Sabtu, 04 Maret 2017

HAKIKAT KEHIDUPAN

Mukadimah Sang Sufi Muda:

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh...ikhwal di mana saja berada yang semoga selalu dalam naungan perlindungan Alloh dan semoga mendapat rahmat Alloh. Kenapa saya katakan demikian, karena itu adalah bentuk dari pada harapan dan do'a, dan karena begitu sulitnya kita ini dalam menempuh kehidupan di dunia menjadi seseorang yang di akui oleh Alloh sebagai seorang 'hamba'. Di situlah terletak keberkahan maghfiroh dan rahmat Alloh. Tidak ada seseorang pun yang akan di masukkan ke dalam Surga Alloh karena dia bersih dari dosa-dosa. Dan tidak ada seorang pun yang di masukkan ke dalam Surga Alloh karena dia suci. Kesucian hanyalah milik Alloh.
Alloh sendiri yang menyatakan bahwa Dia-lah YANG MAHA SUCI.
Berarti kesucian ini adalah milik Alloh, kesucian ini adalah pakaian Alloh. Mana pantas seorang manusia (atau seorang makhluk) mengenakan pakaian kebesaran Alloh. Padahal manusia adalah tempatnya segala kesalahan dan dosa-dosa, berarti jika di telaah dengan akal pikir kita yang terbatas. Maka kita mustahil akan masuk Surga kelak! Sangat mustahil (tidak mungkin!) 

Tapi Alloh mengatakan: "Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh, sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Alloh kecuali orang-orang kafir." Di situ tanpa Alloh nyatakan sendiri bahwa Dia memiliki Nama dan Sifat Ar-Rohman dan Ar-Rohim seharusnya sudah dapat kita ketahui bahwa betapa Alloh itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap setiap hamba-hambaNya.

Kemudian permasalahan yang muncul adalah, sudahkah kita menjadi hamba Alloh?

Menjadi seorang hamba yang benar-benar di akui oleh Alloh itu tidaklah mudah. Bahkan sangat sulit! Mana dan siapakah orangnya yang mengaku sebagai hamba Alloh, cobalah tunjukkan. Maka saya akan minta dunianya, artinya saya akan minta sedikit saja dari dunia yang ia miliki, jika seumpama dia berikan, berarti dia paham bahwa itu semua hanyalah titipan. Dialah hamba Alloh. Tapi jika saya minta dunianya saja tidak boleh, berarti maqomnya belum mencapai seorang hamba Alloh.
Katanya setiap sholat dia menyatakan bahwa sesungguhnya sholat ku, ibadah ku, hidup dan mati ku hanya untuk Alloh?
Apakah itu hanya pernyataan palsu dan persaksian palsu?
Wallohu waliyyut taufiq was sodood...

Demikianlah saya sendiri menyatakan bahwa saya belum mencapai hamba Alloh, maka saya nyatakan diri saya adalah sang sufi muda, arti dan maknanya luas sekali, sufi itu bisa di artikan sebagai pelaku thariqah tasawuf yang jalannya selalu berusaha suci mensucikan diri. Karena 'akal' saya berpikir: "Bagaimana saya dapat bertemu dengan Alloh Yang Maha Suci jika saya tidak wudhu (bersuci). Sementara diri ini terdinding dari hijab-hijab dosa dan najis yang senantiasa harus di bersihkan. Jika saya dalam keadaan kotor tapi ingin menjumpai Alloh berarti saya ini kurang adab? Sementara saya mau bertemu manusia saja saya harus membersihkan diri?"Jadi para sufi itu selalu berusaha suci mensucikan diri setiap waktu. Berarti saya belumlah mencapai maqom hamba Alloh. Jadi lebih cocok di sebut sufi. Dan karena masih muda, maka di sebut sufi muda. Saya tidak mau ujub karena ini kurang adab saya kepada Alloh, tapi ya wallohu a'lam bila ternyata Alloh mengangkat derajad saya jadi Wali Muda. #Guyon


Di dalam kesunyian dan ketenangan hati ini saya sering mendapatkan jawaban-jawaban setiap pertanyaan-pertanyaan saya pribadi. Dan saya selalu memohon ampun serta perlindungan kepada Alloh dari segala daya dan upaya campur tangan syaithon. Maka dari itu saya harus menempuh jalan yang lurus yang di ridhoi Alloh. Kuncinya haruslah tulus ikhlas dalam setiap apapun yang saya kerjakan karena Alloh Ta'ala. Dan Alloh sudah berjanji akan melindungi setiap hamba-hamba Nya yang tulus ikhlas beribadah, dari godaan dan campur tangan syaithon. Itu kunci yang saya pegang. Maka saya sering tabayun dan mentafakuri setiap perbuatan-perbuatan saya yang tidak ikhlas karena Alloh. "Jangan-jangan ada campur tangan syaithon?"


Entah kenapa saya di anugerahi oleh Alloh itu suatu ilmu yang mana dapat mengetahui hakikat. Bisa juga di bilang saya paham dan bisa mentafsirkan sendiri arti dalam bacaan Al-Qur'an, tapi yang jelas ini hanya ada di dalam bisikan hati, dan saya tidak boleh sembarangan mentafsirkan lalu kemudian saya buat dalil sendiri dengan arti yang berbeda dan keluar konteks. Itu namanya menyesatkan. Namun ini berbeda. Bagi saya semua yang ada di dalam Al-Qur'an itu hanyalah sesuatu kalamulloh yang tersurat. Namun ketika saya baca, ada perasaan bahwa ada semacam bisikan hati namun sangat begitu jelas, seperti suatu penjelasan dari apa-apa yang belum saya mengerti. Dan itu tiba-tiba terbisik begitu saja apa yang tersirat dari apa yang tersurat. Itulah hakikat. Artinya di dalam sebuah kata itu terdapat sebuah makna, dan di dalam makna masih ada makna lain. Itu di namakan hakikat secara dalil akal. Saya juga dapat mengetahui apa-apa yang ada di luar diri meskipun belum setajam orang-orang makrifat. Melalui alam dan sebagainya. Ada yang mengatakan bahwa alam adalah guru sejati, namun nyatanya saya temukan guru lain yang lebih sejati. Artinya saya sudah melampaui berguru dengan alam. Saya temukan diri saya adalah guru saya sendiri yang sejati. Namun lambat laun kenyataan itu pun pupus. Bahwa saya temukan Alloh itu sebagai guru yang sejati. Ini bukanlah filsafat atau suatu omong kosong. Dan bukan hanya saya yang dapat melakukan hal ini. Semua orang juga bisa menemukan sang guru sejati. Yaitu melalui pengosongan akal dan pikiran, kemudian satukanlah dengan hati. Proses penyatuan akal pikir dan hati ini tidaklah mudah. Di butuhkan suatu keheningan melalui proses berkholwat secara khusus. Katakanlah secara kasar 'bertapa', seperti Kanjeng Sunan Kali Jaga yang bertapa 4,5 tahun yang mulanya hanya di suruh menjaga tongkat milik gurunya Kanjeng Sunan Bonang. Karena saking ta'dzim-nya kepada guru dan berniat menggali ilmu dari sang guru maka ia laksanakan perintah sang guru hingga kemudian ia tertidur 4,5 tahun lamanya. 


Ah, itu kan bid'ah? Rosululloh SAW tidak pernah melakukan hal itu?

Rosululloh SAW sebelum beliau menerima wahyu dari Alloh melalui perantara malaikat Jibril. (Orang Nasrani bilang, si Gabriel). Beliau, Rosul SAW sering pergi menyendiri ke Jabal Nur dan Gua Hira untuk merenung (bertafakur, berkholwat, suluk dan tirakat, serta menempa diri) untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Begitu juga yang dilakukan Nabi Ibrahim AS, ia sering menyendiri hingga ia mendapatkan iman dan menemukan Tuhan yang pantas untuk ia imani dan ia sembah. 

Maka, dunia ini penuh dengan tipu daya. Awalnya saya mengutip kata-kata itu dari orang namun sekarang saya menganggukkan kepala dengan kata-kata itu. Di dunia ini manakah yang tidak paradoks? Semua itu paradoks. Dunia ini tipuan dan hanya berisi kepalsuan. Kita katakan oksigen itu sangat penting namun ternyata ia mematikan. Baru-baru ini ilmuan menemukan bahwa tanpa oksigen kita sebenarnya tidak akan menua dan keriput. Oksigen yang kita katakan penting ternyata itu membuat kita semakin tua dan lambat laun membunuh kita. Cinta itu membangkitkan tapi nyatanya cinta itu dapat membunuh. Maka dunia ini di penuhi dengan akal dan kita hanya berpikiran dengan akal-akal yang terbatas. Bukalah gerbang akal itu dan bukalah cakrawala itu agar kita tidak lagi di batasi oleh akal. Karena ketika kita sudah mencapai maqom naik ke sidratul muntaha, di sana sudah tidak ada lagi akal. Manusia selama ini di batasi oleh akal pikirnya sendiri. Orang akan hancur sehancur hancurnya selama ia meletakkan kepalsuan sebagai kebenaran. Bukti bahwa dunia ini paradoks juga di jelaskan oleh Alloh di dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153). Ayat di atas jika kita hanya mentelaah dengan akal pikir kita yang terbatas, maka kita akan memiliki asumsi bahwa Alloh juga berusaha menipu kita, bahwa kita di suruh menjadikan selain Alloh sebagai penolong. Apakah ini tidak paradoks? Padahal Alloh juga menyeru kita dalam ayat Nya untuk menyatakan bahwa: "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin." ("Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.") Ini artinya apa? Di butuhkan hati yang benar-benar bersih untuk mentafsirkan ayat dan kalamulloh. Artinya kita sudah tidak lagi menggunakan akal. Terkadang di butuhkan ilmu hakikat untuk mentafsirkan syari'at. Maka tidak akan sinkron bila syari'at tanpa hakikat. Begitupun sebaliknya hakikat tanpa syari'at. Alloh menghukumi orang yang demikian sebagai orang yang fasik, atau kafir zindik. Na'udzubillah summa na'udzubillah...semoga kita bukan termasuk yang demikian, aamiin ya Robbal 'alamiin.


Hakikat Penyembahan:

Demi Dzat yang membolak-balikkan hati manusia, dan aku berdo'a kepada Nya: "Tetapkanlah aku ini di dalam ke-imananku kepada Mu selama-lamanya..." 

Saya mengatakan: "Mari kita tegakkan amar ma'ruf nahi munkar agar Islam ini berdiri tegak di bumi Alloh." Itu saya hanyalah guyon, bercanda. "Dasar kafir!" Itupun saya juga hanya bercanda. Untuk apa saya mengatakan orang lain kafir? Karena saya sudah sedikitnya mengetahui lautan hakikat, maka itu semua hanyalah oasis. Hidup saya hanyalah 'ackting,' saya teriak "dasar kafir" mengatakan orang kafir itulah ackting saya. Jika tidak ada orang kafir bukanlah sebuah kehidupan, jika tidak ada orang jahat dan semua orang itu orang baik, maka tidak bisa disebut sebagai kehidupan. Ya inilah hidup, dan tidak harus semua itu mutiara. Saya teriak: "Mari tegakkan amar ma'ruf nahi munkar." Itu hanyalah ackting, karena peran saya sebagai muslim. Saya harus mendefinisikan sebagai umat Nabi Muhammad maka saya harus menegakkan syari'at dan menetapkan sunnatullah sebagai dasar hukum hidup saya. Walaupun hakikatnya, walaupun sejatinya saya tahu betul segala sesuatu itu sudah pada garis ketetapan dan ketentuan Alloh. Itulah yang di namakan Af'al Alloh. Saya tahu itu, tapi saya harus ber-ackting di dunia yang penuh dengan kepalsuan ini. Karena zhohirnya kotoran itulah yang terlihat, maka kesucian akan terlindung juga. 

Salah seorang sahabat Nabi bernama Abu Hurairah berkata: "Semakin tinggi yang ia capai, maka akan semakin tampak jelas kekurangan dan cela dalam dirinya."

Melalui hati yang suci dan bersih maka kita akan bisa tahu siapakah sejatinya yang kita sembah. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi kelak di padang mahsyar karena penyembahan palsu kita tidak di terima oleh Alloh, karena Alloh Maha Mengetahui setiap yang di kerjakan oleh hamba-hamba Nya. Selama ini kita hanya menyembah Nama Nya saja. Belum sampai menyembah yang sebenar-benarnya menyembah yaitu Dzat Nya. Mengenai hal ini saya tidak bisa panjang lebar karena tiba-tiba saya seperti terkunci. Jika penyembahan kita hanya sebatas menyembah Asma Nya maka kita akan cepat bosan dan terkadang merasa malas untuk mendirikan sholat. Namun jika sudah mengenal Dzat Nya maka cinta kita tidaklah palsu karena yang kita sembah bukanlah Nama akan tetapi Dzat!

Syehk Abdul Qodir al-Jailani mengatakan: "Hati ini bagaikan cermin yang setiap saat di hinggapi oleh karat-karat (kotoran), jika terlalu lama tidak di bersihkan maka ia bagaikan noda yang sukar untuk di bersihkan. Namun jika cermin ini senantiasa dibersihkan, maka ia akan memantulkan 'nur illahiyah' dan ilmu Alloh." 

Rosululloh SAW sendiri menggambarkan hal yang sama. Beliau bersabda: 

Dalam Hadits Nu`man bin Basyir bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:


أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ 

"Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh amal-amalnya baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh amal-amalnya juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati". (HR. Muslim, No.1599. Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasâ`i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Darimi, dengan lafazh yang berbeda-beda namun maknanya sama. Hadits ini dimuat oleh Imam an-Nawawi dalam Arba’in an-Nawawiyah, Hadits No.6. Dan Riyadhush-Shalihin, No.588)

Manusia dapat di hancurkan, manusia dapat di matikan, tapi manusia tidak dapat di kalahkan selama ia berpegang teguh pada hatinya sendiri. (1922)


Sekian dari saya, terimakasih...

Wasallam...dan, semoga bermanfaat, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya...


#SufiMuda

#CatatanSangSufi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar