Mukadimah Sang Sufi Muda:
"Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh, ikhwal dimana saja berada yang semoga selalu dalam naungan perlindungan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tidak lupa kita senantiasa selalu berharap rahmat ampunan Allah melalui syafa'at Rosululloh saw untuk mencapai keridhoan Alloh, inilah hakikat tujuan hidup setiap jiwa-jiwa hamba Allah yang sejatinya."
Di dalam kehidupan ini kita dianjurkan untuk senantiasa mengambil i'tibar, contoh dan tauladan dari orang-orang sebelum kita. Itu sebabnya, kepada Baginda kita Nabi Muhammad shollollohu alaihi wasallam, Allah SWT menjelaskan cerita para Nabi sebelum beliau, dalam ayatNya: "Summa-nakusu'alaika min anbair-rusuli maanu-sabbi tubihi fu-aadak."
Demikianlah, kami ceritakan kepadamu wahai Muhammad sebagian dari kisah-kisah para Rosul-Rosul sebelum kamu yang dengan itu akan memperkuat hatimu, meneguhkan keyakinanmu dan memantapkan pendirianmu.
Inilah manfaatnya belajar dari sejarah. Jadi jangankan kita yang berpengetahuan terbatas. Baginda Nabi sendiripun oleh Allah SWT di ceritakan sejarah para Nabi sebelum beliau, yang dicaci oleh umatnya, yang di musuhi oleh kaumnya, yang terusir dari kampung halamannya, yang ditelan oleh ikan, bahkan sampai ada yang tewas terbunuh oleh umatnya sendiri. Itu seluruhnya adalah i'tibar, "maanu-sabbi tubihi fu-aadak" . Untuk menguatkan tekadmu, memantapkan langkahmu, dan meneguhkan keyakinanmu menghadapi perjuangan di jalan Allah.
Bagi saya pribadi, belajar sejarah itu tidak harus melalui buku-buku yang menceritakan kisah-kisah sejarah atau tokoh-tokoh kenamaan tertentu saja. Namun bisa juga dari mendengarkan cerita-cerita para orang tua. Dulu saya sangat senang bila di ceritakan sejarah oleh nenek saya. Atau melalui wisata ziarah juga kita bisa memetik ilmu tentang sejarah, atau juga melalui membaca suatu karya dari tokoh itupun juga bisa mendapati ilmu tentang sejauh mana wawasan dari sang tokoh itu sendiri. Pastilah ada ilmu yang akan menambah wawasan kita asalkan kita sendiri mau belajar. Hidup saya saat ini tertarik pada pendalaman agama islam, maka saya sering belajar sejarah islam, itupun juga untuk menambah, memperkuat dan meneguhkan ke-imanan saya kepada Allah SWT dan ilmu itu saya yakin haqqul yakin ainul yakin, atau yakin seyakin-yakinnya akan membawa saya kepada jalan terang yang lurus, dan cahayanya akan menuntun saya kelak, suatu saat kelak di yaumil akhir. Itulah ilmu yang haqiqi yang haq! Jadi ilmu itu saya bedakan menjadi dua secara garis besar! Yang pertama adalah ilmu yang haq! Yang kedua adalah ilmu yang bathil dan tidak membawa manfaat. Ilmu yang haq adalah ilmu yang akan menerangi langkah kita dalam hidup ini, di dunia maupun akhirat. Itulah ilmu Allah. Untuk mendapat ilmu Allah ini hati haruslah selalu bersih, tidak ada hati yang bersih tapi kita selalu berusaha membersihkan kotoran-kotoran hati ini setiap saat. Ilmu yang bathil dan tidak membawa manfaat adalah segala sesuatu ilmu-ilmu dunia. Seluruhnya ini termasuk ilmu yang bathil. Tidak memberi manfaat malah ia memberi kesengsaraan. Ilmu yang dapat memupuk kita untuk memiliki sifat ghoflah (lalai dari pada mengingat Allah) itulah ilmu yang bathil. Dengan ilmu dunia kita di sibukkan oleh dunia. Mencari dan mencari dunia. Setiap hari dan setiap saat hanya tentang dunia yang ada di fikirannya, tentang makan, minum, anak dan istri, rumah dan pekerjaan. Yang itu sepertinya terlihat membahagiakan namun itulah awal kehancuran dari segala kehidupan. Karena dunia ini suatu saat akan fana (sirna). Hapus!
Katakanlah "tai kucing/dusta" pada wanita yang mengatakan "aku akan selalu mencintaimu", ataupun seorang ibu yang katanya "kasihnya kepada anak sepanjang masa", nyatanya di Al-Qur'an Allah telah jelaskan kejadian saat Kiamat itu terjadi seorang ibu sampai tega membuang bayi yang sedang ia susui demi ingin menyelamatkan dirinya sendiri. Rosululloh juga menjelaskan kejadian di padang mahsyar seorang ibu ketika ia melihat anaknya namun tidak seorangpun saling menegur, padahal ia tahu itulah anaknya ketika di dunia. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Bahkan anak akan menuntut sang ibu kelak di yaumil akhir, menuntut ke ayah, menuntut ke pasangan, "kenapa aku dulu tidak di ajarkan untuk mengenal Allah?" Pada saat itu, sudah terlambat segala sesuatunya. Yang ada hanyalah penyesalan dan penyesalan.
Dalam Al-Qur'an dan Hadits di jelaskan, seorang malaikat akan membagikan satu buah buku kecil yang mana orang-orang kafir akan bertanya-tanya penuh keheranan. "Buku apa ini? Kenapa amal-amalku ketika aku hidup di dunia tertulis semua di dalam buku ini?" Seorang malaikat menjawab: "Rasakanlah, itulah amal-amalmu yang akan kau pertanggung jawabkan di hapadan Allah yang dahulu kau ingkari." Lalu orang kafir menjawab: "Andaikan dahulu aku adalah tanah." Seorang kafir lainnya memohon ampunan kepada Allah namun sudah terlambat, ia memohon untuk di hidupkan kembali satu hari saja maka ia berjanji akan berbuat kebajikan namun sudah tidak ada gunanya. Hari perhitungan sudah tiba.
"Memang, dunia yang kita pandang hari ini terlihat begitu sangat indah. Sehingga kita pasti akan terlena. Namun di balik ke indahan itu semua sungguh tersimpan ilmu hakikat yang mengatakan bahwa itulah kesengsaraan." (Muhammad Jadmiko #SangSufiMuda)
Lalu ilmu apakah yang akan di banggakan kelak? Sehari semalam waktu dan tenaga di habiskan untuk mengejar dan menuntut ilmu dunia di sebuah Universitas ternama. Setelah lulus pandangannya ingin menjadi big bos. Lalu ia kaya raya. Setelah kaya dunia dan isi-isinya bisa ia capai. Kemudian ia setelah kaya tiba-tiba ia jatuh sakit, parah sehingga keadaannya kritis hingga menghabiskan seluruh harta bendanya. Setelah hartanya habis lalu ia mati dan ia tak sempat mengingat Allah semasa hidupnya. Na'udzubillah summa na'udzubillah...
Itulah sifat dari ilmu dunia. Ia akan membawa kita kepada satu sifat ghoflah (lalai dari pada mengingat Allah). Padahal satu detikpun waktu kita di dunia akan kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah. "WAKTUMU KAU HABISKAN UNTUK APA?"
Jadi, masihkan ingin mengejar dunia?
Jadi, yuk kita memperdalam agama saja untuk bisa mengenal Allah.
Sang sufi muda kala itu tengah mendapati ilmu dari sebuah untaian kata-kata sya'ir.
Maulana Jalaludin Rumi atau sering kita kenal Jalaludi Rumi (1207 M) memang terkenal sebagai seorang pujangga dan penya'ir yang agung. Karya-karyanya seringkali membuat kita terbuai mengalir dalam alunan makna yang terkandung. Ketika itu sang sufi muda tengah menikmati 10 buah sya'ir karya beliau. Begitu terkejutnya saya ketika menikmati sya'ir milik salah satu guru para sufi ini. Begitu kata-kata demi kata-kata mengandung penuh makna. Sampai-sampai saya tidak berani mengutip lalu menyebar luaskannya. Inilah sya'ir sejati yang katanya satu kata mengandung seribu makna. Bagaimana bisa seseorang di zaman dahulu dapat membuat satu kata yang memiliki seribu arti bahasa dan makna? Inilah tanda ke-Wali-an beliau yang telah di berikan irsyad oleh Allah SWT. Demi Allah demi Rosululloh saya tidak berani menuliskan ulang karya beliau, kemudian menyebar luaskannya. Karena keluasan makna yang begitu amat sangat dalam sehingga seluruh pengetahuan yang saya miliki tidak mampu menjangkaunya. Maqom beliau sungguh-sungguh sudah sangat jauh sehingga beliau menyatakan hal-hal yang saya mengerti namun belum saya pahami dan saya capai. Untuk dapat mengenal Allah, saya membutuhkan seribu hujjah dan alasan, hingga saya harus mempelajarinya satu demi satu asma-asma Allah, dan juga mempelajari satu demi satu sifat-sifat Allah. Dan juga saya harus pahami betul bahwa seluruhnya yang terjadi, entah itu gerak nafas maupun gerak seluruh makhluk adalah af'al Allah. Itupun semua belum saya kuasai namun saya masih harus mengenal dzat Allah. Itulah baru namanya kenal sebenar-benarnya kenal Allah. Dan saya saat ini hanyalah seseorang yang mengaku beragama Islam. Karena Allah menyatakan dalam hadits qudsi Nya: "Awaluddin Makrifatullah" Awal agama adalah mengenal Allah. Jadi perbedaannya begitu sangat jelas antara umat akhir zaman ini dengan Imam-Imam besar pada zaman dahulu. Imam sekelas Abu Yazid Al-Busthomi (804 M), Imam Al-Ghazali (1058 M), Syaikh Abdul Qodir al-Jailani (1077 M), Syaikh Ibnu Arabi (1165 M), Maulana Jalaludi Rumi (1207), Ibnu Athoillah (1250 M), dan setidaknya di Indonesia ini punya satu sirroh sejarah anggota Wali 9 yang paling alim (Waliyyut Ilmi) yang maqomnya hampir setara dengan beliau-beliau pendahulunya yaitu Syaikh Siti Jenar (1404 M). Mereka semua Imam-Imam besar umat muslim yang tidak membutuhkan lagi hujjah untuk mengenal Allah. Sementara kita harus melalui ribuan hujjah untuk dapat sampai maqom mengenal Allah SWT. Jangan pernah kalian (umat muslim) menghujat Wali-Wali Allah yang sudah pada maqom nya ber-makrifat kepada Allah. Inilah ajaran kebenaran yang di ajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Kita ini untuk bisa mencapai maqom makrifatulloh terhijab oleh dinding syari'at.
JANGAN PERNAH INGKARI AJARAN ROSULULLOH SAW.
Sebenarnya banyak sekali dalil yang sangat jelas untuk menyeru kita untuk itiba' Rosululloh (mengikuti jalan Rosululloh). Termasuk pribadi yang selalu dalam jalan yang suci mensucikan diri. Manusia ini tidak ada yang suci. Namun kita di tuntut untuk mau belajar dan berusaha suci mensucikan diri.
Siapa yang menuntut? Ajaran Rosululloh-lah yang menuntut, di situ ada sebuah pembatas bagi yang mau bersungguh-sungguh atau tidak di jalan Allah. Untuk dapat mengenal Allah. Hanya saja Allah dan Rosul Nya menyatakan ilmu ini begitu sangat-sangat rahasianya, maka Allah sembunyikan ini. Pembatasnya adalah hukum syari'at. Maka yang melanggar sunnatullah maka hukum syari'at akan berlaku sesuai ketetapan Allah. Di zaman Rosululloh ajaran ini masih sangat-sangat di rahasiakan, begitu pun di zaman sahabat dan setelahnya di zaman tabi'in. Tabi'ut-tabi'in. Namun meskipun begitu, ternyata kita umat akhir zaman masih mendapatkan suatu bocoran akan ilmu ini. Yaitu beberapa pernyataan salah seorang sahabat, menantu, sekaligus keponakan Nabi saw yaitu Sayyidina Ali Karomallohu Wajhah. Itu nanti akan saya jelaskan pada blog berikutnya yang berjudul Separuh Kantung Ilmu Rosululloh. Di tambah beberapa hadits shohih salah seorang sahabat. Abu Hurairroh r.a.
Siapa yang akan berani menilai hadits riwayat salah seorang sahabat ini tidak shohih?
Tasawuf/Sufi adalah ajaran Rosululloh
Setelah wafadnya Baginda Nabi saw dan para sahabat. Perpecahan pada umat Islam semakin menyebar luas di seluruh dunia. Kemudian muncullah istilah-istilah aliran salafi, salafus sholih, aswaja, wahabi, dan tasawuf.
Perlu kita semua ketahui bahwa itu semua hanyalah sebuah istilah yang di buat-buat oleh umat akhir zaman. Yang kemudian istilah-istilah itu dijadikan sebagai salah satu manhaj (metode).
Contoh saja salafi, orang-orang salafi mengaku bahwa ajaran mereka adalah ajaran untuk memurnikah Islam. "Pesan saya untuk kaum muslim, untuk memurnikah Islam tidak perlu kita masuk aliran salafi, ikuti saja Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka murnilah ke-Islaman kalian".
Ada lagi wahabi, aliran ini saja sudah memecah menjadi beberapa. Yang saya tau wahabi ini orang-orang yang terlalu meluapkan cintanya kepada Imam Ali, karena Rosul sendiri yang mengatakan: "Seandainya ada nabi lain setelah aku, dialah Ali, tapi sayangnya tidak ada nabi lain setelah aku." Maka aliran ini terlalu mendewakan Imam Ali dan sebagainya. Kalau masalah hukum saya sendiri tidak bisa menghukumi, biarlah Allah saja yang menghukumi, karena Allah lebih mengetahui apa yang kita kerjakan.
Adapun salafus sholih dan aswaja (ahlus sunnah wal jama'ah). Dan masih banyak lagi aliran-aliran di luar sana. Bahkan ada juga aliran yang bernama ISIS. Ini semua sesuai prediksi yang telah di gambarkan dalam haditsnya, bahwa umat Islam akhir zaman akan terpecah menjadi 73 golongan. Dan yang selamat cuma ada satu. Yaitu yang mengikuti Al-Qur'an dan Hadits ku kata Nabi saw.
Ada lagi yang orang istilahkan aliran tasawuf. Tasawuf ini artinya menurut saya pribadi adalah. Jalan mendekatkan diri kepada Allah se-dekat-dekatnya dengan cara suci mensucikan diri. Ini semua istilah-istilah yang orang-orang buat? Dan jika di golongkan, maka saya ya masuk aliran tasawuf itu. Tapi saya pribadi tidak memikirkan itu. Terserah orang mau menggolongkan saya pada golongan yang mana saja. Saya hanya mengikuti perkataan Allah di dalam Al-Qur'an, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS.Al-Baqarah ayat: 208). "MASULAH ISLAM SECARA KAFFAH" Artinya totalitas. Saya juga mengikuti pesan-pesan (wejangan) para Wali 9 yaitu: Islam, Iman, Ihsan (sempurnakan). Dan ternyata 11 ilmu Islam saya temukan di sini. Antara 4 nya yaitu: 1. Syari'at, 2. Thariqat, 3. Hakikat, 4. Makrifat. 7 nya yang lain saya rahasiakan. Saya tau tapi tidak boleh di sebarkan. Nah ini semua di rangkum menjadi satu maka jadilah Tasawuf.
Ah tapi nyatanya guru-guru besar sufi melahirkan para Wali (Auliya) Allah? Mau bukti? Oke saya buktikan. Di seluruh pesantren tanah air. Pasti pada tahapan tertentu para guru mengajarkan kitab-kitab kepada santrinya yaitu kitab fiqih Al-Hikam atau Ihya' Ulumuddin. Al-Hikam saja itu adalah sebuah kitab fiqih yang menjadi rujukan seluruh ulama dunia. Sementara seorang santri apabila ingin mendapat gelar sang Ustadz maka tidak afdol jika belum menguasai Ihya' Ulumuddin. Itu semua karya siapa? Al-Hikam karya Ibnu Athoillah, dan Ihya' Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali. Mereka semua adalah para sufi yang terkenal di zamannya. Dan tenyata Imam Al-Ghazali menetaskan 28 kitab selain Ihya' Ulumuddin. Di antara lain yang terkenal adalah Hujjatul Islam dan juga kitab-kitab fiqih beliau di pakai di pondok-pondok pesantren sebagai rujukan yang shohih. Kitab Ihya' Ulumuddin saja di klaim sebagai kitab legendaris yang kualitasnya nyaris setara dengan Al-Qur'an, hal ini dalam satu riwayat di akui oleh Ibnu Athoillah dan Ibnu Taymiah.
Jadi atas dasar apa lagi yang mengatakan bahwa aliran tasawuf itu menyimpang? Padahal inilah ajaran Rosululloh dan di rahasiakan itu. Nah berikutnya saya akan paparkan pada blog saya selanjutnya yang berjudul: Separuh Kantung Ilmu Rosululloh.
Wasallamu'alaikum warohmatulloh...
Sekian, terimakasih..
#SufiMuda
#LenteraHatiSangSufiMuda
#MuhammadJadmiko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar