Sabtu, 04 Maret 2017

SIROH SEJARAH

HAFAL AL-QUR'AN 30 JUZ DAN HADITS NABI SAW, TAK MENJAMIN MANUSIA MENDAPAT HIDAYAH MEMELUK ISLAM.

-siroh sejarah-

Kisah nyata ini di tuturkan Habib Quraisy Baharun bin Qosim Baharun, Cirebon, dari kisah perjalanannya pada tahun 1996.

Kala itu pesawat melintasi daratan Afrika. Di antara penumpangnya adalah Habib Quraisy dan seorang ibu Tua sekitar 65-70 tahun berpenutup jilbab, terduduk di samping, bersebelahan dengan sang Habib. “Dimana asal Anda?” Tanya ibu tua tersebut. Mengetahui Habib Quraisy orang Indonesia, dia mengajaknya berbahasa Indonesia dan amat fasih sekali berbahasa Indonesia. Ibu tua itu tersenyum bijak sambil berkata “Saya 'alhamdulillah’ menguasai sebelas bahasa dan 20 bahasa daerah”.

Ibu tua mulai mengupas pembahasan Al-Qur’an dengan indah dan mahir.
Habib pun penasaran atas kehebatannya menjelaskan bahkan menafsirkan Al-Qur’an di depan sang Habib, “apakah ibunda HAFAL AL-QUR’AN ?” Tanya Habib. Beliau (ibu tua) jawab “Ya, saya telah menghafal Al-Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al-Qur'an sehingga saya berusaha menghafal tafsir kitab 'Jalalain' dan saya pun hafal”.

Tidak sampai di situ saja, Ibu tua itu melanjutkan bicaranya: “namun Al-Qur’an harus bergandengan dengan Hadits. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal Hadits Muhammad saw tentang hukum sehingga saya hafal kitab Hadits Bulughul Marom di luar kepala”.

Lanjut lagi celoteh sang ibu tua: “lantas saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada 'Fadhailul Amal', maka saya pilih kitab "Riyadhus Sholihin' untuk saya hafal dan alhamdulillah saya hafal”. Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.

Ibu itu kembali bertutur: “di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cenderung pada tasawuf sehingga saya pilih kitab 'Ihya Ulumuddin' dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya.
Saking seringnya saya baca 'Ihya Ulumuddin' sampai-sampai pada 'Bab Ajaibul Qulub' saya hafal di luar kepala”.

Habib Quraisy terperangah melihat kehebatan dan luarbiasanya ibu itu. Namun karena tidak percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba tes kebenaran perkataannya. Apakah benar ia telah hafal Al-Qur’an? Apakah benar ia menguasai tafsir 'Jalalain' tentang 'Asbabun Nuzul' dan 'Qaul Ibnu Abbas'? Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata benar ibu itu hafal Al-Qur’an bahkan mampu menjawab tafsirnya dengan mahir dan piawai.

Ketika Habib mengangkat permasalahan 'Ihya Mawat' yang ada dalam kitab 'Bulughul Maram' ibu tua itu pun menjabarkannya cukup jelas.

Ketika Habib membahas tentang Hadits 'Riyadhus Sholihin' maka ibu tua itu menyebutkan sesuai apa yang disebutkan dalam kitab 'Dalailul Falihin' sebagai syarah kitab Hadits tersebut.

Dan lagi, ia menjelaskan masalah psikologi hati berbasis kitab 'Ihya Ulumuddin' pada pasal 'Ajaibul Qulub'. Kembali Habib di buat heran akan kehebatan ibu tua itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Pesawat akan mendarat di Airport. Ibu itu mengambil tasnya yang ada di kabin pesawat. Karena sudah merasa kenal dan akrab. Habib membantu menurunkan 3 buah tasnya ke lantai pesawat.

Subhanallah...

Saat ibu itu menunduk untuk mengambil tasnya ternyata keluar dari balik jilbabnya seutas kalung salib.

Seperti petir menyambar di siang hari, Habib Quraisy menunduk lemah. Ibu itu tersenyum: "akan kujelaskan padamu nanti di hotel.”
Habib akan transit selama sehari semalam, pun ibu tua itu. Maka di ruang tunggu dia tunjukkan nomor kamarnya kepada Habib dan berjanji bertemu di ruang lobbi restaurant.

Keduanya akhirnya bertemu. Kepada Habib Quraisy ia mengatakan: “Saya bukan orang Kristen, mengapa saya keluar dari Kristen? karena saya menganggap Kristen itu hanya dongeng belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristen, tapi kalung ini pemberian almarhumah ibu saya”.

Ia mengatakan bahwa Ia telah mempelajari Kristen, Hindu juga Islam. Ia mengungkap ketertarikannya mengenai keagungan yang ada di balik wahyu Allah SWT dan Hadits Nabi Muhammad saw.
“Ibu apa agamanya sekarang?” Habib bertanya.
Dia (ibu itu) katakan: "saya tidak beragama".

“Andai ibu masuk Islam, begitu mengucapkan syahadat, ibu akan langsung dapat titel ulama”.
Karena demikian luas ilmu yang dimiliki kata Habib.

Ia menjawab:
"Mungkin karena saya belum mendapat hidayah dari Allah".

Habib Qurasy merasa bersyukur penuh kepada Allah SWT, bagaimana orang seperti dia yang sudah hafal Al-Qur’an dan lain sebagainya belum Allah izinkan untuk beriman kepada-NYA.

Sementara kita tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah SWT untuk jadi seorang muslim.

Demikianlah kisah ini agar di jadikan i'tibar.

Semoga kisah ini dapat benar-benar diambil i'tibar betapa bersyukur kita dianugrahi iman dan Islam...dan agar semakin bertambah kuat sampai ajal menjemput, sehingga kita termasuk orang yang husnul khotimah.
Aamiin...Yaa Robbal 'alamiin...

Ibu tua itu di ketahui bernama ANNE MARIE SCHIMMEL, ahli terkemuka dalam literatur Islam dan mistisisme (tasawuf), berkebangsaan Jerman, sebagai professor mengajar di 3 Universitas terkenal di 3 Negara berbeda, dikenal memiliki ingatan fotografis. Wafat tahun 2003 di usia 80 tahun, entah bagaimana tentang keimanannya di akhir hidupnya.
Wallahu a'lam bish-showab...

Point-point:
BETAPA MAHALNYA HIDAYAH, SETINGGI-TINGGINYA ILMU, SELUAS-LUASNYA PENGETAHUAN, DAN SEDALAM-DALAMNYA PEMIKIRAN. SEKUAT-KUATNYA HAFALAN TENTANG AL-QUR’AN 30 JUZ DAN HADlTS SEKALIPUN TIDAKLAH MAMPU MENGGAPAI HIDAYAH.

KARENA HIDAYAH DATANGNYA DARI RAHMAT ALLAH.
SEBAGAIMANA SEORANG HAMBA MASUK SURGA KARENA RAHMAT-NYA.

Tidaklah cukup hafal Al-Qur'an dan hadist.

MasyaAllah...

Sujud syukur ku pada Mu Yaa Rabb...atas nikmat hidayah ini...

#KeepIstiqamah

Baca, renungkan, dan pahami...betapa beruntungnya kita ini...
Alhamdulillah...

#SufiMuda

Sumber: Dari berbagai literatur dan sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar