Rabu, 08 Maret 2017

Sejarah Syekh Ibnu Arabi

Muhyiddin Ibn 'Arabi al-Hatimi (Pembesar Ulama Shufi)

31 Desember 2014

7637

Muhammad bin Ali bin Muhammad Muhyiddin bin 'Arabi al-Hatimi at-Tha'i al-Andalusi. Dirinya dijuluki "Syaikh al-Akbar" (Sang Mahaguru) dan "Muhyiddin" ( "Sang Penghidup Agama"). Ibnu Arabi dilahirkan PADA 17 Ramadhan 560 H / 29 Juli 1165 M, di Kota Marsia, Ibukota Andalusia Timur (Sekarang spanyol).

PADA TAHUN 567 keluarganya hijrah Dari Marsia Ke Isybilia, ketika ITU beliau Masih berusia 7 Tahun. Perpindahan Inilah Menjadi Awal Sejarah Yang mengubah Kehidupan intelektualisme 'Arabi Kelak. Akan Terjadi transformasi Pengetahuan Dan Kepribadian Ibnu 'Arabi, Kepribadian sufi, intelektualisme Filosofis, fiqh dan Sastra. KARENA ITU, Tidak heran JIKA besarbesaran kemudian dikenal Bukan Saja sebagai Ahli Dan Pakar ilmu-ilmu Islam, tetapi also Ahli hearts Bidang astrologi Dan kosmologi. Meski Ibnu 'Arabi belajar PADA Banyak ulama, seperti Abu Bakar bin Muhammad bin Khalaf al-Lakhmy, Abul Qasim asy-Syarrath, Dan Ahmad bin Hamzah untuk review Pelajaran Al-Qur'an Dan Qira'ahnya, Serta ditunjukan kepada Ali bin Muhammad Ibnul Haq al -Isybili, Ibnu Zarqun al-Anshari Dan Abdul Mun'im al-Khazraji, untuk review masalah fiqh Dan hadits mazhab Imam Malik Dan Ibnu Hazm Adz-Dzahiry, Ibnu Araby sama Sekali TIDAK bertaklid ditunjukan kepada mereka. Bahkan besarbesaran Sendiri menolak keras taklid. Ibnu 'Arabi Membangun Metodologi orisinal hearts menafsirkan Al-Qur'an Dan As-Sunnah Yang BERBEDA DENGAN Metode Yang di tempuh para pendahulunya. Hampir Seluruh penafsirannya diwarnai DENGAN penafsiran teosofik Yang Sangat cemerlang.

PADA masa mudanya Ibn 'Arabi BEKERJA sebagai Sekretaris di different wilâyah. Namun akhirnya beliau menzuhudkan Diri, berkhalwat, 
menempuh jalan halaqah sufi (tarekat) dari beberapa syekh. Setidaknya, Penyanyi terlihat Dari APA Yang besarbesaran tulis hearts shalat Satu karya monumentalnya Al-Futuhat Al-Makkiyah, Yang Syarat DENGAN permasalahan sufiesme Dari beberapa syekh Yang memiliki Disiplin Beragam spiritual. PILIHAN Penyanyi also Yang MEMBUAT besarbesaran tak menyukai Kehidupan duniawi, sebaliknya LEBIH memusatkan PADA Perhatian ukhrawi. Untuk review kepentingan Penyanyi, besarbesaran tak Jarang melanglang buana demi menuntut ilmu. Ia menemui para tokoh arif Dan jujur untuk review bertukar Dan menimba ilmu Dari ulama tersebut. TIDAK mengherankan Bila hearts Usia Yang Sangat muda, 20 Tahun, Ibnu 'Arabi has Menjadi sufi Terkenal.

PADA TAHUN 589 Ibn 'Arabi mengunjungi daerah adalah nenek moyangnya Yaitu spanyol. Kemudian PADA Tahun 590, Ibn 'Arabi Meninggalkan spanyol untuk review mengunjungi Tunisia. Tahun 191 H, beliau mengunjungi kota Fes, kemudian PADA Tahun 592 beliau Kembali Ke kota Isybilia. Setalah ITU Kembali mengunjungi kota Fes untuk review Yang ke-2 kalinya Dari Tahun 593-595, Seperti Yang tertera PADA "Futuhat Makiyah". PADA TAHUN 595 beliau Meninggalkan kota Fes Dan Kembali mengunjungi Andalus. PADA Tahun Yang sama beliau mengunjungi kota Muriah, Gharnathamah, Marsia Dan Tunis Serta Marakesh Hingga Tahun 597.

Tahun 597/1200, SEBUAH ilham spiritual memerintahkan Dirinya untuk review Pergi Ke timur. Dua Tahun kemudian, besarbesaran melakukan ibadah haji Ke Mekkah Dan berkenalan DENGAN Seorang Syaikh Dari Isfahan Yang memiliki Seorang putri. Pertemuan DENGAN Perempuan Penyanyi mengilhami Ibn 'Arabi untuk review menyusun  Tarjuman al-Asywâq. Di Mekkah pula besarbesaran berjumpa DENGAN Majd al-Din Ishaq, Seorang Syaikh Dari Malatya, Yang Kelak akan mempunyai Seorang putra Yang Menjadi murid Terbesar Ibn 'Arabi, Shadr al-Din al-Qunawi (606-673 / 1210-1274).

Dalam Perjalanan menyertai kepulangan Majd al-Din Ke Malatya, Ibn 'Arabi bermukim SEMENTARA Waktu di Mosul. Di kota Penyanyi, besarbesaran ditahbiskan Oleh Ibn al-Jami ', Seseorang Yang memperoleh kekuatan spiritual Dari serbi Nabi Khidhr. Selama beberapa Tahun Ibn 'Arabi melancong Dari kota Ke kota di Turki, Suriah, Mesir, Serta kota suci Mekkah Dan Madinah. PADA TAHUN 608 / 1211-1212 M, besarbesaran Dikirim Ke Bagdad Oleh Sultan Kay Kaus I (607-616 / 1210-1219) dari Konya hearts misi yuridis kekhalifahan, kemungkinan ditemani Oleh Majd al-Din. Ibn 'Arabi memiliki Hubungan Baik DENGAN sultan Penyanyi Dan mengirimnya surat-surat Berisi Nasihat Praktis. Dia pun merupakan sahabat Dari Penguasa Aleppo, Malik Zhahir (582-615 / 1186-1218), putra Sultan Saladin (Shalah al-Din) al-Ayyubi.

PADA Tahun 620/1233, Ibn 'Arabi Menetap Beroperasi permanen di Damaskus, Tempat sejumlah muridnya, termasuk al-Qunawi, menemaninya Sampai Akhir hayat. * Menurut sejumlah Sumber Awal, besarbesaran Menikah DENGAN janda Majd al-Din, ibu al-Qunawi. Selama periode tersebut, Penguasa Damaskus Dari Dinasti Ayyubiyah, Muzhaffar al-Din merupakan shalat Seorang muridnya. Dalam SEBUAH Dokumen Berharga Yang bertahun 632/1234, Ibn 'Arabi menganugerahinya Izin ( ijazah ) untuk review mengajarkan karya-karyanya Yang ditengarai berjumlah 290 buah. Ia pun menyebutkan Tujuh puluh karya tersendiri hearts keilmuan Tertentu, Yang menunjukkan ketidaklengkapan information tersebut. Dari Sumber Tadi, Jelas bahwa hearts Upaya menyempurnakan penyusunan Tugas tasawuf Yang dilakukannya, Ibn 'Arabi menghabiskan Waktu bertahun-Tahun untuk review mempelajari Pengetahuan eksoteris seperti Tujuh  qira'ah  al-Quran, tafsir, fikih, terutama hadits.

Ibnu 'Arabi Meninggal DENGAN Tenang di Damaskus PADA Tanggal 28 Rabi'ulakhir 638 H. (16 November 1240) PADA Usia 78 Tahun dikelilingi Oleh keluarga, para sahabat, Dan murid-murid sufinya. Ia dimakamkan di Utara Damaskus dipinggiran kota Salihiyah, di kesemek Gunung Qasiyun. Garis kehidupannya Berakhir selaras DENGAN Berakhirnya normaimanennya, KARENA Tempat Dimana Ibnu 'Arabi dikubur Dimana jasadnya beristirahat Bersama doa putranya, Menjadi Tempat ziarah Yang hearts pandangan beberapa kaum Muslim has disucikan Oleh SEMUA Nabi, terutama Oleh Nabi Khidir. PADA Abad Ke 16 M, Sultan Salim II, Sultan Kontantinopel Membangun Suatu Mausoleum Dan Madrasah disekeliling Makam Ibnu'Arabi. Ibnu 'Arabi sewaktu Hidup sezaman DENGAN para sufi gede lainnya seperti Suhrowardi, Najmuddin ar-Razi, Muslihuddin Sa'di, Abu al-Hasan al-maghrib as-Syadzili, Jalaluddin Rumi Dan Ibnu Faridh. Dari Pemikiran Ibnu 'Arabi Banyak mempengaruhi para Filsuf Dan sufi lainnya. Pencapaian spiritualnya Yang Luar Biasa has menyebar Ke hampir Seluruh Dunia Islam, Dan bahkan Barat, Hingga Sekarang.

Karya-karya Ibnu Arabi

Ibnu 'Arabi Adalah Penulis Yang Produktif, karya Ibnu' Arabi Sangat Beragam Mulai dari artikel Pendek Yang Hanya berupatulisan beberapa Halaman, Hingga buku tebal Yang berjilid-jilid, seperti, al-Futuhat al-Makkiyyah Yang di anggap Oleh Pusat Pengetahuan sebagai Referensi Utama Kajian tasawuf Islam, Yang terdiri Dari 37 Bagian Dan SETIAP Bagian terdiri Dari 300 Halaman. Demikian also DENGAN al-Tafsir al-Kabir Yang TIDAK Kurang Dari 64 jilid. Ada Satu Ciri Khas hearts Diri Ibnu 'Arabi Yang membedakan DENGAN Penulis buku ke-Islaman lainnya. Hal tersebut KARENA tema Yang di usung Ibnu 'Arabi Hanya Satu: Tasawuf dan Ilmu Relung hati ( ilm al-asrar ). Walaupun Ibnu 'Arabi melakukan Eksplorasi Terhadap different Disiplin ilmu ke-Islaman lainnya, SEMUA ITU dilakukan untuk review memfungsikan Dan mengarahkan demi SEBUAH tujuan Awal Yaitu Tasawuf.

Meski Ibnu 'Arabi dikenal sebagai seorang yang Banyak Beribadah Dan melakukan pengembaraan Ke different negeri Islam semasa hayatnya, namun besarbesaran BERHASIL mengabadikan kehebatanya DENGAN mewariskan karya-karyanya Bagi Umat Manusia hearts Jangka Waktu Yang Luar Biasa Banyak-nya. Maka Dari ITU Pengamat menggelarinya besarbesaran sebagai Seorang Penulis Yang Produktif diperkirakan karyanya Sekitar 500 buku, sebagaimana di sebutkan Abdurrahman al-Jami hearts bukunya Nafahat al-Yawaqit wa al-Jawahir (batu Dan Permata).

Pemikiran Ibnu 'Arabi Sangat Istimewa Hingga Mampu menarik Perhatian para pemikir Arab Persia Dan Kawasan Islam lainnya mereka tertarik untuk review meneliti Istilah-Istilah sastranya Beroperasi LEBIH Mendalam. Karya Ibnu 'Arabi Hingga mencapai 500 buku dan Artikel Pendek konon ADA Yang mengatakan bahwa karyanya Lebih Dari 1.000 buku dan Artikel, Ustman bin Yahya Dan ahlinya mengumpulkan judul-judul ITU hearts Satu buku tersendiri Dan meringkas Dan menyajikan sebagiannya sebagai berikut:

al-Kibrit al-Ahmar 2. al-Isra Ila Maqom al-Isra 3. al Futuhat al-Makkyyah 4. Fushush Al-Hikam 5. Asrar Umm al-Qur'an 6. Asrar al-Qulub 7. Asrar al wahyu Fi al-Mi'roj 8. Kitab al-Adab. 9. al-Isyarat Ila Syarh al-Asma Wa al-Shifat 10. al-Alaq Fi Makarim al-Akhlaq 11. al-Insan al-Kamil fi Ma'rifah al-Alam al-Alawi Wa al-Safali 12. al Anwar al-Qudsiyah Fi Bayan Qawaid al-Shufiyyah 13. Suluk Thariq al-Haqq 14. Tahqiq al-Mahabbah 15. Tahqia Madzabib al-Shufiyyah Wa Taqrir Qawlihin Fi Wujud al-Wajib Li Dzatih Wa Tahqiq Asma'ih 16. Tafsir al Qur'an al-Adzim Ala Lisan al-Shufiyyah 17. Tawhid al-Qulb 18. al Jahwah Fi Ma'rifah al-khawah 19. al-Haq al-makhluq 20. al-Asma al-Illahiyyah 21. al-Asma al -Husna 22. al-Jala Fi Kasyf al-Wana 23. al-haqiqah al-Illahiyyah 24. al-Intishar 25. al-Hukm Wa al-Syara'I 26. Ard al-haqiqah 27. tartib al-Rihlah 28. al-Tawajjuhat al-Ilahiyyah. 29. Tauhid al-Tawhid 30. al Nu'ut Al Illahiyyah 31. al-Dzakhair Wa al-I'lan Fi Syarh Turjumah al-Asywaq

Demikian gede pengaruh Ibn Arabi hearts kancah Pemikiran tasawuf. Ibn mempengaruhi Perjalanan ilmu tasawuf Generasi setelahnya Hingga masa tasawwuf yang modern Penyanyi Sekarang. Masih Banyak kitab Yang lainnya karya Ibnu 'Arabi Yang TIDAK Ditulis. Namun Diantara sekian Banyak karyanya, ADA doa buah karya Ibnu'Arabi Yang Terkenal Dan menggambarkan corak Ajaran Tasawuf yakni Futuhat Al-Makkiyah (penyingkapan ruhani di Mekkah) Dan Fusus Al-Hikam (permata-permata hikmah) Yang keduanya Terkenal Sangat. Kitab Futuhat Al Makkiyah Adalah shalat Satu bukunya Yang Ditulis PADA Akhir-Akhir masa hidupnya di Mekkah Mulai Tahun 598 H Sampai 635 M, Yang Diakui Sendiri Oleh Ibnu 'Arabi sebagai Curahan ilmu Yang didektikan Oleh Tuhan through Malaikat Jibril pembawa wahyu. Yang diyakininya sebagai ilmu ilham (ilmu batin) ATAU ilmu Hadirat Dari al-Qur'an. Sedangkan kitab Fusus Al-Hikam Yang di tulisnya sejak 598 H Serta di selesaikan PADA Tahun 628 H Yang terdiri Dari 27 bab TENTANG kenabian, diakuinya sebagai ilham Dari Nabi Muhammad SAW Sendiri. Yang isinya Hubungan menjelaskan SETIAP Nabi DENGAN asal Dan Sumber ilmunya Yang Tak berbaring Adalah Insan kamil ATAU al-haqiqah al muhammadiyah .

Walaupun Riwayat Yang mengatakan demikian Beroperasi empiris TIDAK can dianggap valid, namun hasil temuan pemikirannya Perlu diacungi jempol. Karyanya Perlu dipelajari Oleh para Akademisi masa Sekarang untuk review menengok Masa Lalu, TIDAK ADA salahnya kan?

Disarikan Dari different Sumber



Biografi Ibnu Arabi

Nama lengkap Ibnu Arabi adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah al-Hatimi. Ia keturunan dari Abdulah bin Hatim saudara Adiy bin Hatim dari kabilah Thai. Kuniahnya adalah Abu Bakar dan laqab (julukannya) adalah Muhyiddin. Ia juga populer dengan sebutan Al-Hatimi dan dengan sebutan Ibnu Arabi (tanpa “al”) untuk membedakannya dengan Qadhi Abu Bakar ibn al-Arabi. Ibnu Arabi lahir pada hari Senin tanggal 17 Ramadhan 560 H bertepatan dengan 28 Juli 1165 M di Murcia, Andalusia. Ayahnya -Ali bin Muhammad- termasuk salah seorang ahli fiqh dan hadits, juga seorang sufi yang zuhud dan bertaqwa[1][9]. Ayahnya adalah orang shalih yang senantiasa tekun membaca Al-Qur’an dan memiliki beberapa karamah, di antara karamahnya adalah bahwa ia tahu hari meninggalnya sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Arabi dalam kitabnya Al-Futuhat Al-Makiyah.[2][10]

Pada umur delapan tahun, Ibn Arabi meninggalkan kota kelahirannya dan berangkat ke Lisbon, untuk menerima pendidikan agama Islam pertamanya, yaitu membaca al-Qur’an dan mempelajari hukum-hukum Islam dari Syekh Abu Bakar bin Khalaf, kemudian ia pindah ke Seville yang saat itu merupakan pusat sufi Spanyol dan menetap di sana selama tiga puluh tahun untuk mempelajari hukum, hadits, teologi Islam, serta banyak belajar dari ulama-ulama dalam mempelajari tasawuf. Ia belajar tasawuf kepada sejumlah sufi terkenal seperti Abu Madyan al-Gauts at-Talimsari, dan melanglang buana ke berbagai negeri seperti Yaman, Syiria, Irak, Mesir, dan akhirnya pada tahun 620 H, ia menetap di Hijaz hingga akhir hayatnya.[3][11]

KONSEP WIHDATUL WUJUD IBNU ARABI

Ajaran sentral Ibn Arabi adalah tentang wihdatul wujud (kesatuan wujud). Meskipun demikian, istilah wihdatul wujud yang dipakai untuk menyebut ajaran sentralnya itu tidaklah berasal darinya, tetapi berasal dari Ibnu Taimiyah, tokoh yang paling keras mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya tersebut, atau setidak-tidaknya tokoh itulah yang berjasa dalam mempopulerkan ke tengah masyarakat Islam, meskipun tujuannya negatif.

Menurut faham ini bahwa setiap sesuatu yang ada memiliki dua aspek, yaitu aspek luar dan aspek dalam. Aspek luar disebut makhluk (al-khalq) dan aspek dalam disebut Tuhan (al-Haqq). Menurut faham ini aspek yang sebenarnya ada hanyalah aspek dalam (Tuhan) sedangkan aspek luar hanyalah  bayangan dari aspek dalam tersebut.[4][13]

Menurut Ibnu Arabi, wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluq pada hakikatnya wujud khaliq pula. Tidak ada perbedaan di antara keduanya (khaliq dan makhluq) dari segi hakikat. Adapun kalau ada yang mengira bahwa antara wujud khaliq dan makhluq ada perbedaan, hal itu dilihat dari sudut pandang pancaindra lahir dan akal yang terbatas kemampuannya dalam menangkap hakikat yang ada pada dzat-Nya dari kesatuan dzatiyah yang segala sesuatu berhimpun padanya.[5][14] Hal ini tersimpul dalam ucapan Ibn Arabi,

سُبْحَانَ مَنْ أَظْهَرَ الْأَشْيَاءَ وَهُوَ عَيْنُنَا

“Mahasuci Tuhan yang telah menjadikan segala sesuatu dan Dia sendiri adalah hakikat segala sesuatu.[6][15]

Wujud alam, menurut Ibn Arabi, pada hakikatnya adalah wujud Allah juga. Allah adalah hakikat alam. Tidak ada perbedaan antara wujud yang qadim, yang disebut khaliq dan wujud baru yang disebut makhluq. Tidak ada perbedaan antara ‘abid (yang menyembah) dan ma’bud (yang disembah). Bahkan antara yang menyembah dan yang disembah adalah satu. Perbedaan hanya pada rupa dan ragam dari hakikat yang satu. Untuk pernyataan tersebut, Ibn Arabi mengemukakan lewat syairnya[7][16]:

اَلْعَبْدُ رَبٌّ وَالرَّبُّ عَبْدٌ # يَا لَيْتَ شُعُوْرِيْ مَنِ الْمُكَلَّفُ

إِنْ قُلْتَ عَبْدٌ فَذَاكَ رَبٌّ # أَوْ قُلْتَ رَبٌّ أَنَّى يُكَلَّفُ

“Hamba adalah Tuhan, dan Tuhan adalah hamba, demi perasaanku, siapakah yang mukallaf? Jika engkau katakan hamba,  padahal dia (pada hakikatnya) Tuhan juga. Atau engkau katakan Tuhan, lalu siapa yang dibebani taklif?

Satu-satunya wujud adalah wujud Tuhan, tidak ada wujud selain wujud-Nya. Ini berarti apa pun selain Tuhan baik berupa alam maupun apa saja yang ada di alam tidak memiliki wujud. Kesimpulannya kata wujud tidak diberikan kepada selain Tuhan. Akan tetapi kenyataannya Ibnu Arabi juga menggunakan kata wujud untuk menyebut sesuatu selain Tuhan. Namun ia mengatakan bahwa wujud itu hanya kepunyaan Tuhan sedang wujud yang ada pada alam hakikatnya adalah wujud Tuhan yang dipinjamkan kepadanya. Untuk memperjelas uraiannya Ibnu Arabi memberikan contoh berupa cahaya. Cahaya hanya milik matahari, tetapi cahaya itu dipinjamkan kepada para penghuni bumi. Ibnu Arabi mengemukakan teori tajalli yang berarti menampakkan diri. Tajalli artinya Allah menampakkan diri atau membuka diri, jadi diumpamakan Allah bercermin sehingga terciptalah bayangan Tuhan dengan sendirinya. Dengan teori ini, makhluk adalah bayang-bayang atau pencerminan Tuhan di mana Tuhan dapat melihat dirinya sendiri tanpa kehilangan sesuatupun. Artinya tetap dalam kemutlakannya.[8][17]

Sebagaimana doktrin-doktrin beliau dalam kitab Futuhat Al-Makkiyyah dan Fushush Al-Hikam esensi ke-Tuhanan bagi Ibnu Arabi adalah segala yang ada yang bisa dipandang dari dua aspek: (1) sebagai esensi murni, tunggal dan tanpa atribut (sifat); dan (2) sebagai esensi yang dikaruniai atribut. Tuhan, karena dipandang tidak beratribut, berada di luar relasi dan karenanya juga di luar pengetahuan. Dalam esensi-Nya Tuhan terbebas dari penciptaan, tetapi dalam keTuhanan-Nya, Tuhan membutuhkannya. Eksistensi Tuhan adalah absolut, ciptaannya ada secara relatif, dan yang muncul sebagai relasi realitas adalah wujud nyata yang terbatasi dan terindividualisasi. Karenanya segala sesuatu adalah atribut Tuhan dan dengan demikian semua pada akhirnya identik dengan Tuhan, tanpa memandang bahwa semua itu sebenarnya bukan apa apa.[9][18]

Ibn Arabi memandang manusia dan alam sebagai cermin yang memperlihatkan Tuhan dan berkata bahwa sang penerima berasal dari nol sebab ia berasal dari emanasi-Nya yang paling suci karena seluruh kejadian (eksistensi) berawal dan berakhir bersama-Nya: kepada-Nya ia akan kembali  dan dari-Nya ia berawal.[10][19]

Ketika Tuhan berkehendak dengan nama-nama bagus-Nya (sifat-sifat) yang berada di luar hitungan, esensinya bisa dilihat. Dia menyebabkan nama-nama itu bisa dilihat dalam sebuah wujud mikrokosmik yang karena dikaruniai eksistensi meliputi seluruh obyek penglihatan dan melaluinyalah kesadaran terdalam Tuhan menjadi termanifestasikan di hadapan-Nya.[11][20]

Lebih lanjut  Ibnu Arabi menjelaskan hubungan antara Tuhan dengan alam menurutnya alam adalah bayangan Tuhan atau bayangan wujud yang hakiki dan alam tidak mempunyai wujud yang sebenarnya. Oleh karena itu alam tempat tajalli dan mazhar(penampakan Tuhan). Menurutnya ketika Allah menciptakan alam ini, Ia juga memberikan sifat-sifat ke-Tuhanan pada segala sesuatu. Alam ini seperti cermin yang buram dan seperti badan yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, Allah menciptakan manusia untuk memperjelas cermin itu. Dengan pernyataan lain alam ini merupakan mazhar (penampakan) dari asma’ dan sifat Allah yang terus-menerus. Tanpa alam, sifat dan asma’-Nya akan kehilangan makna dan senantiasa dalam bentuk dzat yang tinggal dalam ke-mujarrad-an (kesendirian)-Nya, yang mutlak yang tidak dikenal oleh siapapun.[12][21]

Banyak orang yang menyamakan antara wihdatul wujud dengan Pantheisme. Padahal terdapat perbedaan yang signifikan di antara keduanya. Konsep Wihdatul wujud menyatakan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang mempunyai wujud yang hakiki atau mutlak kecuali Allah. Wujud Mutlak adalah wujud yang keberadaannya independen (tidak bergantung pada apapun), tidak berawal, tidak membutuhkan wujud lain untuk membuat-Nya berawal (karena Dia memang tidak berawal). Adanya Wujud Mutlak ini ialah keniscayaan bagi keberadaan wujud-wujud lain yang berawal. Alam semesta dan segala sesuatu selain Allah adalah wujud yang tidak hakiki, karena keberadaannya tergantung kepada Wujud Mutlak.[13][22]

Oleh para sufi segala wujud selain Allah itu disebut wujud al mukmin. Berbeda dengan Wujud Mutlakwujud al mukmin ini adalah wujud yang berawal, artinya baru ada pada waktu awal tertentu. Misalnya alam semesta yang baru ada pada saat Big Bang (terjadinya ledakan besar, yaitu yang dianggap awal mula terjadinya bumi oleh para ilmuwan), yang oleh para kosmolog diperkirakan terjadi 10 milyar tahun yang lalu. Oleh karena itu, alam semesta ialah wujud al mukmin, karena keberadaannya diwujudkan (maujud) oleh Allah.[14][23]

Harus dipahami bahwa paham Ibnu Arabi ini tidak menyamakan segala sesuatu yang tampak sebagai bukan Allah itu dengan Allah. Sebab jika kita misalnya mengatakan bahwa manusia adalah Allah dan Allah adalah manusia, maka kita akan jelas-jelas terjebak ke dalam Pantheisme. Menurut Ibnu Arabi, keterbatasan persepsi manusia telah gagal untuk melihat kaitan integral antara keberadaan selain Allah dengan keberadaan Allah sendiri.

Jelas ada perbedaan prinsipil antara wihdatul wujud dengan PantheismePantheisme menganggap bahwa wujud Tuhan itu bersatu dengan wujud makhluk, sedangkan wihdatul wujud menganggap bahwa wujud Tuhan itu terpisah dari wujud  makhluk. Jadi, bagi penganut Pantheisme, wujud Tuhan itu tidak ada, karena Tuhan adalah alam, dan alam adalah Tuhan. Jelas dari sisi logika maupun dalil kepercayaan Pantheisme ini adalah sesat.[15][24]

Doktrin wihdatul wujud Ibnu Arabi bersifat monorealistik, yakni menegaskan ketunggalan yang ada dan mengada (tauhid wujudi). Teori wihdatul wujudmenekankan  pada unitas wujud yang hadir pada segala sesuatu yang disebut sebagai maujud. Tuhan berwujud, manusia berwujud, benda-benda mati berwujud, dsb. Maka akan timbul pertanyaan, apa yang membedakan antara wujud Tuhan dengan wujud selainnya?[16][25]

Untuk menjawab persoalan yang dikenal dengan istilah problem multiplisitas dengan unitas wujudiyahyang menerangkan tentang dua perkara yang cukup fundamental. Pertama, ada yang disebut dengan istilah maujud murakkab, dimana keberadaan entitas tersebut bergantung pada unsur-unsur pokoknya. Segala sesuatu yang masuk dalam kategori ini pasti akan terbatas. Kedua, maujud basit, dimana jenis wujudnya tak pernah bergantung pada unsur-unsur. Karenanya Ia tidak pernah terbatas. Wujud ini (maujud basit) hanya milik Allah SWT saja, dimana wujud-Nya merupakan maujud-Nya itu sendiri.

Menurut Ibnu Arabi, tahap tertinggi yang bisa dicapai manusia adalah pengalaman langsung (dzauq).  Ibnu Arabi memandang pengalaman langsung sebagai tujuan tertingginya. Menurutnya, saat mencapai tahap tersebut, jiwa berarti telah mencapai kondisi peniadaan diri (fana’). Dan pada saat itulah ia akan mampu secara visual menyaksikan kesatuan segala sesuatu, yaitu kesatuan antara Yang Mencipta dengan yang dicipta, dan Yang Abadi dengan yang binasa.[17][26]

Perpustakaan:

1.Anwar, Rosihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

2.Ariyanti. 2011. Pemikiran Tasawuf Ibnu Arabi, dalam http://ariyantimenulis.blogspot. 3.com/2011/12/pemikiran-tasawuf-falsafi-ibnu-arabi.html, diakses tanggal 15 Oktober 2012.

4.al-Fayumi, Muhammad Ibrahim. Tt. Ibnu Arabi Shahib al-Futuhat al-Makiyah. Mesir: al-Dar al-Mishriyah al-Libaniyah.

5.Hamka. 1986. Tasawuf: Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas.

6.http://id.wikipedia.org/wiki/Pemahaman_Sufisme_Ibn_Arabi, diakses tanggal 15 Oktober 2012.

7.Ibn ‘Arabi. Tt. Al-Futuhat Al-Makkiyyah. Beirut: Dar Shadir.

8.Ibn ‘Arabi. Tt. Fushush al-Hikam wa at-Ta’liqat ‘alaih. Ed. Abu Al-‘Ala ‘Afifi. Beirut: Dar al-Fikr.

9.Jamil, M. 2007. Cakrawala tasawuf: sejarah, pemikiran dan kontekstualitas. Jakarta: GP Press.

10.Khan, Ali Mahdi. 2004. Dasar dasar Filsafat Islam : Pengantar ke gerbang pemikiran. Bandung: Nuansa.

11.al-Qarni, Abdul Hafizh Furghali Ali. 1986. Al-Syekh al-Akbar Muhyiddin bin al-Arabi Sulthan al-Arifin. Mesir: Al-Hai’ah al-Mishriyah al-Ammah.

12.Rifa’i, Bahrun dan Hasan Mud’is. 2010. Filsafat Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

13.Sholihin, M. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

14.at-Taftazani, Abu al-Wafa’ al-Ghanimi. 1985. Sufi dari Zaman ke Zaman. Terj. Ahmad Rafi’i Utsmani. Bandung: Pustaka.

15.Ucha, 2012. Inti Ajaran Tasawuf Ibnu Arabi, dalam http://uchamsimgl2011.blogspot.com/2012/03/inti-ajaran-tasawuf-ibnu-arabi.html, diakses pada tanggal 15 Oktober 2012.

16.Zainurrahman. 2010. Aku dan Wihdatul Wujud. Ternate: Majelis Dzikir al-Jabbar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar