, Ahlul Baitku'." {26}
Rosululloh SAW juga pernah berpidato di hadapan para sahabat ketika ia berada di atas ranjang pada saat mendekati wafat. Ia SAW bersabda: "Wahai manusia, sebentar lagi nyawaku akan diambil dengan cepat, lalu aku pergi. Dan sebelum ini aku pernah menyampaikan suatu ucapan kepada kalian. Yaitu aku tinggalkan untuk kalian Kitabulloh Yang Mulia nan Agung dan 'Itrahku, Ahlul Baitku." Kemudian ia SAW memegang tangan Ali AS seraya berkata: "Inilah Ali yang selalu bersama Al-Qur'an dan Al-Qur'an pun senantiasa bersamanya. Keduanya tidak akan pernah berpisah sampai mendatangiku di telaga Haudh." {27}
Hadits Bahtera Nuh AS:
Dalam sebuah riwayat, Abu Sa'id Al-Khudri berkata: "Aku pernah mendengar Rosululloh SAW bersabda: 'Sesungguhnya perumpamaan Ahlul Baitku di tengah-tengah kalian bagaikan Bahtera Nuh. Selamatlah orang yang menaikinya, dan binasalah orang yang meninggalkannya, maka ia akan tenggelam. Dan perumpamaan Ahlul Baitku di tengah-tengah kalian bagaikan pintu Hiththah (pengampunan) bagi Bani Isra'il. Barang siapa yang memasukinya, dosanya akan diampuni'." {28}
Hadits tersebut menegaskan agar umat manusia mematuhi 'itrah suci. Karena mereka adalah kunci keselamatan mereka dari tenggelam dan kebinggungan hidup ini. Ahlul Bait adalah bahtera penyelamat dan pengaman bagi umat manusia di akhir zaman.
Imam Syarafuddin menulis: "Anda tahu bahwa maksud dari penyerupaan mereka dengan Bahtera Nuh. Adalah bahwa barang siapa yang bersandar kepada mereka di dunia dan akhirat, yaitu mengambil ajaran agama, baik pondasi maupun cabangnya, dari para imam suci, maka ia akan selamat dari 'Azab Api Neraka'. Dan barang siapa membelakangi mereka, maka ia seperti orang yang berlindung kepada bukit ketika topan bergemuruh kencang agar selamat dari ketentuan Alloh. Perbedaannya, ia hanya tenggelam di air. Sedangkan orang yang meninggalkan para imam suci akan terjerumus ke dalam 'Neraka Jahanam'. Semoga Alloh senantiasa melindungi kita. Adapun sisi penyerupaan mereka dengan pintu pengampunan, artinya adalah Alloh SWT membuat pintu tersebut sebagai salah satu lambang kerendahan diri terhadap keagungan-Nya dan ketundukan kepada ketentuan-Nya. Dengan demikian pintu itu menjadi faktor pengampunan dosa. Ini adalah rahasia penyerupaan tersebut."
Catatan pribadi: (Allohu Akbar! Sampai di sini saya pribadi #SangSufiMuda menyerap banyak sekali ilmu kerahasiaan Alloh STW, semakin mantap iman saya untuk menyongsong hari-hari depan. Terimakasih atas karunia nikmat iman, Islam dan ilmu yang Engkau berikan Yaa Alloh, sujud ku selamanya hanyalah untuk Mu. Semoga aku termasuk kedalam hamba yang mendapat rahmat ampunan Mu, aamiin ya Robbal 'alamin).
Lanjut:
Akan tetapi Ibn Hajar berupaya mengutarakan rahasia yang lain di balik penyerupaan itu. Setelah menampilkan Hadits tersebut dan Hadits-Hadits lainnya yang serupa, ia menuliskan: "Sisi penyerupaan mereka dengan Bahtera Nuh. Yaitu bahwa barang siapa yang mencintai dan menghormati mereka karena mensyukuri nikmat kemuliaan mereka dan mengikuti petunjuk ulama mereka, maka ia akan selamat dari kegelapan pertentangan. Dan barang siapa yang meninggalkan mereka, maka ia akan tenggelam di lautan pengingkaran nikmat dan terjerumus ke dalam lembah kesesatan! Adapun faktor penyerupaan mereka dengan pintu Hiththah adalah bahwa sesungguhnya Alloh SWT telah membuat masuk ke pintu Araiha atau Baitul Maqdis dengan rasa rendah hati dan beristighfar sebagai faktor pengampunan dosa, dan juga menjadikan kecintaan kepada Ahlul Bait sebagai sebab pengampunan dosa bagi umat ini, (tidak lebih dari itu). {29}
Hadits Ahlul Bait Pengaman Umat
Nabi SAW mewajibkan kecintaan kepada Ahlul Bait atas umat ini. Ia menegaskan bahwa berpegang teguh kepada mereka adalah faktor pengaman dari kehancuran. Beliau SAW bersabda: "Bintang-bintang adalah pengaman bagi penduduk bumi dari tenggelam. Dan Ahlul Baitku adalah pengaman bagi umatku dari pertentangan dan perselisihan. Ketika salah satu kabilah Arab menentang mereka, ini berarti mereka telah bertikai. Akibatnya, mereka menjadi pengikut Iblis." {30}
Berikut Adalah Keterangan Sumber:
{1} Majma' Az-Zawa'id. Jil. 7/110. Ternyata Walid berdusta. Maka turunlah ayat: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan..." (QS. Al-Hujurat [49]: 6).
{2} Kanz Al-'Ummal. Jil. 6/400.
{3} Shahîh At-Turmudzi. Jil. 2/299; Mustadrak Al-Hâkim. Jil. 3/14.
{4} Dzakhâ'ir Al-'Uqbâ. Hal. 92.
{5} Kanz Al-'Ummal. Jil. 3/61.
{6} Kanz Al-'Ummal. Jil. 6/154.
{7} Ar-Riyadh An-Nadhirah. Jil. 2/163.
{8} Tanggal At-Thabari. Jil. 2/127; Tanggal Ibn Atsir. Jil. 2/22; Tanggal Abi Al-Fida'. Jil. 1/116; Mus-nad Ahmad. Jil. 1/331; Kanz Al-'Ummal. Jil. 6/399.
{9} Al-Murâja'ât. Hal. 208.
{10} Musnad Abu Daud. Jil. 1/29; Hilyah Al-Awliya'. Jil. 7/195; Musykil Al-Atsar. Jil. 2/309; Mus-nad Ahmad bin Hanbal. Jil. 1/182; Tanggal Bagdad. Jil. 11/432; Khasha'ish An-Nasa'i. Hal. 16.
{11} Usud Al-Ghabah. Jil. 4/26; Khasha'ish An-Nisa'î. Hal. 15; Shahîh Muslim. Kitab Fadha'il Al-Ashhâb. Jil. 7/120.
{12} Tanggal Bagdad. Jil. 2/377.
{13} Kanz Al-'Ummal. Jil. 6/401.
{14} Kanz Al-'Ummal. Jil. 6/156; As-Shawâ'iq Al-Muhriqah. Hal. 73.
{15} Mu'jam Al-Udabâ'. Jil. 17/200.
{16} Shahîh At-Turmudzi. Jil. 1/301; Shahîh Ibn Mâjah. Jil. 12; Tanggal al-Baghdad. Jil. 1/255; Hilyah Al-Awliya'. Jil. 4/185.
{17} Shahîh At-Turmudzi. Jil. 1/299.
{18} Majma 'Az-Zawa'id. Jil. 9/133.
{19} Nûr Al-Abshar. Hal. 72.
{20} Mustadrak Al-Hâkim. Jil. 3/129.
{21} Al-Istî'âb. Jil. 2/464.
{22} Kanz Al-'Ummal. Jil. 6/400.
{23} Majma 'Az-Zawa'id. Jil. 1/367.
{24} Ash-Shawâ'iq Al-Muhriqah. Hal. 75.
{25} Shahîh At-Turmudzi. Jil. 2/308.
{26} Ibid; Jil. 2/308; Kanz Al-'Ummal. Jil. 1/84.
{27} Ash-Shawâ'iq Al-Muhriqah. Hal. 75.
{28} Majma 'Az-Zawa'id. Jil. 9/168; Al-Mustadrak. Jil. 2/43; Tanggal al-Baghdad. Jil. 2/120; Al-Hilyah. Jil. 4/306; Adz-Dzakâ'ir. Hal. 20.
{29} Mustadrak Al-Hâkim. Jil. 3/149; Kanz Al-'Ummal. Jil. 6/116. (Dalam kitab Faidh Al-Qadîr dan Majma 'Az-Zawa'id, Nabi SAW bersabda: "Bintang-bintang adalah pengaman bagi penduduk bumi dan Ahlu Baitku adalah pengaman bagi umatku.")
{30} Ar-Riyadh An-Nadhirah. Jil. 2 / 252. Hadits serupa terdapat dalam Shahîh At-Turmudzi. Jil. 2/319 dan Sunan Ibn Mâjah. Jil. 1/52.
Inna fil jannati nahron min laban (Sungguh, di Surga ada sungai dari susu dan madu)
Li 'Aliyyin wa Husainin wa Hasan (Yang disediakan untuk Ali, Husain dan Hasan)
Kun man'Allohi tarollaha ma'ak, watrukil kulla wa hadzir thoma'ak (Hidup-hiduplah bersama Alloh niscaya kau dapati Alloh bersamamu dan tinggalkanlah selain Alloh serta waspada terhadap nafsu tamakmu)
Subhanallohil 'Adziim wa shodaqo Rosuluhu Nabiyyul Karim...
#SufiMuda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar