Mukadimah Sang Sufi Muda:
"Assalamu'alaikum warohmatulloh wabarokatuh...ikhwal di mana saja berada yang semoga selalu mendapat rahmat ampunan Alloh. Kali ini pada blog kesayangan kita ini "Sya'ir Cinta" sang sufi muda, kita akan membahas bersama-sama mengenai "Siapakah sebenarnya diri ini?" Dan kita akan bersama-sama belajar mengenali diri sendiri. Serta menjawab pertanyaan hidup: "Kita ini dari mana dan mau kemana?" Maka sebelum itu mari kita panjatkan pujian yang sebanyak-banyaknya kepada Alloh Tuhan Semesta Alam yang pagi, siang, dan malam selalu mengatur segala urusan hamba-hamba Nya serta memberikan nikmat yang tak terhingga. Puji syukur kita juga kepada Alloh yang telah memberikan kepada kita kesehatan jasmani dan juga mudah-mudahan kesehatan pula rohani, sehingga pada kesempatan kali ini kita masih dapat secara bersama-sama menikmati apa yang saya sajikan untuk kita pelajari bersama-sama."
Dari mana dan mau kemana sebenarnya kita ini?
Jika ada di antara saudara kita yang berpulang kehadirat Alloh, maka kita sering mengucapkan: "Innalillahi wa inna ilaihi Roji'un." Dan sebenarnya kalau kita mau mengkaji dan menelaah isi kandungan dibalik artinya, kita akan menemukan setidaknya satu titik petunjuk dari kalimatulloh tersebut. Bahwa: "Semua milik Alloh SWT dan akan kembali pada Nya." Bahwa semua makhluk ini adalah milik Alloh SWT dan kepada Nya lah kita semua (makhluk) akan di kembalikan. Begitu jelas sudah jikalau kita mau mentafakuri isi kandungan firman Alloh tersebut. Namun amat sangat di sayangkan. Kita semua (saya dan kalian) begitu sibuk mengurusi segala urusan keduniaan yang mana suatu hari akan sirna (fana). Itulah sumber permasalahannya. Kita tidak mau memikirkan barang sejenak Kebesaran-Kebesaran Alloh yang mana itu adalah sebuah pengisian bahan bakar mesin kehidupan kita yaitu iman kita kepada Alloh. Sudah saya bahas pada blog sebelumnya bahwa iman ini sungguh kedudukannya begitu amat sangat vital. Ia harus di jaga, di rawat serta di pupuk. Jika tidak iman itu maka akan menjadi terlepas atau tergadaikan oleh urusan-urusan dunia yang pada suatu hari akan kita sesali. Besok di padang mahsyar kita akan benar-benar merasakan penyesalan yang amat sangat memilukan dan pedih. "Kenapa dulu saya tidak begini?" "Kenapa dulu saya melakukan ini?" "Kenapa dulu harta saya tidak saya wakafkan di jalan Alloh?!" "Kenapa, kenapa, dan kenapa?" Yang ada pada diri seseorang hanyalah penyesalan dan penyesalan yang tiada henti. Karena ia tahu dan mereka mengetahui akan di adili dan di azab di dalam Neraka yang amat sangat pedih. Keadaan orang-orang di dalam Neraka sangatlah hina dan terhina. Tiada naungan selain Alloh. Namun Alloh memasrahkan segala urusan Nya kepada para malaikat penyiksa. Alloh sudah tidak sudi lagi mendengar, memandang, atau memperhatikan penghuni Neraka yang hina. Di sebabkan perbuatan mereka masing-masing yang dzolim dan tidak adil kepada Alloh. Siang dan malam pikiran kita hanyalah dunia, sampai-sampai tidak ada lagi ruang dan waktu di dalam hati untuk sejenak memikirkan Alloh. Untuk mengingat Alloh. Kalian mencampakkan Alloh selama di dunia. Maka kalian akan di campakkan Alloh nanti di dalam Neraka. Na'udzubillah tsumma na'udzubillah min dzalik.
Nah ikhwal, masalah siksa kubur atau hari setelah perhitungan ini saya tidaklah mengarang cerita atau suatu kebohongan dan dusta dari saya. Yang saya sampaikan di atas semuanya merupakan hikmah-hikmah Alloh yang saya serap dan pernah sedikitnya saya pelajari. Cerita itu semua terdapat pada kitab Kuning, kitab Ahadus Hayatul Barzakh, kitab Al-Manhaj atau kitab Ad-Dausiyyah. Yang semuanya itu adalah merujuk pada sumber yang otentik yaitu Al-Qur'an dan Hadits Nabi Shollollohu 'Alaihi Wasallam. Jadi bukan saya yang cerita namun Alloh sendiri yang menceritakannya kepada kita agar kita semua kembali ke jalan yang benar. Untuk selanjut kalian percayai atau kalian imani atau tidak, itu sudah bukan urusan saya lagi. Itu sudah di luar kemampuan dan jangkauan saya juga. Tugas saya sebagai saudara hanyalah saling ingat mengingatkan. Selanjutnya terserah mau kalian imani atau kalian kufuri saya tidaklah perduli. "Masa bodo amat, emang gue pikirin?". Nanti di mintai pertanggung jawaban saya sama Alloh. Saya tinggal mengadu kepada Alloh: "Dulu sudah saya ingatkan ya Alloh...namun mereka mengkufurinya."
Nah, saya tidak akan bahas siksaan Neraka di sini. Kita kembali kepada tujuan bahasan kita.
MENGENALI ASAL USUL DIRI:
Alloh berfirman:
"AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRUHU."
(Sesungguhnya insan itu adalah rahasiaKu dan Akulah Rahasianya.)
Sabda Baginda Rosululloh SAW:
"Man arofa nafsahu faqod arofa Robba-hu. Wa man arofa Robbahu fasadi jadad."
(Sesungguhnya siapa yang mengenal dirinya sungguh ia telah mengenal Tuhan-nya. Dan siapa yang telah mengenal Tuhan-nya, maka binasalah dirinya itu (fana/sirna) dan nyatalah Tuhannya.
Pertanyaannya: Apakah sesungguhnya yang disebut 'diri' itu?
Dan apakah kaitannya yang disebut diri itu dengan Tuhan?
Ketahuilah ikhwal dimana saja berada yang semoga selalu di rahmati Alloh, bahwa begitu banyak firman Alloh melalui ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Qudsi dan juga Hadits yang membawa pemahaman tentang perkara-perkara yang menjadi pokok utama perbincangan kita ini.
Diantaranya adalah:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
[QS. Qaaf: 16]
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ
Dan Kami lebih dekat dengannya daripada kamu
[QS. Al-Waqi’ah: 85]
Apakah ini menunjukkan bahwa Alloh memang dekat dan “menyatu” dengan diri kita?
Sebelum permasalahan ini terjawab, mari kita ucapkan: "Wallohu a'lam bish-showab..."
Nah ikhwal, kemana saja kamu hadapkan wajah kamu, disitu ada wajah Alloh. Alloh itu meliputi sekalian manusia, dan apabila telah sempurna kejadian Adam, maka Aku tiupkan ruh Ku (kata Alloh).
Saya pribadi sebagai sufi mengetahui hal ini tapi sayangnya saya tidak di izinkan untuk mengucap! (Ini sangat rahasia dalam ilmu kami, dalam ilmu perhikmahan ataupun kajian-kajian tasawuf. Karena kita ini termasuk umat akhir zaman yang akan merasakan beratnya akhir zaman. Maka saya akan sedikitnya membawa kalian untuk mau berfikir. Saya akan memancing-mancing ke-ingin tahuan kalian dan juga iman kalian dalam hal ilmu teologi (ilmu Ketuhanan). Saya cuma bisa menggiring kalian untuk perlahan-lahan mau berpikir kritis tentang siapa sesungguhnya diri ini dan hakikat hidup yang sebenar-benarnya. Perlu kalian ketahui dahulu, bahwa yang di sebut benar yang haq! Yang hakiki itu ada tiga. Satu, benar menurut diri sendiri. Dua, di benarkan oleh humum syari'at. Tiga, di benarkan oleh Alloh dan Rosul Nya. Itulah yang di sebut benar. Itu pesan yang saya ingat-ingat dari guru saya tercinta yang sudah mengenalkan saya kepada Alloh.
Nah ikhwal, yuk kita pikirkan hakikat penyembahan. Sebelumnya ini sudah di bahas pada blog orang lain. Namun saya menilai dan mengkaji, isinya jauh panggang dari pada api. Masih belum ketemu duduk permasalahan yang akan di bahas. Sangat jauh nyasar. Mari kita pikirkan kenapa Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman kepada seluruh makhluk agar setelah Alloh sempurnakan ke adaan Adam dan di tiupkan ruh. Maka seluruh makhluk di suruh bersujud kepada Adam? Bukankah sujudnya seluruh makhluk itu hanya pantas di lakukan untuk Alloh semata? Namun kenapa Alloh menyuruh seluruh makhluk untuk bersujud kepada Adam? Yaitu setelah di tiupkannya ruh, sesungguhnya apa itu ruh?
"Ah barang kali itu hanya sebagai bentuk penghormatan. Tidak usah berlebihanlah..."
Nah, yuk kita kaji bersama-sama, bentuk penghormatan itu kan tidak perlu dengan bersujud. Dalam ilmu fiqih. Di dalam sholat ketika kita bersujud itu kita maknanya sedang merendahkan diri kita serendah-rendahnya di hapadan Alloh dengan cara bersujud. Menaruh kepala kita di bawah sejajar dengan kaki itulah makna dari bersujud dan penyembahan. Kenapa seluruh makhluk di perintah oleh Alloh menyembah kepada manusia yang di wakili Adam ketika itu?
Mohon maaf, saya tidak boleh mengucap panjang lebar. Namun kalian pikir-pikirlah dan kaji diri kalian sendiri.
Ketika itu Iblis merasa sombong dan tidak mau bersujud kepada Adam.
Maknanya, bahwa Alloh sebelum menyempurnakan diri ini dengan ruh. Alloh terlebih dahulu meniupkan nafs yang memiliki 5 sifat. Salah satunya sifat Iblis. Artinya kita manusia di suruh menundukkan Iblis yang ada di dalam diri kita sendiri.
Ketika ruh berada di dalam jasad, ruh ini lupa akan perjanjian awal di alam Lahut yaitu hari perjanjiannya dengan Alloh. "Bukankah Aku ini Tuhan mu?" Ruh menjawab: "Benar, engkau adalah Tuhan kami."
Karena ruh lupa pada perjanjian awal, maka ruh tidak dapat kembali ke alam Lahut sebagai tempat asal ruh. Makanya kita itu di suruh mensucikan diri agar mengenali diri sendiri dan untuk mengenali Tuhan. Al-'Qur'an lah Alloh turunkan sebagai penuntun kita umat manusia dan Nabi Muhammad di dzohirkan oleh Alloh di dunia ini sebagai contoh. Sudah ada contoh namun kenapa manusia masih kesasar/tersesat? Kemudian H. Rhoma Irama bersabda: "Sungguh terlalu..."
Dengan Maha Kasih Nya, Alloh SWT menolong mereka (manusia) dengan menurunkan kitab-kitab samawi sebagai peringatan tentang negeri asal mereka, sesuai dengan firman Alloh Azza wa Jalla wa Jalla Jalaluhu:
"Berikanlah peringatan pada mereka tentang hari-hari Alloh. Yaitu hari pertemuan antara Alloh dengan seluruh arwah (ruh) di alam Lahut."
Manusia sekalian lain halnya dengan para Nabi, mereka datang ke Bumi Alloh dan akan kembali ke akhirat dengan selamat karena petunjuk langsung dari Alloh, badannya berada di Bumi, sedangkan ruhnya berada di negeri asal, karena adanya peringatan.
Dan sangat sedikit orang yang sadar dan kembali serta berkeinginan dan sampai ke alam asal mereka itu.
Karena sedikitnya manusia yang mampu kembali ke alam asal, maka Alloh melimpahkan kenabian kepada ruh Agung Muhammad Rosululloh SAW, sebagai penutup dan penunjuk jalan dari kesesatan ke alam terang.
Telah disebutkan didalam rencana ini bahwa kita perlu memulangkan amanah kepada Yang Empunya Amanah, yaitu Alloh.
Pemulangan amanah inilah JALAN KEMBALI YANG BENAR yaitu kembali SEJASAD dan SENYAWA.
Mencari Jalan Kembali / Pulang berpuncak dari Jalan Datang.
Jalan datang hanya boleh kita ketahui jika kita tahu akan asal usul kita yaitu:
1. Asal dan maksud kedatangan kita di dunia.
2. Bagaimana cara kita datang.
3. Dan akan kemana kita setelah hidup di dunia ini selesai.
Inilah yang dikatakan sebagai JALAN atau ILMU MENGENAL DIRI atau ILMU USUL dan disebut juga sebagai ILMU MENGENAL ALLAH yaitu mengenal asal kita.
Asal kita dari Alloh atau lebih dari itu? Inilah yang semestinya kita perlu pelajari setiap hari. Bukan yang lain. Karena nafsu kitalah yang mendorong kita untuk mempelajari hal yang lain dan menuntun kita kepada jalan yang tidak semestinya. Makanya kita di peri tahkan untuk menundukkan nafsu yang ada di dalam diri kita. Bayangkan 5 sifat nafs harus kita tundukkan untuk bisa dekat kita kepada Alloh dan mengenali diri sendiri dan mengenali Alloh.
Saya akan ceritakan sedikit tentang awal mula Alloh SWT menciptakan nafs (nafsu). Yang mana nanti akan kita ketahui bersama bahwa sifat Iblis itu bersemayam di dalam sifat nafs. Dan apabila nafs tidak kita tundukkan. Maka kita akan cenderung mengikuti hawa nafsu yang membawa kita kepada jurang kesesatan dan kehancuran di dalam hidup ini.
Ketika Alloh SWT menciptakan nafs. Bertanyalah Alloh SWT kepada nafs.
"Wahai nafs, siapa Aku dan siapa engkau?" (Kata Alloh)
Nafs menjawab petanyaan Alloh SWT: "Aku ya aku, Engkau ya Engkau..."
Kemudian Alloh menyiksa nafs selama 70 ribu tahun lamanya. Setelah di angkat dari siksanya, Alloh kembali bertanya kepada nafs: "Wahai nafs, siapa Aku dan siapa engkau?"
Nafs berkata: "Aku ya aku, Engkau ya Engkau..."
Alloh SWT merendam nafs dalam air selama 70 ribu tahun. Setelah itu Alloh kembali bertanya: "Wahai nafs, siapa Aku dan siapa engkau?"
Dengan kerasnya nafs tetap berkata: "Aku ya aku, Engkau ya Engkau..."
Kemudian Alloh SWT membakar nafs selama 70 ribu tahun. Setelah itu Alloh berkata kepada nafs: "Wahai nafs, siapa Aku dan siapa engkau?"
Nafs menjawab: "Aku ya aku, Engkau ya Engkau..."
Begitu kerasnya sifat nafs ini, tidak mau mengakui Alloh SWT yang telah menciptakannya. Setelah itu Alloh memuasakan nafs. Baru satu hari Alloh SWT berpuasa atas nafs. Alloh kembali bertanya: "Wahai nafs, siapa Aku dan siapa engkau?"
Nafs menjawab: "Allohu Robbi, wa anna abduka ya Alloh..." (Engkaulah Tuhanku dan akulah hamba mu ya Alloh...)
Sumber: (Abah/KH. Syamsuri Abdul Madjid)
Demikian kerasnya sifat nafs yang ada di dalam diri kita. Makhluk itulah yang Alloh SWT tiupkan kepada jasad kita. Itu yang harus kita tundukkan. Dan menundukkan nafs Alloh SWT juga mengajari kita untuk memuasakannya.
Tambahan:
Bahwa kita semua bahkan makhluk Alloh lainnya, binatang sekalipun berasal dari setitik mani.
Hanya tiga (3) manusia saja yang tidak berasal dari setitik mani yaitu:
- Nabi Adam
- Siti Hawa
- Nabi Isa AS
Dari manakah datangnya mani itu?
Jika kita katakan dari laki-laki, maka anak-anak lelaki belum bisa memproduksi air mani selagi ia belum baligh. Jelaslah bahwa mani itu di datangkan oleh Alloh kemudian ada pada kaum laki-laki.
Apakah sebenarnya mani itu?
Bagaimanakah setitik mani yang bagaikan nokhtah itu dapat menjadi diri kita (insan) yang kompleks ini dalam waktu/masa 9 bulan saja?
Tentulah Alloh Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu Ciptaan Nya.
Bagaimanpun pandainya seorang manusia itu meneliti, tidak akan tahu bagaimanakah setitik mani dapat menjadi wujud manusia tertentu, misalnya jika suami isteri itu orang Afrika atau Eropa, maka anaknya pun menjadi Afrika atau Eropa juga?
Para ilmuwan hanya dapat bercerita tentang DNA dan GEN, tetapi belum dapat mengetahui secara terperinci tentang proses terciptanya.
Hanya segelintir manusia saja yang diberi pengetahuan petunjuk oleh Alloh tentang proses kejadian manusia ini.
Bahwa di antara ribuan atau jutaan molekul mani. Hanya ada satu saja yaitu Nur Muhammad. Itulah yang menjadikan diri kita.
"Awalam yaral insaanu, annaa kholaq-naahu min nuthfatin fa-idzaa huwa khoshiimum mubiin." (Dan apakah manusia tidak memerhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!)
Wallohu a'lam bis-showab...
#SufiMuda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar