Jumat, 10 Maret 2017

SEJARAH RADEN PATAH VERSI DAN SUMBER BUKTI OTENTIK

SEJARAH DAN NASAB RADEN PATAH (RADEN FATTAH SULTAN DEMAK)


Mukadimah Sang Sufi Muda:

Assalamu'alaikum ikhwal di mana saja berada dan penikmat serta pecinta setia blog "Sya'ir Cinta" dimanapun berada yang semoga selalu dirahmati Alloh SWT. Berikut ini saya hanya mencopas (copy paste) dan merapihkan (sedikit menyunting) tulisan-tulisan dari sumber blog yang saya temukan tentang sirroh sejarah Raden Patah Demak. Karena saya sendiri adalah pecinta dari seluruh sejarah Islam yang otentik. Dan memang saya paham betul di antara beberapa cerita (sirroh sejarah), ada oknum-oknum yang ingin mengkaburkan sejarah! Saya tidak akan bahas siapakah oknum tersebut. Namun point yang kita dapat petik adalah, bahwa sangatlah penting kita itu dalam menjalani kehidupan ini agar sedikitnya tahu/mengetahui tentang sejarah. Bahkan sejarah Para Wali 9 pun sempat ingin di kabur-kaburkan agar anak cucu kita kelak tidak mengenal lagi sejarah. Namun usaha tersebut dapat dengan mudah terbantahkan karena kuatnya bukti-bukti yang ada dan terhampar di seluruh belahan bumi Nusantara adalah bukti peninggalan Para Wali 9. Entah itu berupa adat istiadat, budaya, cerita para orang tua kita, tempat-tempat ibadah dan silsilah garis keturunan yang sampai saat ini masih terjaga. Bahkan ke-Islam-an kita hari ini adalah bukti kuat bahwa dahulu ada sekumpulan para Wali/Auliya Alloh, yang selalu berjumlah 9 yang meng-Islam-kan nenek, nenek, nenek, neneknya nenek kita dahulu. Sampai pada kita saat ini lahir dalam ke-adaan Islam. Alhamdulillah...semoga ke-Islam-an kita tidak hanya pengakuan belaka dan kita senantiasa mendapat hidayah dari Alloh SWT agar Islam kita di terima di sisi Alloh SWT hingga mencapai keridho Alloh melalui setitik rahmat dan syafa'at Nabi Agung Muhammad SAW. Aamiin ya robbal 'alamin...

Berikut adalah sajian sirroh sejarah singkat Raden Patah Demak. Dan beberapa bukti otentik yang akan di tampilkan oleh sumbernya:


13 Juli 2010 pukul 13:58

"Tulisan ini hanya sekedar mencoba menjelaskan versi sejarah dan nasab Raden Fattah / Raden Patah yang berdasarkan penelitian penulisnya dan di anggap mendekati kebenaran / kevalidan lantas di-sharing."

 

I. Oleh: Habibullah Ba-Alawi Al-Husaini

Dalam Forum diskusi Group Majelis Dakwah Wali Songo.

http://www.facebook.com/topic.php?topic=112&post=255&uid=120689947966448#post255

 

SUMBER DATA RADEN FATTAH MENURUT PARA ULAMA' DAN HABAIB.

[Data Sejarah Dari Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar dan Al-Habib Bahruddin Azmatkhan Ba’alawi.]

 

Sumber data yang benar dan telah disepakati oleh para Ulama' Islam adalah bahwa:

1. Raden Fattah adalah murid dan menantu Sunan Ampel.

2. Raden Fattah adalah Sayyid.

 

Bukti ke-Sayyid-an Raden Fattah, adalah:

1. Dinikahkan dengan Syarifah Asyiqah binti Sunan Ampel. Dalam perspektif ilmu Fiqih Munakahat dan Kafa'ah Syarifah. Maka seorang Syarifah hanya pantas menikah dengan Sayyid. Mengenai hal ini para ulama' 4 Madzhab sepakat, bahwa Syarifah seharusnya menikah dengan Sayyid.

 

2. Berdasarkan beberapa kesaksian dari para Ulama' dan Habaib. Dijelaskan bahwa: Menurut Sayyid Bahruddin Ba'alawi, dan juga almarhum Habib Muhsin Al-Haddar dan Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar Banyuwangi menjelaskan bahwa "Silsilah Raden Fattah" mengalami pemutar balikan sejarah. Tokoh orientalis yang telah memutarbalikkan sejarah dan nasab Kesultanan Demak adalah Barros, Hendrik De Lame dll. Mereka ini adalah Orientalis Belanda yang berfaham Zionis.

 

Berikut adalah silsilah Raden Fattah sampai kepada Rosululloh SAW: 

Ayah Raden Fattah adalah Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam ) ibni Jamaluddin Al-Husain ( Sayyid Hussein Jamadil Kubra) ibni Ahmad Syah Jalal ibni Abdullah ibni Abdul Malik ibni Alawi Amal Al-Faqih ibni Muhammad Syahib Mirbath ibni ‘Ali Khali’ Qasam ibni Alawi ibni Muhammad ibni Alawi ibni Al-Syeikh Ubaidillah ibni Ahmad Muhajirullah ibni ‘Isa Al-Rumi ibni Muhammad Naqib ibni ‘Ali zainal Abidin ibni Al-Hussein ibni Sayyidatina Fatimah binti Rosululloh Shollollohu 'Alaihi Wasallam.

 

Ayah Raden Fattah yaitu Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ini menikah dengan Putri Brawijaya V (Bhre Kertabhumi).

 

Jadi pernikahan ini sesuai dengan Syariat Islam, karena seorang sayyid yaitu Sultan Abu Abdullah menikahi putri Brawijaya dan mengislamkannya.

 

Panggilan "putra" Brawijaya terhadap Raden Pattah. Bukan berarti dalam artian anak. Akan tetapi dalam bahasa JAWA. Kata "putra" dapat dipakai untuk memanggil anak, cucu, cicit dan keturunan dengan sebutan "putra".

 

Dalam catatan besar beberapa rabitah yang ada di Indonesia serta beberapa catatan para Habaib dan Kyai ahli nasab diriwayatkan bahwa:

 

Sayyid Abu Abullah (Wan Bo atau Raja Champa) memiliki istri:

1. Isteri Pertama adalah: Syarifah Zainab binti Sayyid Yusuf Asy-Syandani (Pattani Thailand) melahirkan 2 anak laki-laki: yaitu:

a. Sayyid Abul Muzhaffar, melahirkan para sultan Pattani, Kelantan lama dan Malaysia.

b. Sayyid Babullah, melahirkan Sultan-Sultan Ternate.

 

2. Isteri kedua adalah Nyai Rara Santang binti Prabu Siliwangi Raja Padjajaran, melahirkan 2 anak, yaitu:

a. Sultan Nurullah (Raja Champa).

b. Syarif Hidayatullah (Raja Cirebon) bergelar Sunan Gunung Jati.

 

3. Istri ketiga adalah Nyai Condrowati binti Raja Brawijaya V, melahirkan 1 anak yaitu: 

a. Raden Patah yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fattah. Gelar Akbar dinisbatkan pada gelar ayahnya yaitu Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam ) ibni Jamaluddin Al-Husain ( Sayyid Hussein Jamadil Kubra atau Syekh Maulana Al-Akbar).

 

Cerita yang wajib diluruskan adalah:

1. Menurut versi "Babad Tanah Jawi", bahwa Raden Patah anak dari Brawijaya V yang menikahi Syarifah dari Champa yang bernama Ratu Dwarawati.


Sanggahan kami mengenai hal itu sebagai berikut:

Dalam ilmu Fiqih Islam, hal ini penghinaan terhadap Syarifah, karena tidak mungkin seorang Syarifah dinikahkan kepada Raja Hindu. kalau pun toh masuk Islam. Maka tidak mungkin Syarifah menikah dengan seorang muallaf. Itu bisa saja terjadi namun kemungkinannya sangatlah kecil!

 

2. Menurut kronik Cina dari kuil Sam Po Kong (Semarang), Ibu Raden Patah adalah Selir Brawijaya dari Cina. Lalu selir tersebut dicerai dan dinikahkan kepada anak Brawijaya yang menjadi Adipati Palembang.

 

Sanggahan kami mengenai hal itu sebagai berikut:

Jelas sekali kisah ini bertentangan dengan Syari'at Islam. Dan tidak layak dinisbatkan kepada ibu dari Raden Patah. Haram hukumnya istri dari ayah meskipun telah dicerai dinikahkan dengan anak yang lain.

 

 

Note by: Nurfadhil Azmatkhan Al-Husaini dengan tulisan ini menunjukkan pula bahwa:

1. Walisongo dan kerabat pada masa lalu juga kerap kali menjaga dan mengutamakan kafa'ah.

2. Meluruskan pula sejarah Sunan Gunung Jati yang selama ini nasabnya benar dan jelas namun dikisahkan sebagai putra Raja Mesir Abdullah. Padahal Abdullah merupakan Raja Champa seperti data di atas; Hal ini dikarenakan. Sunan Gunung Jati sebagai putra seorang Raja, ketika berdakwah ke Nusantara, sebelumnya sempat belajar dan berdakwah dari Mesir. Sehingga disangka sebagai putra Raja Mesir. Tentu hal ini sudah kami cek dalam sejarah daftar penguasa Mesir pada jaman itu, tidak tercatat dalam sumber manapun bahwa nama Syarif Abdullah. Sedangkan dalam sejarah Melayu, Pattani & Champa, hal ini dikenal jelas dan diakui Ulama ahli nasab. Penulisan kisah Sunan Gunung Jati sebagai putra Raja Mesir berasal dari distorsi komunikasi mulut ke mulut yang kemudian dicatat dalam "Babad" sekitar 200 tahun kemudian dari masa kehidupan Sunan Gunung Jati. Dan kemungkinan besar terkait dengan campur tangan penjajah dalam mengaburkan sejarah para penyebar Islam Nusantara.

 

Bersambung ke Sharing Kajian Nasab mengenai "Sayyid Raden Patah" dapat anda lihat di Azmatkhan Part 2 yang dapat anda lihat dan klik pada link di bawah ini:

http://www.facebook.com/note.php?created&&note_id=175624429123931&id=107470385958117


Mengenai:

II. BUKTI, DATA DAN ARGUMEN YANG MENDUKUNG BAHWASANYA RADEN PATAH ADALAH SAYYID AZMATKHAN.

 

III. Konsekwensi bila kita tidak menerima Raden Patah sebagai Sayyid Azmatkhan.

(oleh: Nurfadhil Azmatkhan Al-Husaini):

 

 

DAN BERIKUT INI ADALAH BANTAHAN LANGSUNG DARI TUBAGUS NURFADHIL AL-ALWI AL-HUSAINI ATAS PENELITIANNYA DIATAS:

 

BANTAHAN TUBAGUS NURFADHIL AL-ALWI AL-HUSAINI TERHADAP HASIL PENELITIANNYA SENDIRI TENTANG:


Sharing Kajian Nasab mengenai Sayyid Raden Patah Azmatkhan (Part 2):
 

STOP (HENTIKAN) MEREKAYASA NASAB DAN MERUSAK SEJARAH KELUARGA BESAR SUNAN GUNUNG JATI BIN SULTAN ABDULLAH UMATUDDIN DENGAN MEMALSUKAN NASAB RADEN PATAH YANG DI NISBATKAN KE KELUARGA BESAR KESULTANAN CIREBON DAN KESULTANAN BANTEN TANPA DI DUKUNG DATA SECUIL PUN DAN BUKTI SECUIL PUN YANG LEBIH TUA DIBANDING MILIK KESULTANAN CIREBON!!!

 

"Waspada dengan para perusak nasab dan perusak sejarah untuk mengacaukan sistem kekerabatan keluarga Walisongo."

 

Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini: @Ealkhani Alkhani: "Makanya sudah kami sampaikan niat baik berkali-kali...kalau memang ada data primernya silahkan ditunjukkan baik-baik supaya bisa diteliti dan dikaji bersama-sama. Dan kalau belum ada data primernya ya harap maklum kalau ada yang tidak/belum menerimanya...ngurus nasab sampai ke Rosululloh SAW bukan perkara mudah dan main-main, namun perlu tanggung jawab besar. Dan ke-tsiqoh-an serta bukti yang kuat serta sanad kesaksian yang jelas dan masyhur."


Ealkhani Alkhani: "Percuma saja anda menuliskan kalau nggak bisa memperlihatkan bukti otentik kuno, dan jangan sebut yang menulis Raden Patah sebagai putra Brawijaya V / Kertabhumi adalah penulis non-muslim...jangan sampai anda terjebak mengkafirkan orang. Tokoh-tokoh kuno seperti Pangeran Arya Cirebon, Pangeran Wangsakerta dll… turunan Sunan Gunung Jati tahun 1600-an dan tahun 1700-an menuliskan tentang hal itu, kalau ada manuskrip yang sejaman atau lebih kuno menuliskan nasab Raden Patah sebagai bin Abdullah, baru bisa menjadi pertimbangan. Kalau tentang gelar sayidin panatagama...maupun shah dll, memang bisa mengindikasikan beliau turunan ahlul bait tapi belum tentu sebagai sayyid...karena kalau sayyidin panatagama...bukan gelar kezuriyatan tapi gelar sebagai pemimpin Nusantara yang menggunakan dasar agama Islam…jadi tolong sampaikan dengan kelompok anda termasuk Kyai Shohibul Faroji...silahkan punya keyakinan itu tapi jangan memaksakan kehendak...kalo mau ber-argumen, ayo di dunia nyata tunjukkan bukti otentik data manuskrip kuno...karena yang punya sanad ilmu nasab sampai ke Rosul SAW tidak hanya beliau…afwan…


Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini: @Ealkhani Alkhani. "Jangan jauh-jauh pula ngomongin nasab ayah Raden Patah...ibunya saja sebagai Syarifah Zaenab tidak berdasar manuskrip kuno yang ditulis pencatat Muslim…dari mana dasarnya? Catatan siapa, dari tahun berapa? Mana data otentik kuno yang dapat diperlihatkan? Jangan cuma dengan dasar menebar opini saja di internet…maaf saya menghargai perbedaan pendapat tapi harus dengan dasar argumen bukti yang kuat…kalo belum kuat...tolong jangan gegabah...saya pun jadi lebih berhati-hati saat ini tentang ilmu nasab. Karena tanggung jawabnya besar dan takut salah dan jadi dosa."


Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini: @Ealkhani Alkhani. "Dan satu lagi yang perlu saya luruskan dan nanti ana buka data…Babullah Ternate bukan bin Syarif Abdullah dan bahkan bukan keluarga Azmatkhan…ada distorsi di sini...data primer di Ternate tidak ada menyebutkan silsilah ke Azmatkhan…ada distorsi kesamaan nama yang disangka peneliti sebelumnya sebagai satu jalur padahal beda jalur dan beda jaman…inilah yang kita para peneliti perlu lebih hati-hati."


Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini: @Afwan...saya luruskan sedikit info Nyi Mas Sekar Kencanalarang, putri tertua Raden Patah adalah Ratu Ayu Kirana Purnamasidi lahir tahun 1400 saka. Istri Maulana Hasanudin Banten, sedangkan Ratu Pembayun lahir 1408 saka istri dari Pangeran Jayakelana bin Sunan Gunung Jati. Lantas meninggal dan dinikahi Fatahillah yang berpoligami menantu Sunan Gunung Jati sekaligus menantu Raden Patah. Adapun betul Ratu Mas Nyawa lahir 1410 saka betul menikah dengan Prabu Bratakelana. Kemudian dengan Prabu Pasarean Cirebon bin Sunan Gunung Jati...hal ini membuat kekerabatan Raden Patah dengan jalur Banten dan Cirebon teramat dekat…Ealkhani Alkhani sehingga kami tidak bisa secara sembarangan dengan pendataan jalur ini…Andai betul nasab Raden Patah bin Syarif Abdullah...mustahil keturunannya jalur perempuan Raden Patah mengingkari nasab bliau…namun ternyata tidak ada data otentik kuno yang berhasil kami temukan menyebutkan tentang hal ini. Sehingga saya pun yang tadinya sempat menduga ini dan sekedar menyiarkan pendapat KH. S. Faroji…kembali mempertanyakan tentang sumber data otentik yang valid akan hal ini…maaf."


Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini: @Nyi Mas Sekar Kencanalarang dan Ealkhani Alkhani. "Andai ada yang nyebut Syarifah Zaenab putri Sunan Ampel...itu juga distorsi...karena versi saudara Faroji, Zaenab bukan putri Sunan Ampel tapi saudara dari Sunan Ampel yang nasabnya bin Ibrahim Asmara...namun demikian berdasar naskah kuno Dwarawati yang salah di-aliaskan dengan Zaenab bin Ibrahim Asmara, istri Brawijaya V bukan demikian hubungannya yang betul, Dwarawati adalah bibi Sunan Ampel, alias adik ipar Ibrahim Asmara…dan sekaligus ibu tiri Raden Patah karena Raden Patah ibunya bukan dari Dwarawati Champa tapi dari Cina yakni Siu Banci…meski secara fisik Champa dan Cina mirip...tapi dari penamaan jelas beda…dan Raden Patah memiliki nama Cina yaitu 'Jin Bun'. Tapi tidak memiliki nama Champa...sebagaimana Syarif Abdullah yang ber-nama Champa Bo Teri-Teri / Wan Bo…ini bukti bahwasanya Raden Patah jalurnya lebih dekat bukan ke Champa tapi ke Cina, meski Raden Patah juga memiki leluhur nenek buyut dari Champa yakni Dyah Kirana adik ipar Syeikh Jumadil Kubro…(nama Champa ada 2 versi ke-hinduan/sansekerta dan ke-bahasa kamboja-an)."


Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini: @Nyi Mas Sekar Kencanalarang dan Ealkhani Alkhani. "Wa'alaikum sallam warohmatullohi wabarokatuh, kembali seperti kita bahas...ayah tiri Raden Patah adalah R. Arya Dillah / Arya Damar sedangkan dalam manuskrip kuno juga catatan penulis Islam ayah kandungnya adalah Kertabhumi / Brawijaya V, jadi tidak ada menyambungkan nasab Raden Patah ke ayah tirinya. Kalau antum menyebutkan Brawijaya V adalah ayah tiri dan ayah kandung Raden Patah ke Syarif Abdullah...kembali kami tanyakan mana bukti kuatnya? Sudah kami sebut kami pun turunan beliau andai kandungnya ke beliau mustahil keluarga kami nggak tahu dan nggak ngakuin."


Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini: @Nyi Mas Sekar Kencanalarang dan Ealkhani Alkhani: "Betul pula yang dinyatakan Nyai…bahwa Pati Unus / R. Surya / Pangeran Sabrang Lor…itu bukan menantu Raden Patah, tapi beliau adalah anak Raden Patah yang lahir tahun 1402 saka...istri-istri Pati Unus betul yang dikatakan Nyai…Ratu Ayu / Wulung Ayu binti Sunan Gunung Jati dan putri Kepala Wilayah Pulau Upih di Malaka…jadi tidak ada putri R. Patah dinikahi oleh Pati Unus…Yang ada, dinikahi oleh putra-putra Sunan Gunung Jati dan Fatahillah."


Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini: @Nyi Mas Sekar Kencanalarang dan Ealkhani Alkhani. "Saya akan buka data menurut manuskrip CPCN tahun 1720…putri Ibrahim Akbar / Ibrahim Asmara atau Syeikh Maulana Jatiswara (Ayah Sunan Ampel) yang menikah dengan Abdullah di Champa...dalam hal ini bukan Abdullah ayah Sunan Gunung Jati namun dengan Haji Abdullah Iman alias Pangeran Walangsungsang / Cakrabuana bin Prabu Siliwangi / Sri Baduga Maharaja Jayadewata...dan putri Ibrahim Asmara ini bernama Nyai Retna Rasajati…bukan Dwarawati Majapahit yang adalah bibi-nya. Pernikahan H. Abdullah Iman dengan Putri Ibrahim Asmara pun TIDAK menurunkan Raden Patah…melainkan menurunkan 7 putri yakni: 1). Nyai Laraskonda. 2). Nyai Lara Sejati. 3). Nyai Jatimerta. 4). Nyai Jamaras. 5). Nyai Mertasinga. 6). Nyai Cempa. 7). Nyai Rasamalasih. Jadi tolong jangan ada pembaruan data…karena data keluarga kami insyaAllah relatif lengkap."

#Kami Sertakan Bukti-Bukti Ranji Silsilah Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten yang menolak pemalsuan nasab diatas.

Ya ikhwal, di atas itu adalah hasil percakapan pada kolom komentar antara dari pihak pengarang cerita dengan salah seorang pengamat yang juga masih nasab atau garis keturunannya langsung Raden Patah. Wallohu a'lam bish-showab. Setidaknya kita juga dapat berperan dalam menghargai sejarah. Segala bentuk sejarah Islam saya sangat cinta dan saya suka sekali belajar dari sejarah. Seperti pada blog saya sebelumnya Sya'ir Cinta bahwa bagi saya pribadi belajar sejarah adalah banyak sekali manfaatnya. Yaitu salah satunya, dapat menumbuhkan serta memupuk ke-imanan kita kepada Alloh SWT. Walaupun banyak sekali versi tentang cerita-cerita sirroh sejarah. Contohnya saja sejarah versi astana Jawa dan astana Cirebon tentulah versinya berbeda-beda. Sebagai contoh sirroh sejarah tentang Prabu Kian Santang antara versi astana Jawa, Cirebon dan Pasundan juga pasti berbeda-beda. Namun tidaklah sebuah perbedaan tersebut menyulutkan niat kita untuk belajar sejarah. Malah terkadang perbedaan sejarah itu malah sedikitnya menambahkan sedikit wawasan lain dan akan memperkaya ilmu pengetahuan kita. Yang terpenting itu bukan pada masalah perbedaannya. Namun kita bersikap netral saja dalam mempelajarinya. Tabayun! Nanti kita insyaAlloh malah akan bisa memisahkan bahwa ini sejarah yang kabur (melenceng jauh dari berbagai versi). Ini sejarah versi 1 dan 2 dan 3. Itu akan dengan sendirinya kita dapat mengetahui jika sikap kita dalam belajar sejarah itu "nggak sok tahu", jadi inti dari berbagai versi itu sebetulnya sama! Malah tambahan-tambahan itu seperti sebelumnya saya katakan malah akan memperkaya wawasan kita. Nah, blog saya ini fa insyaAlloh sudah saya wakaf-kan pula ke jalan Alloh sama seperti hidup saya. Jadi blog saya (blog kita bersama) hanya akan memproduksi apa-apa postingan yang bermanfaat untuk mencerdaskan umat Nabi Muhammad SAW, juga sebagai ladang amal untuk menebar as-Sunnah, menegakkan Syari'at Nabi Muhammad SAW, berbagi ilmu, dan juga menanam serta memelihara tauhid dan memurnikannya. Yang tujuan intinya adalah satu juga yaitu Mencari Keridhoan Alloh SWT. Semoga kita semua akan mencapai Keridhoan Alloh SWT, aamiin ya Robbal 'alamin.


Berikut saya akan nukilkan juga masih seputar sirroh sejarah Raden Patah yang mana mungkin juga isi kandungannya adalah sejarah versi yang lainnya pula. Yang di sampaikan oleh ketua MUI Demak pada saat Haul Akbar beberapa tahun lalu. 


Manaqib / Sejarah Singkat Sultan Fatah

Pada tanggal 4 Mei 2012 bertepatan tanggal 13 Jumadil Akhir 1433 H. Diadakan Haul Akbar Sultan Fatah yang ke 509 H. Pada kesempatan itu dibacakan manaqib (sejarah) singkat beliau. Pembacaan sejarah ini dilakukan oleh KH. Drs. M. Asyik ketua MUI Demak, beliau juga Wakil Bupati Demak periode 2006 - 2010. Di bawah ini adalah teks bacaan sejarah singkat Sultan Fatah. Adapun rekaman suaranya dapat diunduh di sini (host di 4shared.com) atau di sini (mediafire.com).

Raden Fatah lahir pada tahun 1448 M bertepatan dengan 1570 saka. Ibunya lebih senang memanggil dengan nama Yusuf. Raden Fatah adalah seorang trah bangsawan dari Raja Majapahit yang ke-11 yaitu Raden Kerta Bumi atau Prabu Brawijaya ke-5. Nama ibunya Putri Champa. Nama kecil Raden Fatah adalah Pangeran Jimbun, dan oleh Adipati Ario Jamas atau Sapu Alam di Palembang diberi nama baru Raden Hasan, pada saat usia 14 tahun dia berkelana merantau ke Pulau Jawa dan bertemu seorang, serta berguru dengan para Wali khususnya Kanjeng Sunan Ampel di Surabaya sehingga dia diberi nama Raden Fatah.

Atas petunjuk dan bimbingan para Wali, Raden Fatah bersama santri serta masyarakat membangun sebuah masjid yang sekaligus menjadi pesantren di wilayah Glagah Wangi, Bintoro. Sehingga menjadi cikal bakal berdirinya Masjid Agung Demak dengan ditandai Candra Sengkala atau prasasti yang bermakna tahun 1475 M. Pada saat itu pula Raden Fatah ditunjuk sebagai mubaligh menggantikan Syaikh Maulana Jumadil Kubra yang wafat dan dimakamkan di Trowulan Mojokerto, Jawa Timur.

Prabu Brawijaya ke-5 dari kerajaan Majapahit yang berkuasa pada saat itu memberi anugerah jabatan kepada Raden Fatah sebagai Adipati dengan gelar Adipati Nata Praja yang berkedudukan di Glagah Wangi Bintoro tahun 1477 M.

Raden Fatah selaku Adipati Nata Praja di Glagah Wangi Bintoro oleh para Wali dinilai sangat berhasil dalam membangun pemerintahan dan menjadi panutan dan abdi seorang satria yang tampan cerdas santun serta bersahaja dan halus budi pekertinya.

Di samping dengan cepat dapat menguasai berbagai disiplin ilmu yang diajarkan para Wali. Oleh karena itu Majlis Wali 9 secara bulat mengambil fatwa dan memutuskan untuk mengangkat Raden Fatah serta mengijinkan menduduki tahta kerajaan Islam di Pulau Jawa, yang berkedudukan di Bintoro Demak pada tahun 1478 M dengan gelar atau sebutan Sultan Raden Abdul Fatah Al Akbar Sayyidin Pranotogomo. Tahta kerajaan Islam ini berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan reaksi dari Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1479 M setelah setahun menduduki kerajaan Islam di Jawa, beliau membersihkan Purnapugar Kesultanan Bintoro yang sekarang diberi nama Masjid Agung Demak dengan ditandai prasasti bergambar bulus. Ini merupakan Candra Sengkolo Memet “Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401 saka atau 1479 M.

Sultan Raden Abdul Fatah Sayyidin Pranotogomo adalah Amirul Mukminin yang alim, adil serta bijaksana. Beliau memegang pemerintahan selama 40 tahun mulai 1478 sampai 1518 M . Setelah wafat dilanjutkan Pangeran Patiunus putra pertama Raden Fatah pada tahun 1518 - 1521 M atau selama 3 tahun. Selanjutnya pemerintahan dilanjutkan oleh adiknya yaitu Raden Trenggono yang memerintah selama 25 tahun terhitung dari tahun 1521 - 1546 M.

Kemudian setelah selama 14 tahun Kesultanan Bintoro terjadi kekosongan kepemimpinan karena terjadi perselisihan kerluarga, yang akhirnya Raden Hadiwijaya memegang tampuk pemerintahan mulai 1560 sampai 1582 M. Atas dasar nasehat Wali Songo guna mengakhiri konflik keluarga disarankan agar pusat pemerintahan dipindah di Pajang. Maka oleh Sultan Hadi Wijaya, pemerintahan atau Kerjaan Demak akhirnya dipindahkan ke daerah Pajang.

Adapun keturunan Raden Fatah: 

1. Pangeran Patiunus.

2. Pangeran Purwa Wiyata biasa disebut Pangeran Sekar Sido Lepen.

3. Ratu Emas Panembahan Banten. 

4. Istri Raden Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. 

5. Pangeran Trenggono, yang menjabat Sultan Demak ke-3.

Demikianlah sejarah singkat Sultan Abdul Fatah Al Akbar Sayyidin Pranotogomo berserta keluarganya, semoga Alloh SWT memberikan Rahmat Taufik serta hidayahnya kepada beliau. Dan kita sebagai generasi penerus dapat melanjutkan dan mempertahankan nilai sejarah yang beliau tinggalkan / wariskan sehingga Demak sebagai kota Wali menjadi sentral kemajuan bangsa Indonesia amin ya Robbal 'alamin.


NB Sufi Muda: Jika ada kesalahan penulisan ulang dari suara rekaman, mohon di koreksi karena saya terkadang kurang jelas mendengar pada bagian-bagian tertentu. Terima kasih. Saya tidak menyunting atau menambah-nambahkan. Saya hanya sekiranya menyunting perihal penulisan yang berkaitan tentang ilmu adab! Contoh tulisan "ralulullah" maka saya ganti dengan "Rosululloh" karena ini ada kaitannya dengan ilmu adab! Terkadang ada beberapa penulis itu tidak sama sekali tahu ilmu adab atau mengkesampingkan ilmu adab atau mahroj pembacaan yang benar dari teks asli huruf arab. Terkadang saya ketawa sendiri ada seorang penulis yang menyajikan percakapan dengan Baginda Agung Muhammad SAW tanpa adab malah seenaknya di tulis seperti perkacapak anak-anak TK. Percakapan para sahabat tercinta dengan Baginda Nabi SAW seperti percakapan anak-anak TK. Lucu tapi bikin greget! Entah ga tau adab atau ga kenal adab atau menyepelekan. Saya pun nanti harus menyunting ulang seluruh postingan saya yang mana sekiranya masih di rasa kurang adab atau mahroj yang benar. 


Ya ikhwal, sekian dulu sirroh sejarahnya tentang Raden Patah Demak. Saya masih ada keperluan lain dengan Alloh SWT. Ya semoga ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat. Minimal dengan ikhwal menikmati sedikit-sedikit sajian saya setidaknya saat itulah ikhwal semua berdzikir kepada Alloh SWT dan mengingat-ingat Alloh dan Rosul Nya. Saat itulah keberkahan hidup anda turun. Aamiin...


#SufiMuda

1 komentar:

  1. maaf..Saya baru "berziarah ke makam " istri Raden fattah di pagar batu lahat. Sumsel
    . apakah itu di akui benar sbg istri Beliau

    BalasHapus